Rabu, 04 Januari 2017

ILMU PENGETAHUAN, AZAZ DAN RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI



KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ILMU PENGETAHUAN, AZAZ ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. S. Agus Santoso, M.AP selaku Dosen mata kuliah Pengantar Sosiologi dan Antropologi UIN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Bandung,1 oktober 2015


Penyusun








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. ILMU PENGETAHUAN............................................................................................. 2
a.       ILMU PENGETAHUAN SOSIOLOGI...................................................................... 2
b.      SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI........................................................... 2
c.       ILMU PENGETAHUAN ANTROPOLOGI.............................................................. 3
d.      FASE-FASE PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI..................................... 4
e.       ANTROPOLOGI MASA KINI.................................................................................. 5
B. ILMU-ILMU BAGIAN ANTROPOLOGI.................................................................. 7
C. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN..................... 9 
D. METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL DAN       SOSIOLOGI......................................................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran.......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14

BAB 1
PENDAHULUAN
A. RUMUSAN MASALAH
1.                  Apa itu Ilmu Pengetahuan?
2.                  Apa saja Ilmu-ilmu bagian antropologi?
3.                  Bagaimana hubungan antropologi dan ilmu lain.
4.                  Bagaimana Metode ilmiah dalam antropologi budaya, sosial dan sosiologi?

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu :
a.                   Untuk mengenal Pengertian  Antropologi dan Sosiologi.
b.                  Untuk mengenal Sejarah dan Perkembangan Antropologi.
c.                   Untuk mengetahui tujuan dan kegunaan Antropologi.
d.                  Untuk mengetahui Istilah – istilah lain Antropologi.
e.                   Untuk mengetahui Hubungan antara Antropologi dengan sosiologi dan ilmu – ilmu lainnya.

C.      Manfaat
            Hasil penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktif, sebagai berikut :
A.       Menjadi bahan tambahan untuk perkuliahan mahasiswa dan dosen pengajar
B.       Sebagai literatur materi khusus Antropologi Budaya
C.       Bermanfaat bagi pembaca dan memberi pengetahuan


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    ILMU PENGETAHUAN

a.      ILMU PENGETAHUAN SOSIOLOGI
Sosiologi relatif kurang pasti dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Ada dua alasan untuk hal ini.Pertama, baru akhir-akhir ini saja metode ilmiah diterapkan dalam pengamatan tingkah laku sosial, dan yang kedua , dalam hubungannya dengan hal-hal yang bekaitan dengan manusia seseorang harus menghadapi banyak persoalan yang tidak terdapat dalam ilmu fisika atau geologi. Hal ini disebabkan setiap ilmu individu selalu cenderung berubah tingkah lakunya yang bisa mempengaruhi hubungn seseorang dengan lainnya dan dengan para ilmuwan yang bermaksud mempelajari dan mengamati mereka.

b.      SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Sosiologi adalah cabang ilmu sosial yangb paling muda. Karena “Sosiologi” untuk pertama kalinya digunakan oleh August Comte, orang Perancis, pada tahun 1938 dalam bukunhya yang berjudul “Positive Philosophy”. Dia yakin bahwa Sosiologi haruslah berdasarkan suatu observasi dan klasifikasi yang sistematis.
Seorang warga negara Inggris bernama Herbert Spencer pada tahun 1976 mengembangkan suatu teori yang diberi nama “Evolusi Sosial” dimana teori tersebut sempat ditolak masyarakat, namun sekarang diterima kembali dalam bentuk yang berbeda.
            Kemudian pada tahun 1883, seorang Amerika yang bernama Lester Word menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Dyna Sociology” didalam buku itu dia menganjurkan sesuatu kemajuan sosial melalui aksi sosial yang dibimbing oleh ahli sosiologi.
Pada tahun 1895 Emile Durkheim menerbitkan buku “Rules of Sociological Method” yang menguraikan metode-metode tentang  bunuh diri pada berbagai kelompok masyarakat atau penduduk Dia berkeyakinan bahwa masyarakat dipersatukan oleh nilai-nilai dan keyakinan bersama anggota-anggotanya.
Max Weber, pada tahun 1864-1920, percaya bahwa metode-metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan alam tidak bisa digunakan untuk menguji persoalan-persoalan dalam ilmu sosial. Selanjutnya Weber membantah bahwa karena para ilmuwan sosial hanya mempelajari dunia sosial dimana mereka hidup maka pasti terdapat suatu kadar tertentu pengertian subjektif dalam penyelidikan mereka. Dia percaya bahwa hasil karya para ahli sosiologi tersebut seharusnya bebas nilai, tidak pernah membiarkan prasangka atau rasa berat sebelah pribadinya untuk mempengaruhi baik riset maupun kesimpulan mereka.
Pada tahun 1890-an mata pelajaran sosiologi mulai diberikan di berbagai universitas. Pada tahun 1895 jurnal sosiologi Amerika mulai diterbitkan dan tahun 1905 didirikan American Sociologal Society.


Pada mulanya kebanyakan ahli sosiologi Amerika berasal dari daerah pedalaman dan sebagian besar adalah pekerja-pekerja sosial atau dari keluarga pendeta. Pada mulanya mereka berusaha untuk memecahkan problema-problema sosial yang timbul karena urbanisasi dan industrialisasi.

c.         ILMU PENGETAHUAN ANTROPOLOGI
Atropologi berasal dari kata “Atropos” berarti manusia. Dan “Logos” yang berarti ilmu. Jadi, antropologi itu ilmu tentang manusia. Manusia dengan segala aspeknya. Tinjauan secara holistik, artinya manusia dapat ditinjau dari dua segi yaitu:
Ø  Manusia sebagai mahkluk biologis
Ø  Manusia sebagai mahkluk sosio-budaya
Dalam tinjauan itu antropologi tidak melihat manusia biologi dan manusia sosio-budaya secara terpisah-pisah.
                   Antropologi terbagi dalam dua cabang, yaitu:
1.      Antropologi fisik, yaitu : Menyelidiki manusia sebagai makhluk biologis. Mempelajari manusia dari sudut jasmaninya dalam arti yang seluas-luasnya.
2.      Antropologi budaya, yaitu : yang menyelidiki kebudayaan manusia pada umumnya dan kebudayaan-kebudayaan dari berbagai bangsa didunia (menyelidiki seluruh cara hidup manusia).
Antropologi fisik terbagi dalam cabang-cabangnya, yaitu :
a.       Paleontologi primat, yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari varietas-varietas manusia yang telah tidak ada lagi didunia.
b.      Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari proses perkembangan dari type-type manusia, dimulai dari makhluk-makhluk bukan manusia.
c.       Antropometri, yaitu study tentang tehnik pengukuran tubuh manusia.
d.      Somatologi, yaitu study tentang varietas manusia yang masih hidup dan tentang perbedaan sex dari variasi perseorangan.
e.       Antropologi rasial, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggolongan manusia dalam kelompok-kelompok ras.

Antropologi budaya terbagi dalam cabang-cabangnya, yaitu :
a.       Prehistory, mempelajari tentang sejarah perkembangan persebaran kebudayaan-kebudayaan manusia dimuka bumi dalam zaman manusia belum mengenal huruf.
b.      Etnolinguistik, mempelajari kebudayaan manusia didalam kehidupan manusia (masyarakat), dan dikumpulkan dari sebanyak-banyaknya suku bangsa yang tersebar dari ucapan-ucapan dan perbendaharaan kata.
c.       Etnologi, mempelajari tentang kebudayaan manusia yang dimuka bumi.




d.Fase-fase perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (sebelum 1800)
Kedatangan Bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4 abad (sejak akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu mula terkumpul tulisan buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani,penerjemah kitab Injil,  dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah perjalanan, laporan dan sebagainya. Kemudian dalam pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat  timbul tiga macam sikap yang bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika tadi, yaitu:
a.       Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia sebenarnya, melainkan meereka manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah-istilah seperti savages,primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.
b.       Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu.
c.       Ada yang tertarik akan adat istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika,Asia,Oseania dan Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi tadi ada yang di himpun menjadi satu, supaya dapat di lihat oleh umum, dengan demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa.
2. Fase Kedua (Kira-kira pertengahan Abad ke-19)
Integrasi yang sungguh-sungguh baru, timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan-karangan etnografi tersebut tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara berfikir itu dapat di rumuskan sebagai berikut: masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa  dalam fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal; dengan tujuan yang dapat di rumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (permulaan abad ke-20)
Pada permulaan abad ke-20,sebagian ngara penjajah di Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahannya tadi, yang waktu itu mulai berhadapan lansung dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daaerah di luar eropa itu,karena bangsa-bangsa itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa Eropa.
Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat di rumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase Keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman daari metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:
a.    Timbulnya antipasti terhadap kolonialisme sesudah perang dunia II.
b.     Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa –Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini.
Mengenaai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat di bagi dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa,maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
e. Antropologi Masa Kini
1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah
Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat di golongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa Negara tempat ilmu antropologi berkembang, yaitu terutama di Amerika Serikat, Inggris, Eropa tengah, Eropa tengah, Eropa utara, Uni Soviet, dan Negara-negara yang sedang berkembang.
Di Amerika Serikat, ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama,kedua,dan ketiga, di tambah dengaan berbagai spesialisasi yang telah di kembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang dasar-dasar dari keragaman bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tampak pada masa sekarang ini. Artinya, universitas-universitas di Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempatnya itu telah berkembang seluas-luasnya.
Di Inggris dan Negara-negara yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia, ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih di lakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juuga berubah. Para sarjana antropologi bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa asli di papua Nugini dan kepulauan Melanesia untuk keperluan pemerintah-pemerintah jajahannya di sana (sekarang bekas jajahan). Di samping menunjukkan antropologi untuk keperluan pemerintah jajahannya, maka setelah daerah-daerah jajahan itu menjadi merdeka, para sarjana inggris memperhatikan berbagai masalah yang lewbih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan manusia pada umum nya. Dalam hal ini metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat juga sudah mulai mempengaruhi berbagai lapangan penelitian para ahli antropologi di inggris.
Di Eropa tengah seperti jerman, Australia, dan swiss, hingga kira-kira awal tahun 1970-an saja ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa diluar Eropa untuk memahami tentang sejarah penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Jadi sifat antropologinya masih berada pada fase kedua. Walaupun demikian, ahir-ahir ini pengaruh ilmu antropologi dari Amerika juga sudah mulai tampak pada para ahli antropologi generasi muda di Jerman barat dan Swiss.
Di Eropa utara,di Negara-negara skandinavia, ilmu antropologi sebagai bersifat akademikal, sewperti di Jerman dan Australia. Mereka juga mempelajari banyak daerah di benua-benua di luar Eropa, tetapi Keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian tentang kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di samping itu, para sarjana dari Negara-negara Skantinavia juga mempergunakan banyak metode antropologi yang telah di kembangkan di Amerika Serikat.
Di Uni Soviet, perkembangan ilmu antropologi di luar tidak banyak di kenal karena Uni Soviet hingga kira-kira sekitar tahun 1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia lain.sungguhpun demikian, beberapa tulisan tentang perkembangan Ilmu antropologi di Uni Soviet menunjukkan bahwa aktifitas penelitan antropologi disana sangat besar. Ilmu antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep Karl Marx dan Friedrich Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
Di Indonesia, baru mulai dikembangkan suatu ilmu antropologi khas Indonesia. Beruntunglah kita bahwa dalam hal menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia belum terikat oleh suatu tradisi sehingga kita masih merdeka untuk memilih dan mengombinasikan unsure-unsur dari berbagai aliran antropologi yang paling cocok atau yang dapat di selaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Konsepsi mengenai luas dari batas-batas lapangan penelitian antropologi dan seluruh integrasi luas daari metode-metode antropologi, dapat kita contoh dari Amerika.
2. Perbedaan-perbedaan Istilah
Sampai sekarang di berbagai Negara masih dipakai berbagai istilah.
Ethnogrhaphy berarti “pelukisan tentang bangsa-bangsa”.istilah ini di pakai di Eropa Barat untuk menyebut bahan keterangan yang termaktub dalam karangan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa, serta segala metode untuk menbgumpulkan dan mengumumkan bahan itu.
Ethnology yang berarti “ilmu bangsa-bangsa”, adalah juga suatu istilah yang telah lama di pakai sejak permulaan terjadinya antropologi. Sekarang di banyak Negara istilah itu mulai di tinggalkan, hanya di amerika dan inggris masih di pakai untuk menyebut bagian dari antropologi yang khusus mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde berarti “ilmu bangsa-bangsa”.istilah itu di pergunakan terutama di Eropa tangah sampai sekarang.
Kulturkunde berarti “ilmu kebudayaan”. Istilah ini pernah di pakai oleh seorang sarjana antropologi dari Jerman,L.Frobenius, dalam arti yang sama dengan pemakaian ethnology di Amerika. Pernah juga di pakai oleh seorang guru besar Universitas Indonesia,G.J. Held. Dalam bahasa Indonesia istilah itu menjadi “ilmu kebudayaan”.
Anthropology berarti “ilmu tentang manusia”, dan adalah suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu di gunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu ntentang cirri-ciri tubuh manusia”(malahan pernah juga dalam arti “ilmu anatomi”). Dalam perkembangan fase ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah itu mulai di pakai terutama di Inggris dan Amerika.
Istilah curtural anthoropology akhir-akhir ini terutama di pakai di Amerika, tetapi kemudian juga di Negara-negara  sebagai istilah untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi dalam arti luas  yang tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya, jadi sebagai lawan daripada physical anthropology.sekaran di pakai Secara resmi oleh Universitas Indonesia menjadi “antropologi budaya”, untuk menggantikan istilah G.J. Held “ilmu kebudayaan”.
Istilah social anthropologi di pakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase ketiganya, sebagai lawan ethnology,yang di sana di pakai untuk menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya. Di Amerika di mana segala macam metode yang saling bertentangan di selaraskan menjadi satu, social anthropology dan ethnology merupakan dua subbagian dalam ilmu antropologi.

B. ILMU-ILMU BAGIAN ANTROPOLOGI
Lima ilmu bagian antropologi. Ruang lingkup dan batas lapangan perhatian yang luas itu menyebabkan adanya lima masalah penelitian khusus, yaitu.
1.      Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) dipandang dari segi biologi.
2.      Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya.
3.      Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
4.      Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia.
5.      Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
Lapangan-lapangan penelitian yang bermaksud memecahkan kelima masalah tersebut di atas sangat luas sehingga untuk setiap masalah (yang merupakan ilmu bagian dari antropologi) diperlukan ahli-ahli yang khusus dengan penjurusan khusus pula. Dengan demikian pembagian antropologi adalah sebagai berikut:
Paleoantropologi Antropologi fisik yaitu keduanya disebut “antropologi fisik dalam arti luas.” Etnolinguistik Prasejarah Etnologi yaitu ketiganya disebut “antropologi budaya” atau “antropologi sosial.”
Paleoantropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asa-usul atau terjadinya serta evaluasi manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membantu (fosil manusia) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.
Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari antropologi yang mencoba memahami sejarah terjadinya beragam mahkluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa ciri-ciri tubuh yang tampak lahir, atau fenotipik (seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh), maupun ciri-ciri tubuh yang “dalam”, atau genotiik (seperti misalnya frekuensi golongan darah). Dengan cara itu manusia dapat dikelompokkan dalam ke dalam berbagai golongan tertentu (yaitu ras) berdasarkan persamaan ciri-ciri tubuh tertentu yang terdapat pada sebagian besar individu. Paham mengenai pelbagai ras itu dicapai dengan mengklasifikasikan beragam ciri tubuh manusia itu. Bagian dari antropologi ini seringkali disebut antropologi fisik dalam arti khusus, atau somatologi.
Etnoliguistik, yang juga disebut antropologi linguistik, adalah suatu ilmu bagian yang pada awalnya erat berkaitan dengan antropologi. Dari bahan penelitiannya yang berupa daftar kata-kata dan deskripsi tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa di berbagai tempat di muka bumi, maupun bahan kebudayaan suku bangsa.
Etnologi adalah ilmu bagian yang mempelajari asas-asas manusia, dengan cara meneliti sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Akhir-akhir ini dalam sub-ilmu etnologi berkembang dua golongan penelitian, yaitu (a) golongan yang memberi perhatian khusus pada bidang diakronik, dan (b) golongan yang lebih memperhatikan bidang sinkronik dari kebudayaan manusia. Nama yang telah mantap bagi kedua jenis penelitian ini belum ada, dan sering kali kita jumpai istilah ethnology (dalam arti khusus) untuk penelitian-penelitian diakronik, dan social anthropology untuk penelitian-penelitian sinkronik.
Kompleks kajian-kajian antropologi yang menggunakan psikologi sekarang dianggap sebagai suatu sub-ilmu (atau spesialisasi) yang disebut etnopsikologi, antropologi psikologi, atau studi kebudayaan dan kepribadian.
Spesialisasi Dalam Antropologi. Sejak kira-kira tahun 1930, dengan menggunakan metode-metode antropologi, ahli antropologi Inggris R.Firth mulai meneliti gejala-gejala ekonomi pedesaan, penumpukan modal, pengerahan tenaga, sistem produksi, serta pemasaran hasil pertanian danperikanan yang dilakukan secara lokal di Oseania dan Malaysia. Metode penelitian Firth ini kemudian diikuti oleh para muridnya maupun para ahli antropologi lain, dan dengan demikian telah berkembang spesialisasi antropologi yang pertama, yaitu antropologi ekonomi.
Spesialisasi antropologi lain yang berkembang kemudian adalah antropologi pembangunan yang menggunakan metode-metode, konsep-konsep, dan teori-teori antropologi untuk mempelajari masalah-masalah yang menyangkut pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap tekhnologi baru, dan lain-lain.
Masalah pendidikan yang di banyak negara berkembang juga berada pada taraf perkembangan, erat pula kaitannya dengan pembangunan desa, yang kemudian mendorong berkembangnya antropologi pendidikan.
Para ahli antropologi sering diminta para dokter ahli kesehatan masyarakat atau dokter ahli gizi untuk membantu mereka dalam hal meneliti atau memberi data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang sakit, kesehatan, dukun, obat tradisional, kebiasan dan pantangan makan, dan lain-lain, sehingga timbul spesialisasi antropologi kesehatan.
Gambaran yang menakutkan mengenai ledakan pendduduk dunia dan masalah-masalah sosial ekonomi yang akan diakibatkannya, kini menyebabkan banyaknya dana dan kesempatan yangtersedia untuk meneliti masalah kependudukan, sehingga berkembang spesialisasi antropologi kependudukan.
Masalah-masalah seperti kejadian-kejadian serta gejala-gejala politik dan persaingan mupun kerjasama antara kekuatan-kekuatan dan partai-partai politik dalam negara-negara berkembang, yang sebenarnya menjadi perhatian para ahli ilmu politik, kemudian tidak dapat dipelajari tanpa memperhatikan latar belakang kebudayaan, sistem nilai dan sistem norma orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian muncul spesialisasi antropologi itu, yaitu antropologi politik.
Diantara berbagai penyakit jiwa yang diobati para dokter psikater ada yang tidak disebabkan karena ada kerusakan dalam otak atau organisme,melainkan karena tertekannya jiwa dan emosi si penderita, yang menimbulkan pertanyaan engenai peranan aspek sosial budaya sebagai latar belakang penyakitkanya. Penelitian-penelitian mengenai masalah latar belakang sosial budaya pada penyakit jiwa itulah yang menyebabkan timbulnya psikologi psikiatri.
C. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN
            Selain dengan ilmu psikologi dan sosiologi, antropologi dan sub-sub ilmunya yang tercantum pada bagia satu, juga punya hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu lain, seperti misalnya geologi, anatomi, kesehatan masyarakat, psikeatri, linguistik, arkeologi, sejarah, geografi, ekonomi, hukum adat, administrasi dan politik.
            Hubungan antara geologi dan antropologi. Bantuan ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri dari lapisan bumi beserta perubahan-perubahannya, terutama dibutuhkan oleh sub-ilmu paleoantropologi dan prasejarah, guna menetapkan umur relatif dari fosil-fosil makhluk primat serta fosil-fosil manusia jaman dahulu, dan juga artefak-artefak maupun bekas-bekas kebudayaan hasil galian para ahli arkeologi , untuk menganalisa umur dari lapisan bumi tempat benda-benda itu tersimpan.
            Hubungan antara paleontologi dan antropologi. Bantuan dari paleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-makhluk purba guna merekontruksi proses evolusi yang terjadi pada manusia, tentu sangat diperlukan ilmu paleontropologi dan prasejarah.
            Hubungan antara ilmu Anatomi dan Antropologi. Seorang ahli antropologi fisik, baik yang mengkhususkan perhatiaannya  pada paleoantropologi maupun yang meneliti ciri-ciri ras-ras, sangat memerlukan bantuan ilmu anatomi karena ciri-ciri dari berbagai bagian kerangka manusia, bagian tengkorak, serta ciri-ciri dari bagian tubuh manusia pada umumnya menjadi objek penelitian yang terpenting bagi seorang ahli antropologi fisik untuk memahami asal-mula serta penyebaran manusia, dan hubungan antara berbagai ras di dunia.
            Hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat dan antropologi. Data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan koma, sakit, dukun, obat-obatan tradisional, kebiasaan serta pantangan makan dan lain-lain, bagi seorang dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan tinggal disuatu kebudayaan yang asing antropologi juga memiliki metode-metode dan cara-cara untuk dapat memahami serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan serta adat istiadat setempat.
            Hubungan antara ilmu psikiatri dan antropologi. Hubungan antara psikiatri dan antropologi dari hubungan antro-pologi dan psikologi yang kemudian mendapat fungsi yang praktis.
            Hubungan antara ilmu linguistik dan antropologi. Ilmu linguistik atau ilmu bahasa mula-mula terjadi pada akhir abad ke-18, ketika para ahli mulai menganalisa naskah-nskah dalam bahasa-bahasa Indo-Jerman yaitu Latin, Yunani, Gotis, Avestis, Sansekerta dan lain-lain. Sekarang ilmu linguistik telah berkembang menjadi ilmu yang berusaha mengembangkan konsp-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa secara global. Dengan demikian secara cepat dan mudah dapat dicapai suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dari semua bahasa di dunia.
            Hubungan antara arakeoloagi dan antropologi. Arkeologi, atau ilmu sejarah kebudayaan manusia, pada awalnya meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno jaman purba, seperti misalnya kebudayaan Yunani dan Rum Klasik, kebudayaan Mesir Kuno, kebudayaan Mesopotamia, kebudayaan kuno di Palestina dan lain-lain.  
Ilmu arkeologi Indonesia misalnya, meneliti kebudayaan-kebudayaan kuno dari suatu lapisan sosial yang sangat kecil, yaitu lapisan sosial yang hidup sekitar istana raja-raja yang di masa lalu membangun candi, menulis prasasti, dan buku-buku kuno. Sebaliknya, aantropologi Indaonesia dapat menambah pengetahuan kita tentang kebudayaan rakyat jelata yang tinggal di daerah pedesaan.
            Hubungan antara ilmu sejarah dan antropologi. Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain dapat memberi pengertian kepada para ahli sejarah untuk mengisi latar belakang suatu peristiwa politik di masa lampau.
            Para ahli antropologi sebaliknya memerlukan sejarah, terutama sejarah dari suku-suku bangsa penduduk daerah yang ditelitinya, untuk memecahkan masalah-masalah yang diakibatkan oleh pengaruh kebudayaan asing.
            Hubungan antara geografi dan antropologi. Geografi, atau ilmua bumi, mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia ini dengan gambaran-gambaran tentang bumi dan ciri-ciri dari segala bentuk hidup yang ada dibumi, seperti flora dan fauna. Salah satunya adalah mahkluk manusia yang juga beranekaragam rupa dan sifatnya karena natropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah mengenai keanekaragaman manusia, tentang geografi tidak dapat mengabaikan antroplogi.
            Sebaliknya, seorang ahli antropologi juga memerlukan sekedar pengertian tentang geografi, karena banyak masalah mengenai kebudayaan manusia berkaitan dengan keadaan lingkungan alamnya.
            Hubungan antara ilmu ekonomi dan antropologi. Dalam masyarakat negara-negara serupa seorang ahli ekonomi tidak dapat menggunakan secarasempurna konsep-konsep serta teori-teori tentang kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang dikembangkan dalam masyarakat Ero-Amerika, dalam rangka ekonomi internasional, tetapi harus disertai pengetahuan tentang sistem kemasyarakata, cara berpikir pandangan, dan sikap hidup warga masyarakat pedesaan tadi dengan demikian apabila ia hendak membangun ekonomi suatu neg ra serupa itu, ia tentu memerlukan bahan kompratif mengenai sikap terhadap kerja, kekayaan, maupun sistem gotong royong yakni semua bahan kompratif tentang berbagai unsur dari sistem kemasyarakatn di negara-negara tersebut. Dalam mengumpulkan bahan itu antropologi memang sangat berguna.
            Hubungan antara ilmu hukum adat Indonesia dan antropologi. Seorang peneliti antropologi yang ingin mencari bahan tentang adat istiadat, susunan dan organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain dari suku-suku bangsa di Indonesia hanya dapat menemukannya dalam buku-buku hukum adat. Untuk dapat membaca serta memahami isinya, ia tentu wajib memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dan istilah0istilah hukum.
            Hubungan antara ilmu administrasi dan antroplogi.  Lagipula, bahan keterangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan agraria, yang juga merupakan suatu komplek masalah yang sangat penting dalam ilmu administrasi, antara lain dapat di peroleh dengan penelitian yang menggunakan metode-metode antropologi.
            Hubungan antara ilmu politik dan antropologi . Sejak tahun 1960an  , dari hubungan antara kekuatan-kekuatan serta proses-proses politik berbagai negara dengan sstem pemerintahan, ilmu politik telah melegarkan perhatiannya ke masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial-budaya dari kekuatan-kekuatan politik itu . Hal itu sangat penting apabila harus meneliti dan menganalisa kekuatan-kekuatan politik dalam negara-negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania.
            Utnuk daapt memahami dan adat istiadat tradisional suku-suku bngsa itulah metode analisa antroprologi penting bagi seorang ahli ilmu politik , guna mendapat pengertian mengetahui konsep-konsep dan teori-teori ilmu politik.









D. METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL DAN       SOSIOLOGI
Metode ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan adalah semua cara yag dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan . Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai para ahli dalam ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat yaitu :
1.Pengumpulan data
2.Penentuan ciri-ciri umum dan sistem
3.Verifikasi
            Pengumpulan fakta. Untuk antropologi budaya atau sosial , tingkat ini adalah pengumpulan data mengenai kejadian atau peristiwa masyarakat da kebudayaan diolah secara imiah .Dalam ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam tiga golongan yang masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu
1.Penelitian di lapangan
2.Penelitian di Laboratorium
3.Penelitian perpustakaan
            Untuk Antropologi budaya atau sosial peelitia di lapangan merupaka cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-fakta dan juga perlu ditunjang dengan penelitian perpustakaan .Metode-metode penelitian di laboratorium , yng bagi ilmu-ilmu alam dan teknologi merupakan metode pengumpulan fakta yang umum, hampir tidak berarti bagi antropologi budaya atau sosial , tetapi merupakan metode yang penting bagi antropologi fisik
            Sebuah buku pedoman yang biasanya dijadikan pegangan oleh seorang peneliti etnografi adalah Notes And Queries On Anthropology (1951). Sebuah buku pedoman untuk metode Antropologi yang terbaru adalah buku yag diredaksi R.Naroll dan R, Choen yang berjudul A Hand book of Methods In Cultural Anthrofology  (1970)
            Penentuan ciri-ciri umum dan sistem . Penentuan ciri-ciri umum serta sitem merupakan suatu tahap dalam cara berpikir ilmiah  , yang bertujuan untuk menentukkan ciri-ciri umum an sistem yang digunakan untuk menganalisa fakta-faktayang telah terkumpul dalam suatu penelitian.  Pada tahap ini digunakan metode-metode untuk mencari ciri-ciri yang sama dan umum diantara beragam fakta yang terdapat dlam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia .
Proses berpikir pada tahap ini berlangsung secara induktif , yaitu dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa fakta-fakta yang nyata , kepada konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak .
            Verifikasi dalam melakukan pengujian, proses berpikirnya dilakukan secara deduktif, yaitu dari perumusan umum fakta-fakta yang ada. Pengetahuan dalam antropologi yang lebih banyak berdasarkan  pengertian daripada kaidah, menggunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif, yang dimaksudkan untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya secara rinci pada kenyataan, yaitu pada beberapa masyarakat yang ada.













DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, 2005, PENGANTAR ANTROPOLOGI, Jakarta : pt asdi mahasatya
Bruce j.cohen, SOSIOLOGI : Rineka Cipta
Teguh Meinanda, D. Ahmad,Drs. Ganjar Nugraha Jiwapraja
Koentrajaningrat,2002,  PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI,Jakarta : Rinera Cipta
/id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar