KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang ILMU PENGETAHUAN, AZAZ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak selaku Dosen mata kuliah Pengantar
Sosiologi dan Antropologi UIN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Bandung,1 oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. ILMU PENGETAHUAN............................................................................................. 2
a. ILMU
PENGETAHUAN SOSIOLOGI...................................................................... 2
b. SEJARAH
PERKEMBANGAN SOSIOLOGI........................................................... 2
c. ILMU
PENGETAHUAN ANTROPOLOGI.............................................................. 3
d. FASE-FASE
PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI..................................... 4
e. ANTROPOLOGI
MASA KINI.................................................................................. 5
B. ILMU-ILMU BAGIAN ANTROPOLOGI.................................................................. 7
C. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN..................... 9
D. METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL
DAN SOSIOLOGI......................................................................................................................................... 12
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran.......................................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
itu Ilmu Pengetahuan?
2.
Apa
saja Ilmu-ilmu bagian antropologi?
3.
Bagaimana
hubungan antropologi dan ilmu lain.
4.
Bagaimana
Metode ilmiah dalam
antropologi budaya, sosial dan sosiologi?
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dari penulisan makalah ini yaitu :
a.
Untuk mengenal
Pengertian Antropologi dan Sosiologi.
b.
Untuk mengenal Sejarah dan
Perkembangan Antropologi.
c.
Untuk mengetahui tujuan dan
kegunaan Antropologi.
d.
Untuk mengetahui Istilah –
istilah lain Antropologi.
e.
Untuk mengetahui Hubungan
antara Antropologi dengan sosiologi dan ilmu – ilmu lainnya.
C. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan
manfaat praktif, sebagai berikut :
A. Menjadi bahan tambahan untuk perkuliahan mahasiswa dan dosen pengajar
B. Sebagai literatur materi khusus Antropologi Budaya
C. Bermanfaat bagi pembaca dan memberi pengetahuan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ILMU
PENGETAHUAN
a. ILMU PENGETAHUAN SOSIOLOGI
Sosiologi relatif kurang pasti
dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Ada dua alasan untuk hal ini.Pertama, baru
akhir-akhir ini saja metode ilmiah diterapkan dalam pengamatan tingkah laku
sosial, dan yang kedua , dalam hubungannya dengan hal-hal yang bekaitan dengan
manusia seseorang harus menghadapi banyak persoalan yang tidak terdapat dalam
ilmu fisika atau geologi. Hal ini disebabkan setiap ilmu individu selalu
cenderung berubah tingkah lakunya yang bisa mempengaruhi hubungn seseorang
dengan lainnya dan dengan para ilmuwan yang bermaksud mempelajari dan mengamati
mereka.
b.
SEJARAH
PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Sosiologi
adalah cabang ilmu sosial yangb paling muda. Karena “Sosiologi” untuk pertama
kalinya digunakan oleh August Comte, orang Perancis, pada tahun 1938 dalam
bukunhya yang berjudul “Positive Philosophy”. Dia yakin bahwa Sosiologi
haruslah berdasarkan suatu observasi dan klasifikasi yang sistematis.
Seorang warga negara Inggris bernama
Herbert Spencer pada tahun 1976 mengembangkan suatu teori yang diberi nama
“Evolusi Sosial” dimana teori tersebut sempat ditolak masyarakat, namun
sekarang diterima kembali dalam bentuk yang berbeda.
Kemudian
pada tahun 1883, seorang Amerika yang bernama Lester Word menerbitkan sebuah
buku yang berjudul “Dyna Sociology” didalam buku itu dia menganjurkan sesuatu
kemajuan sosial melalui aksi sosial yang dibimbing oleh ahli sosiologi.
Pada
tahun 1895 Emile Durkheim menerbitkan buku “Rules of Sociological Method” yang
menguraikan metode-metode tentang bunuh
diri pada berbagai kelompok masyarakat atau penduduk Dia berkeyakinan bahwa
masyarakat dipersatukan oleh nilai-nilai dan keyakinan bersama
anggota-anggotanya.
Max
Weber, pada tahun 1864-1920, percaya bahwa metode-metode yang digunakan dalam
ilmu pengetahuan alam tidak bisa digunakan untuk menguji persoalan-persoalan
dalam ilmu sosial. Selanjutnya Weber membantah bahwa karena para ilmuwan sosial
hanya mempelajari dunia sosial dimana mereka hidup maka pasti terdapat suatu
kadar tertentu pengertian subjektif dalam penyelidikan mereka. Dia percaya
bahwa hasil karya para ahli sosiologi tersebut seharusnya bebas nilai, tidak pernah
membiarkan prasangka atau rasa berat sebelah pribadinya untuk mempengaruhi baik
riset maupun kesimpulan mereka.
Pada
tahun 1890-an mata pelajaran sosiologi mulai diberikan di berbagai universitas.
Pada tahun 1895 jurnal sosiologi Amerika mulai diterbitkan dan tahun 1905
didirikan American Sociologal Society.
Pada
mulanya kebanyakan ahli sosiologi Amerika berasal dari daerah pedalaman dan
sebagian besar adalah pekerja-pekerja sosial atau dari keluarga pendeta. Pada
mulanya mereka berusaha untuk memecahkan problema-problema sosial yang timbul
karena urbanisasi dan industrialisasi.
c.
ILMU
PENGETAHUAN ANTROPOLOGI
Atropologi
berasal dari kata “Atropos” berarti manusia. Dan “Logos” yang berarti ilmu.
Jadi, antropologi itu ilmu tentang manusia. Manusia dengan segala aspeknya.
Tinjauan secara holistik, artinya manusia dapat ditinjau dari dua segi yaitu:
Ø Manusia
sebagai mahkluk biologis
Ø Manusia
sebagai mahkluk sosio-budaya
Dalam tinjauan itu antropologi tidak
melihat manusia biologi dan manusia sosio-budaya secara terpisah-pisah.
Antropologi
terbagi dalam dua cabang, yaitu:
1. Antropologi
fisik, yaitu : Menyelidiki manusia sebagai makhluk biologis. Mempelajari
manusia dari sudut jasmaninya dalam arti yang seluas-luasnya.
2. Antropologi
budaya, yaitu : yang menyelidiki kebudayaan manusia pada umumnya dan
kebudayaan-kebudayaan dari berbagai bangsa didunia (menyelidiki seluruh cara
hidup manusia).
Antropologi fisik terbagi
dalam cabang-cabangnya, yaitu :
a. Paleontologi
primat, yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari varietas-varietas manusia
yang telah tidak ada lagi didunia.
b. Evolusi
manusia, yaitu ilmu yang mempelajari proses perkembangan dari type-type
manusia, dimulai dari makhluk-makhluk bukan manusia.
c. Antropometri,
yaitu study tentang tehnik pengukuran tubuh manusia.
d. Somatologi,
yaitu study tentang varietas manusia yang masih hidup dan tentang perbedaan sex
dari variasi perseorangan.
e. Antropologi
rasial, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggolongan manusia dalam
kelompok-kelompok ras.
Antropologi budaya terbagi
dalam cabang-cabangnya, yaitu :
a. Prehistory,
mempelajari tentang sejarah perkembangan persebaran kebudayaan-kebudayaan
manusia dimuka bumi dalam zaman manusia belum mengenal huruf.
b. Etnolinguistik,
mempelajari kebudayaan manusia didalam kehidupan manusia (masyarakat), dan
dikumpulkan dari sebanyak-banyaknya suku bangsa yang tersebar dari
ucapan-ucapan dan perbendaharaan kata.
c. Etnologi,
mempelajari tentang kebudayaan manusia yang dimuka bumi.
d.Fase-fase perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase
Pertama (sebelum 1800)
Kedatangan Bangsa Eropa Barat ke Benua
Afrika, Asia, dan Amerika selama 4 abad (sejak akhir abad ke-15 hingga
permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua
tersebut. Bersamaan dengan itu mula terkumpul tulisan buah tangan para musafir,
pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani,penerjemah kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam
bentuk kisah perjalanan, laporan dan sebagainya. Kemudian dalam pandangan
kalangan terpelajar di Eropa Barat timbul tiga macam sikap yang bertentangan
terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di
Amerika tadi, yaitu:
a. Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa
itu bukan manusia sebenarnya, melainkan meereka manusia liar, keturunan iblis
dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah-istilah seperti savages,primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.
b. Ada yang berpandangan
bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih
murni, belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat
bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu.
c. Ada yang tertarik akan adat istiadat yang
aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di
Afrika,Asia,Oseania dan Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi
tadi ada yang di himpun menjadi satu, supaya dapat di lihat oleh umum, dengan
demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan
bangsa-bangsa di luar Eropa.
2. Fase Kedua (Kira-kira pertengahan Abad ke-19)
Integrasi yang sungguh-sungguh baru,
timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan-karangan etnografi tersebut
tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara
berfikir itu dapat di rumuskan sebagai berikut: masyarakat dan kebudayaan
manusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu
beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa
tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan
hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa
di muka bumi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dalam fase perkembangannya yang kedua ini
ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal; dengan tujuan yang dapat di
rumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat
dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang
tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3. Fase Ketiga (permulaan abad ke-20)
Pada permulaan abad ke-20,sebagian ngara
penjajah di Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di
daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahannya
tadi, yang waktu itu mulai berhadapan lansung dengan bangsa-bangsa terjajah di
luar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari
bangsa-bangsa di daerah-daaerah di luar eropa itu,karena bangsa-bangsa itu pada
umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat
bangsa Eropa.
Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi
menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat di rumuskan sebagai
berikut: mempelajari masyarakat
dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah
colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks.
4. Fase Keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami
masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan
pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman daari
metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:
a. Timbulnya antipasti terhadap kolonialisme
sesudah perang dunia II.
b. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive
(dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa
–Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II
memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini.
Mengenaai tujuannya, ilmu antropologi yang
baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat di bagi dua, yaitu
tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai
pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman
bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam
praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa,maka
tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia
dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa
itu.
e. Antropologi Masa Kini
1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah
Secara kasar aliran-aliran dalam
antropologi dapat di golongkan berdasarkan atas berbagai universitas di
beberapa Negara tempat ilmu antropologi berkembang, yaitu terutama di Amerika
Serikat, Inggris, Eropa tengah, Eropa tengah, Eropa utara, Uni Soviet, dan Negara-negara
yang sedang berkembang.
Di Amerika Serikat, ilmu antropologi telah
memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu
antropologi dalam fasenya yang pertama,kedua,dan ketiga, di tambah dengaan
berbagai spesialisasi yang telah di kembangkan secara khusus untuk mencapai
pemahaman tentang dasar-dasar dari keragaman bentuk masyarakat dan kebudayaan
manusia yang tampak pada masa sekarang ini. Artinya, universitas-universitas di
Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempatnya itu telah
berkembang seluas-luasnya.
Di Inggris dan Negara-negara yang ada di
bawah pengaruhnya, seperti Australia, ilmu antropologi dalam fase
perkembangannya yang ketiga masih di lakukan, tetapi dengan hilangnya
daerah-daerah jajahan Inggris, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juuga
berubah. Para sarjana antropologi bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa
asli di papua Nugini dan kepulauan Melanesia untuk keperluan
pemerintah-pemerintah jajahannya di sana (sekarang bekas jajahan). Di samping
menunjukkan antropologi untuk keperluan pemerintah jajahannya, maka setelah
daerah-daerah jajahan itu menjadi merdeka, para sarjana inggris memperhatikan
berbagai masalah yang lewbih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umum nya. Dalam hal ini metode antropologi yang telah
dikembangkan di Amerika Serikat juga sudah mulai mempengaruhi berbagai lapangan
penelitian para ahli antropologi di inggris.
Di Eropa tengah seperti jerman, Australia,
dan swiss, hingga kira-kira awal tahun 1970-an saja ilmu antropologi masih
bertujuan mempelajari bangsa-bangsa diluar Eropa untuk memahami tentang sejarah
penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Jadi sifat
antropologinya masih berada pada fase kedua. Walaupun demikian, ahir-ahir ini
pengaruh ilmu antropologi dari Amerika juga sudah mulai tampak pada para ahli
antropologi generasi muda di Jerman barat dan Swiss.
Di Eropa utara,di Negara-negara
skandinavia, ilmu antropologi sebagai bersifat akademikal, sewperti di Jerman
dan Australia. Mereka juga mempelajari banyak daerah di benua-benua di luar
Eropa, tetapi Keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian tentang
kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di samping itu, para sarjana dari Negara-negara
Skantinavia juga mempergunakan banyak metode antropologi yang telah di
kembangkan di Amerika Serikat.
Di Uni Soviet, perkembangan ilmu
antropologi di luar tidak banyak di kenal karena Uni Soviet hingga kira-kira
sekitar tahun 1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia
lain.sungguhpun demikian, beberapa tulisan tentang perkembangan Ilmu
antropologi di Uni Soviet menunjukkan bahwa aktifitas penelitan antropologi
disana sangat besar. Ilmu antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep Karl
Marx dan Friedrich Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
Di Indonesia, baru mulai dikembangkan
suatu ilmu antropologi khas Indonesia. Beruntunglah kita bahwa dalam hal
menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia belum terikat oleh suatu
tradisi sehingga kita masih merdeka untuk memilih dan mengombinasikan
unsure-unsur dari berbagai aliran antropologi yang paling cocok atau yang dapat
di selaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Konsepsi mengenai
luas dari batas-batas lapangan penelitian antropologi dan seluruh integrasi
luas daari metode-metode antropologi, dapat kita contoh dari Amerika.
2. Perbedaan-perbedaan Istilah
Sampai sekarang di berbagai Negara masih
dipakai berbagai istilah.
Ethnogrhaphy berarti
“pelukisan tentang bangsa-bangsa”.istilah ini di pakai di Eropa Barat untuk
menyebut bahan keterangan yang termaktub dalam karangan-karangan tentang
masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa, serta segala metode untuk
menbgumpulkan dan mengumumkan bahan itu.
Ethnology yang
berarti “ilmu bangsa-bangsa”, adalah juga suatu istilah yang telah lama di
pakai sejak permulaan terjadinya antropologi. Sekarang di banyak Negara istilah
itu mulai di tinggalkan, hanya di amerika dan inggris masih di pakai untuk
menyebut bagian dari antropologi yang khusus mempelajari masalah-masalah yang
berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde berarti
“ilmu bangsa-bangsa”.istilah itu di pergunakan terutama di Eropa tangah sampai
sekarang.
Kulturkunde berarti
“ilmu kebudayaan”. Istilah ini pernah di pakai oleh seorang sarjana antropologi
dari Jerman,L.Frobenius, dalam arti yang sama dengan pemakaian ethnology di Amerika. Pernah juga di pakai oleh seorang guru besar
Universitas Indonesia,G.J. Held. Dalam bahasa Indonesia istilah itu menjadi
“ilmu kebudayaan”.
Anthropology berarti
“ilmu tentang manusia”, dan adalah suatu istilah yang sangat tua. Dahulu
istilah itu di gunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu ntentang cirri-ciri
tubuh manusia”(malahan pernah juga dalam arti “ilmu anatomi”). Dalam perkembangan
fase ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah itu mulai di pakai
terutama di Inggris dan Amerika.
Istilah curtural
anthoropology akhir-akhir ini terutama di
pakai di Amerika, tetapi kemudian juga di Negara-negara sebagai
istilah untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi dalam arti luas yang tidak mempelajari manusia dari sudut
fisiknya, jadi sebagai lawan daripada physical
anthropology.sekaran di pakai Secara resmi oleh Universitas
Indonesia menjadi “antropologi budaya”, untuk menggantikan istilah G.J. Held
“ilmu kebudayaan”.
Istilah social
anthropologi di pakai di Inggris untuk
menyebut antropologi dalam fase ketiganya, sebagai lawan ethnology,yang di
sana di pakai untuk menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya. Di Amerika
di mana segala macam metode yang saling bertentangan di selaraskan menjadi satu,
social anthropology dan ethnology merupakan dua subbagian dalam ilmu antropologi.
B.
ILMU-ILMU BAGIAN ANTROPOLOGI
Lima ilmu bagian antropologi. Ruang lingkup dan batas
lapangan perhatian yang luas itu menyebabkan adanya lima masalah penelitian
khusus, yaitu.
1. Masalah
sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) dipandang dari segi
biologi.
2. Masalah
sejarah terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya.
3. Masalah
sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh
dunia.
4. Masalah
perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia.
5. Masalah
mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat
suku bangsa di dunia.
Lapangan-lapangan
penelitian yang bermaksud memecahkan kelima masalah tersebut di atas sangat
luas sehingga untuk setiap masalah (yang merupakan ilmu bagian dari
antropologi) diperlukan ahli-ahli yang khusus dengan penjurusan khusus pula.
Dengan demikian pembagian antropologi adalah sebagai berikut:
Paleoantropologi
Antropologi fisik yaitu keduanya disebut “antropologi fisik dalam arti luas.”
Etnolinguistik Prasejarah Etnologi yaitu ketiganya disebut “antropologi budaya”
atau “antropologi sosial.”
Paleoantropologi
adalah ilmu bagian yang meneliti asa-usul atau terjadinya serta evaluasi
manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membantu (fosil manusia)
yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.
Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari
antropologi yang mencoba memahami sejarah terjadinya beragam mahkluk manusia
berdasarkan perbedaan ciri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa
ciri-ciri tubuh yang tampak lahir, atau fenotipik (seperti misalnya warna
kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata,
bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh), maupun ciri-ciri tubuh yang “dalam”,
atau genotiik (seperti misalnya frekuensi golongan darah). Dengan cara itu
manusia dapat dikelompokkan dalam ke dalam berbagai golongan tertentu (yaitu
ras) berdasarkan persamaan ciri-ciri tubuh tertentu yang terdapat pada sebagian
besar individu. Paham mengenai pelbagai ras itu dicapai dengan mengklasifikasikan
beragam ciri tubuh manusia itu. Bagian dari antropologi ini seringkali disebut
antropologi fisik dalam arti khusus, atau somatologi.
Etnoliguistik, yang juga disebut antropologi
linguistik, adalah suatu ilmu bagian yang pada awalnya erat berkaitan dengan
antropologi. Dari bahan penelitiannya yang berupa daftar kata-kata dan
deskripsi tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa di
berbagai tempat di muka bumi, maupun bahan kebudayaan suku bangsa.
Etnologi adalah ilmu bagian yang mempelajari asas-asas
manusia, dengan cara meneliti sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di
seluruh dunia. Akhir-akhir ini dalam sub-ilmu etnologi berkembang dua golongan
penelitian, yaitu (a) golongan yang memberi perhatian khusus pada bidang diakronik,
dan (b) golongan yang lebih memperhatikan bidang sinkronik dari kebudayaan
manusia. Nama yang telah mantap bagi kedua jenis penelitian ini belum ada, dan
sering kali kita jumpai istilah ethnology
(dalam arti khusus) untuk penelitian-penelitian diakronik, dan social anthropology untuk
penelitian-penelitian sinkronik.
Kompleks kajian-kajian antropologi yang menggunakan
psikologi sekarang dianggap sebagai suatu sub-ilmu (atau spesialisasi) yang
disebut etnopsikologi, antropologi psikologi, atau studi kebudayaan dan
kepribadian.
Spesialisasi
Dalam Antropologi. Sejak kira-kira tahun 1930, dengan
menggunakan metode-metode antropologi, ahli antropologi Inggris R.Firth mulai
meneliti gejala-gejala ekonomi pedesaan, penumpukan modal, pengerahan tenaga,
sistem produksi, serta pemasaran hasil pertanian danperikanan yang dilakukan
secara lokal di Oseania dan Malaysia. Metode penelitian Firth ini kemudian
diikuti oleh para muridnya maupun para ahli antropologi lain, dan dengan
demikian telah berkembang spesialisasi antropologi yang pertama, yaitu
antropologi ekonomi.
Spesialisasi antropologi lain yang berkembang kemudian
adalah antropologi pembangunan yang menggunakan metode-metode, konsep-konsep,
dan teori-teori antropologi untuk mempelajari masalah-masalah yang menyangkut
pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap tekhnologi baru, dan
lain-lain.
Masalah pendidikan yang di banyak negara berkembang
juga berada pada taraf perkembangan, erat pula kaitannya dengan pembangunan
desa, yang kemudian mendorong berkembangnya antropologi pendidikan.
Para ahli antropologi sering diminta para dokter ahli
kesehatan masyarakat atau dokter ahli gizi untuk membantu mereka dalam hal
meneliti atau memberi data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang
sakit, kesehatan, dukun, obat tradisional, kebiasan dan pantangan makan, dan
lain-lain, sehingga timbul spesialisasi antropologi kesehatan.
Gambaran yang menakutkan mengenai ledakan pendduduk
dunia dan masalah-masalah sosial ekonomi yang akan diakibatkannya, kini menyebabkan
banyaknya dana dan kesempatan yangtersedia untuk meneliti masalah kependudukan,
sehingga berkembang spesialisasi antropologi kependudukan.
Masalah-masalah seperti kejadian-kejadian serta
gejala-gejala politik dan persaingan mupun kerjasama antara kekuatan-kekuatan
dan partai-partai politik dalam negara-negara berkembang, yang sebenarnya
menjadi perhatian para ahli ilmu politik, kemudian tidak dapat dipelajari tanpa
memperhatikan latar belakang kebudayaan, sistem nilai dan sistem norma
orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian muncul spesialisasi
antropologi itu, yaitu antropologi politik.
Diantara berbagai penyakit jiwa yang diobati para
dokter psikater ada yang tidak disebabkan karena ada kerusakan dalam otak atau
organisme,melainkan karena tertekannya jiwa dan emosi si penderita, yang
menimbulkan pertanyaan engenai peranan aspek sosial budaya sebagai latar
belakang penyakitkanya. Penelitian-penelitian mengenai masalah latar belakang
sosial budaya pada penyakit jiwa itulah yang menyebabkan timbulnya psikologi
psikiatri.
C.
HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN
Selain dengan ilmu psikologi dan
sosiologi, antropologi dan sub-sub ilmunya yang tercantum pada bagia satu, juga
punya hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu lain, seperti misalnya geologi,
anatomi, kesehatan masyarakat, psikeatri, linguistik, arkeologi, sejarah,
geografi, ekonomi, hukum adat, administrasi dan politik.
Hubungan antara geologi dan antropologi.
Bantuan ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri dari lapisan bumi beserta
perubahan-perubahannya, terutama dibutuhkan oleh sub-ilmu paleoantropologi dan
prasejarah, guna menetapkan umur relatif dari fosil-fosil makhluk primat serta
fosil-fosil manusia jaman dahulu, dan juga artefak-artefak maupun bekas-bekas
kebudayaan hasil galian para ahli arkeologi , untuk menganalisa umur dari
lapisan bumi tempat benda-benda itu tersimpan.
Hubungan antara paleontologi dan
antropologi. Bantuan dari paleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil
makhluk-makhluk purba guna merekontruksi proses evolusi yang terjadi pada
manusia, tentu sangat diperlukan ilmu paleontropologi dan prasejarah.
Hubungan antara ilmu Anatomi dan
Antropologi. Seorang ahli antropologi fisik, baik yang mengkhususkan
perhatiaannya pada paleoantropologi
maupun yang meneliti ciri-ciri ras-ras, sangat memerlukan bantuan ilmu anatomi
karena ciri-ciri dari berbagai bagian kerangka manusia, bagian tengkorak, serta
ciri-ciri dari bagian tubuh manusia pada umumnya menjadi objek penelitian yang
terpenting bagi seorang ahli antropologi fisik untuk memahami asal-mula serta
penyebaran manusia, dan hubungan antara berbagai ras di dunia.
Hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat
dan antropologi. Data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang
kesehatan koma, sakit, dukun, obat-obatan tradisional, kebiasaan serta
pantangan makan dan lain-lain, bagi seorang dokter kesehatan masyarakat yang
akan bekerja dan tinggal disuatu kebudayaan yang asing antropologi juga
memiliki metode-metode dan cara-cara untuk dapat memahami serta menyesuaikan
diri dengan kebudayaan serta adat istiadat setempat.
Hubungan antara ilmu psikiatri dan
antropologi. Hubungan antara psikiatri dan antropologi dari hubungan
antro-pologi dan psikologi yang kemudian mendapat fungsi yang praktis.
Hubungan antara ilmu linguistik dan
antropologi. Ilmu linguistik atau ilmu bahasa mula-mula terjadi pada akhir
abad ke-18, ketika para ahli mulai menganalisa naskah-nskah dalam bahasa-bahasa
Indo-Jerman yaitu Latin, Yunani, Gotis, Avestis, Sansekerta dan lain-lain.
Sekarang ilmu linguistik telah berkembang menjadi ilmu yang berusaha
mengembangkan konsp-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala macam bentuk
bahasa secara global. Dengan demikian secara cepat dan mudah dapat dicapai
suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dari semua bahasa di dunia.
Hubungan antara arakeoloagi dan antropologi.
Arkeologi, atau ilmu sejarah kebudayaan manusia, pada awalnya meneliti sejarah
dari kebudayaan-kebudayaan kuno jaman purba, seperti misalnya kebudayaan Yunani
dan Rum Klasik, kebudayaan Mesir Kuno, kebudayaan Mesopotamia, kebudayaan kuno
di Palestina dan lain-lain.
Ilmu arkeologi Indonesia
misalnya, meneliti kebudayaan-kebudayaan kuno dari suatu lapisan sosial yang
sangat kecil, yaitu lapisan sosial yang hidup sekitar istana raja-raja yang di
masa lalu membangun candi, menulis prasasti, dan buku-buku kuno. Sebaliknya,
aantropologi Indaonesia dapat menambah pengetahuan kita tentang kebudayaan
rakyat jelata yang tinggal di daerah pedesaan.
Hubungan antara ilmu sejarah dan antropologi.
Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan antropologi dan
ilmu-ilmu sosial lain dapat memberi pengertian kepada para ahli sejarah untuk
mengisi latar belakang suatu peristiwa politik di masa lampau.
Para
ahli antropologi sebaliknya memerlukan sejarah, terutama sejarah dari suku-suku
bangsa penduduk daerah yang ditelitinya, untuk memecahkan masalah-masalah yang
diakibatkan oleh pengaruh kebudayaan asing.
Hubungan antara geografi dan antropologi.
Geografi, atau ilmua bumi, mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia ini
dengan gambaran-gambaran tentang bumi dan ciri-ciri dari segala bentuk hidup
yang ada dibumi, seperti flora dan fauna. Salah satunya adalah mahkluk manusia
yang juga beranekaragam rupa dan sifatnya karena natropologi adalah
satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah mengenai keanekaragaman manusia,
tentang geografi tidak dapat mengabaikan antroplogi.
Sebaliknya,
seorang ahli antropologi juga memerlukan sekedar pengertian tentang geografi,
karena banyak masalah mengenai kebudayaan manusia berkaitan dengan keadaan
lingkungan alamnya.
Hubungan antara ilmu ekonomi dan
antropologi. Dalam masyarakat negara-negara serupa seorang ahli ekonomi
tidak dapat menggunakan secarasempurna konsep-konsep serta teori-teori tentang
kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang dikembangkan dalam masyarakat
Ero-Amerika, dalam rangka ekonomi internasional, tetapi harus disertai
pengetahuan tentang sistem kemasyarakata, cara berpikir pandangan, dan sikap
hidup warga masyarakat pedesaan tadi dengan demikian apabila ia hendak
membangun ekonomi suatu neg ra serupa itu, ia tentu memerlukan bahan kompratif
mengenai sikap terhadap kerja, kekayaan, maupun sistem gotong royong yakni
semua bahan kompratif tentang berbagai unsur dari sistem kemasyarakatn di
negara-negara tersebut. Dalam mengumpulkan bahan itu antropologi memang sangat
berguna.
Hubungan antara ilmu hukum adat Indonesia
dan antropologi. Seorang peneliti antropologi yang ingin mencari bahan
tentang adat istiadat, susunan dan organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain
dari suku-suku bangsa di Indonesia hanya dapat menemukannya dalam buku-buku
hukum adat. Untuk dapat membaca serta memahami isinya, ia tentu wajib memiliki
pengetahuan tentang konsep-konsep dan istilah0istilah hukum.
Hubungan antara ilmu administrasi dan
antroplogi. Lagipula, bahan
keterangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan agraria, yang juga
merupakan suatu komplek masalah yang sangat penting dalam ilmu administrasi,
antara lain dapat di peroleh dengan penelitian yang menggunakan metode-metode
antropologi.
Hubungan antara ilmu politik dan
antropologi . Sejak tahun 1960an ,
dari hubungan antara kekuatan-kekuatan serta proses-proses politik berbagai
negara dengan sstem pemerintahan, ilmu politik telah melegarkan perhatiannya ke
masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial-budaya dari
kekuatan-kekuatan politik itu . Hal itu sangat penting apabila harus meneliti
dan menganalisa kekuatan-kekuatan politik dalam negara-negara yang sedang
berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania.
Utnuk
daapt memahami dan adat istiadat tradisional suku-suku bngsa itulah metode
analisa antroprologi penting bagi seorang ahli ilmu politik , guna mendapat
pengertian mengetahui konsep-konsep dan teori-teori ilmu politik.
D. METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI
BUDAYA ATAU SOSIAL DAN SOSIOLOGI
Metode ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan
adalah semua cara yag dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu
kesatuan pengetahuan . Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai para ahli dalam
ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat yaitu :
1.Pengumpulan data
2.Penentuan ciri-ciri umum dan sistem
3.Verifikasi
Pengumpulan
fakta. Untuk antropologi budaya atau sosial , tingkat ini adalah pengumpulan
data mengenai kejadian atau peristiwa masyarakat da kebudayaan diolah secara
imiah .Dalam ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam tiga golongan yang
masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu
1.Penelitian di lapangan
2.Penelitian di Laboratorium
3.Penelitian perpustakaan
Untuk
Antropologi budaya atau sosial peelitia di lapangan merupaka cara yang
terpenting untuk mengumpulkan fakta-fakta dan juga perlu ditunjang dengan
penelitian perpustakaan .Metode-metode penelitian di laboratorium , yng bagi ilmu-ilmu
alam dan teknologi merupakan metode pengumpulan fakta yang umum, hampir tidak
berarti bagi antropologi budaya atau sosial , tetapi merupakan metode yang
penting bagi antropologi fisik
Sebuah
buku pedoman yang biasanya dijadikan pegangan oleh seorang peneliti etnografi
adalah Notes And Queries On Anthropology (1951). Sebuah buku pedoman untuk
metode Antropologi yang terbaru adalah buku yag diredaksi R.Naroll dan R, Choen
yang berjudul A Hand book of Methods In
Cultural Anthrofology (1970)
Penentuan
ciri-ciri umum dan sistem . Penentuan ciri-ciri umum serta sitem merupakan
suatu tahap dalam cara berpikir ilmiah ,
yang bertujuan untuk menentukkan ciri-ciri umum an sistem yang digunakan untuk
menganalisa fakta-faktayang telah terkumpul dalam suatu penelitian. Pada tahap ini digunakan metode-metode untuk
mencari ciri-ciri yang sama dan umum diantara beragam fakta yang terdapat dlam
kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia .
Proses berpikir pada
tahap ini berlangsung secara induktif , yaitu dari pengetahuan tentang
peristiwa-peristiwa fakta-fakta yang nyata , kepada konsep-konsep mengenai
ciri-ciri umum yang lebih abstrak .
Verifikasi
dalam melakukan pengujian, proses berpikirnya dilakukan secara deduktif, yaitu
dari perumusan umum fakta-fakta yang ada. Pengetahuan dalam antropologi yang
lebih banyak berdasarkan pengertian
daripada kaidah, menggunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif,
yang dimaksudkan untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya secara
rinci pada kenyataan, yaitu pada beberapa masyarakat yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Koentjaraningrat,
2005, PENGANTAR ANTROPOLOGI, Jakarta : pt asdi mahasatya
Bruce
j.cohen, SOSIOLOGI : Rineka Cipta
Teguh
Meinanda, D. Ahmad,Drs. Ganjar Nugraha Jiwapraja
Koentrajaningrat,2002, PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI,Jakarta : Rinera
Cipta
/id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar