BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang penting, sebagai induvidu maupun masyarakat dan bangsa,
sebab jatuh bangunya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinya. Sebaliknya,
apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinya. Kejayaan seseorang
terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang
menjadi aman, tenang, dan tidak ada perbuatan yang tercela. Dalam keseluruhan
ajaran agama islam, akhlak memiliki kedudukan yang sangat istimewa dan sangat
penting. Ajaran Khlak dalam islam sesuai dengan fitrah manusia akan mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki bukan semu bila mengikuti semua nilai-nilai kebaikan
yang diajarkan oleh al-qur’an dan sunnah, dua sumber akhlak dalam islam. Akhlak
islam benar-benar menjaga eksistensi manusia yang
terhormat sesuat dengan
fitrahnya itu. Ajaran Akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama
Islam dengan titik pangkalnya pada tuhan dan akal manusia. Agama
Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada tuhan dan mengakuinya bahwa hanya Dia-lah
maha pencipta, pemilik, pemelihara, pelindung, pemberi rahmat, pengasih
dan penyayang terhadap segala makhluk-Nya Selain itu, agaman Islam juga mengandung jalan
hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran
yang menuntun umat manusia kepada
kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam ajaran Al-Qur’an
yang di turunkan oleh Allah SWT dan ajaran sunnah yang di datangkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Untuk itu pembahasan makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai pengertian iman, Islam, ihsan dan kedudukan akhlaq
dalam iman, Islam, Ikhsan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iman, islam dan ikhsan?
2. Apa kedudukan Akhlak dalam islam?
3. Apa kedudukan Akhlak dalam iman?
4. Apa kedudukan Akhlak dalam ikhsan?
5. Bagaimanakah landasan Akhlak dalam islam?
6. Bagaimanakah Landasan filosofis Akhlak manusia?
C.
Maksud dan Tujuan
Pembuatan makalah ini bermaksud dan
bertujuan untuk memberikan wawasan serta ilmu pengetahuan kepada para pembaca,
khususnya kepada kami. Dan diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih
memahami dan menerapkan perihal akhlak, landasan dan kedudukan akhlak dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi
contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya
BAB II
PEMBAHASAN
1)
Pengertian
iman, islam dan ikhsan
Menurut sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah
bin Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah
SAW, yang kemudian ternyata orang itu adalah malaikat Jibril, menanyakan
tentang arti Iman, Islam dan Ihsan. Dan dalam dialog antara
Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW memberikan pengertian
tentang Iman, Islam dan Ihsan tersebut sebagai berikut:
· اَلْآيْمَانُ
: اَنْ تُؤْمِنَ
بِااللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُوْلِهِ وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ
وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِخَيْرِهِ وَشَرِّهِ
· اَلْاِسْلَامُ :
اَنْ
تَشْهَدَ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللهِ وَ
تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ تَخُجَّ الْبَيْتَ
اِنِ ا سْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا
· اَلْاِحْسَانُ : اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ
فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya:
· Iman : Engkau beriman kepada Allah,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhirat
seerta engkau beriman kepada kadar (ketentuan Tuhan) baik dan buruk.
·
Islam
: Engkau menyaksikan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Rasulullah, engkau mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah
jika engkau mampu pergi kesana.
·
Ihsan
: Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau
tidak meluhat-Nya yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.
Jika dilihat lebih jauh tentang pengertian Iman, Islam
dan Ihsan baik dilihat dari sudut etimologi maupun terminologi dapat
diperoleh beberapa penjelasan sebagai berikut
a.
Pengertian
Iman
Iman menurut etimologi artinya percaya yang berasal dari bahasa arab: Amana- Yu’minu- Imaanan. Sedangkan menurut istilah Iman adalah: Tasdiqun bil qalbi wa iqraarun bil lisan wa’amalun bil arkaan. Yakni meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Dengan demikian orang yang sudah menyatakan diri beriman menurut hukum Islam haruslah menyatukan antara ucapan, sikap dan perilaku anggota badan untuk melakukan semua perbuatan yang sesuai dengan tuntutan iman tersebut. Iman seperti dijelaskan di dalam Al-Qur’an kitab suci umat Islam, Iman adalah pengakuan bahwa hanya Allah sajalah yang patut disembah, serta Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir.
Iman menurut etimologi artinya percaya yang berasal dari bahasa arab: Amana- Yu’minu- Imaanan. Sedangkan menurut istilah Iman adalah: Tasdiqun bil qalbi wa iqraarun bil lisan wa’amalun bil arkaan. Yakni meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Dengan demikian orang yang sudah menyatakan diri beriman menurut hukum Islam haruslah menyatukan antara ucapan, sikap dan perilaku anggota badan untuk melakukan semua perbuatan yang sesuai dengan tuntutan iman tersebut. Iman seperti dijelaskan di dalam Al-Qur’an kitab suci umat Islam, Iman adalah pengakuan bahwa hanya Allah sajalah yang patut disembah, serta Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir.
Iman meliputi enam perkara yaitu:
1.
Iman kepada Allah SWT,
2.
Iman kepada Malaikat,
3.
Iman kepada Kitab- kitab Allah SWT,
4.
Iman kepada Nabi,
5.
Iman kepada hari akhir
6.
iman kepada qodho dan qodharnya Allah SWT.
Untuk rukun iman yang pertama bahwa mengetahui dan meyakini
akan keesaan Allah dengan mempercayai bahwa Allah memiliki sifat-sifat ynag
mulia. Untuk itu manusia hendaknya meniru sifat-sifat Tuhan itu, yakni Allah
SWT. Misalnya bersifat Al-Rahman dan Al-Rahim (Maha pengasih dan Maha
Penyayang), maka sebaiknya manusia meniru sifat tersebut dengan mengembangkan
sikap kasih sayang di muka bumi. Demikian juga jika Allah bersifat dengan
Asma’ul Husna itu harus dipraktekkan dalam kehidupan. Dengan cara demikian iman
kepada Allah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan akhlak yang mulia.
Demikian juga jika seseorang beriman kepada para malaikat,
maka yang dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sift-sifat yang
terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka dan
patuh melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan. Hal ini juga dimaksudkan agar
manusia merasa diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak
berani melanggar larangan Tuhan.
Demikian pula beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan
Tuhan , khususnya Al-Qur’an, maka dengan mengikuti segala perintah yang ada
dalam Al-Qur’an dan menjauhi apa yang dilarangnya. Dengan kata lain beriman
kepada kitab-kitab, khususnya Al-Qur’an harus disertai dengan berakhlak dengan
akhlak Al-Qur’an seperti halnya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya beriman kepada para rasul, khususnya kepada Nabi
Muhammad SAW. juga harus disertai upaya mencontoh akhlak Rasulullah di dalam
Al-Qur’an dinyatakan oleh Allah bahwa nabi Muhammad SAW itu berakhlak mulia.
Demikian pula beriman kepada hari akhir, dari sisi akhlaki
harus disertai dengan upaya menyadari bahwa segala amal perbuatan yang
dilkaukan selama di dunia ini akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat
nanti. Amal perbuatan manusia selama di dunia akan ditimbang dan dihitungb
serta diputuskan dengan seadilnya. Mereka yang amalnya lebih banyak yang buruk
dan ingkar kepada Tuhan akan dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan mereka yang
amalnya lebih banyak yang biak akan dimasukkan ke dalam syurga. Hal tersebut
diharapkan dapat memotivasi seseorang agar selama hidupnya di dunia ini banyak
melakukan amal yang baik, menjauhi perbuatan dosa dan ingkar kepada Allah.
Selanjutnya beriman kepada qada dan qadar juga erat
kaitannya dengan akhlak, yaitu agar orang yang percaya kepada qada dan qadar
itu seanantiasa mau bersyukur terhadap keputusan Tuhan dan rela menerima segala
keputusan-Nya. Perbuatan demikian termasuk ke dalam akhlak yang mulia
b.
Pengertian
islam
Islam menurut bahasa berasal dari
bahasa arab, yaitu: Aslama- Yuslimu- Islaaman artinya patuh, tunduk,
menyerahkan diri dan selamat. Sedangkan Islam menurut istilah adalah agama yang
membawa kedamaian bagi umat manusia, selama mereka berserah diri kepada Tuhan,
dan pasrah atas kehendak-Nya. Sesuai dengan kitab suci yang diwahyukan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW, Islam adalah satu-satunya agama yang benar, diakui
oleh seluruh Nabi sejak Nabi Adam As sampai Muhammad SAW nabi terakhir.
Islam juga dapat diartikan agama
yang mengajarkan manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah untuk
menuju keselamatan di dunia dan di akhirat. Yang dimaksud dengan tunduk atau
berserah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
(taqwa), berdasarkan sabda Nabi SAW: ” Islam itu adalah engkau menyembah
Allah,tiada engaku persekutukan Dia dengan sesuatu yang lain, engkau dirikan
shalat, engkau keluarkan zakat yang difardhukan, engkau berpuasa di bulan
Ramadhan dan engkau tunaikan ibadah haji jika sanggup pergi ke
Baitullah”.(HR.Bukhori)
D.
Pengertian
Ikhsan
kemudian Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah
berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsana, yang artinya kebaikan.
dan hubungan antara manusia dengan Allah memiliki aspek rohaniah, yang dikenal
dalam bahasa arab disebut dengan Ihsan. Secara sederhana Ihsan dapat diartikan
dengan al-itqon (baik, cerdas, professional). Professional dalam segala
pekerjaan, professional dalam bermu’amalah, professional dalam berucap. Sedangkan
menurut istilah, Ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT
dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah berarti
berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun
untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan tersebut dilakukan semata-mata karena
Allah SWT.
Ihsan juga dapat diartikan berarti
menyembah Allah dengan sepenuh hati, memusatkan perhatian kepada Allah
seakan-akan melihat Allah dihadapannya. Jika tidak demikian harus tetap yakin
bahwa Allah melihat dirinya. Ibadah seperti inilah yang akan dapat mempengaruhi
kepribadiannya menjadi manusia yang berakhlaq mulia. Adapun ihsan terhadap
sesama manusia adalah berbuat yang lebih baik(dari semestinya) sesuai petunjuk
Islam.
Dengan demikian yang dimaksud Ihsan
adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat beribadah
semata-mata kepada Allah SWT. Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhori dan Muslim:” Hendaknya engkau menyembah Allah seolah-olah engkau
melihatNya, atau paling tidak rasakan bahwa Ia melihatmu, meski engkau tidak
melihatNya”. Hal ini berarti, bahwa manusia seharusnya memiliki kesadaran,
bahwa segala apa yang dilihatnya ada dalam jangkauan pengawasan Allah. Apabila
belum muncul perasaan demikian, maka hendaknya orang tersebut meyakini bahwa
segala apa yang dilakukannya pasti selalu di lihat oleh Allah SWT.
Selain pemahaman mengenai
Iman, Islam dan ikhsan, kita juga perlu mengetahui kedudukan akhlak, yang
terdiri dari tiga macam sendi islam yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Ketiga macam sendi islam tersebut mencakup:
1.
Masalah aqidah (iman)
Dalam hal ini meliputi enam
rukun iman, dengan kewajiban beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul,
Kiamat, serta Qadha’ dan Qadar.
2.
Masalah syari’ah (islam)
Masalah ini meliputi
pengabdian kepada Allah yang dapat dilihat dalam rukun islam yang lima.
Muamalah juga merupakan masalah syari’ah yang meliputi pernikahan, pewarisan,
perekonomian, perlindungan HAM, dan lain sebagainya.
3.
Masalah ihsan
Masalah ihsan meliputi
hubungan baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia, serta terhadap
semua makhluk yang ada di dunia ini.
Dari
sinilah kita dapat mengetahui kedudukan akhlak yang meliputi tiga sendi di
atas, dengan fungsi yang selalu mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam
memanifestasikan keimanan, ibadah, serta muamalahnya terhadap sesama manusia.
Perlu ditegaskan bahwa akhlak mulia selalu melengkapi sendi keimanan untuk
menuju pada kesempurnaan kepribadian manusia, sebagaimana keterangan hadits
yang berbunyi:
قال رسولالله صلّى الله
عليه وسلّم: اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا ...
(رواه التّرمذى عن ابى هريرة)
“Rasulullah SAW bersabda: paling sempurna keimanan orang mukmin
apabila akhlakanya lebih baik…..”(HR. At-Tirmidzi, dari Abi Hurairah)
2)
Kedudukan
Akhlak dalam iman
Iman ialah mengetahui dan meyakini akan keesaan Tuhan, mempercayai adanya malaikat, mengimani adanya kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar Hubungan antara iman dan akhlaq sangat erat dan tidak bisa dipisahkan. Tidak bisa dipercaya apabila seorang mengaku baik dan beriiman namun akhlaq dan perbuatannya jauh dari nilai keimanan. Begitu pula seseorang akan sulit menjaga kebaikan Akhlak dan perbuatannya dalam segala kondisi, ketika keimanan tidak bersemayam lekat di dalam jiwanya. Siapa yang memiliki perangai dan akhlaq yang buruk maka itu adalah pertanda baik buruknya iman pada seseorang tersebut, namun sebaliknya siapa yang memiliki perangai akhlak dan baik maka baik pula. Untuk merubah atau menghilangkan akhlaq dan perilaku yang tercela perlu dibenahi juga sisi keimanan dan keislaman dalam jiwa. Karena perilaku dan akhlaq merupakan ekspresi dan sesuatu yang lahir dari apa yang ada dalam jiwa dan hati. Sebagaimana iman adalah energi yang mendorong seseorang berakhlaq baik, menghiasi dirinya dengan amal shaleh dan menjaganya dari perkara yang tidak terpuji, begitu pula hawa nafsu bisa mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan sebaliknya. Maka, jika keimanan mendominasi hati dan jiwa seseorang sehingga ia mengalahkan dorongan hawa nafsu, dalam kondisi ini, akhlaq dan perbuatan baik adalah buah yang lahir darinya. Namun sebaliknya, jika hawa nafsu mendominasi dan mengalahkan keimanan maka ia akan melahirkan perbuatan akhlaq tercela. Akhlaq bisa dijadikan sebagai barometer keimanan seeorang . ibadah-ibadah yang disyariatkan sebagai sarana untuk mengkondisikan hati dan meningkatkan keimanan, bisa diukur baik atau tidaknya pelaksanaan ibadah tersebut, diterima atau tidaknya ibadah tersebut dari sisi akhlak dan perilaku. Bahwa ibadah sholat yang baik adalah ketika ia mampu mewarnai perilaku dan perbuatan kita. Baik perbuatan yang hanya berdampak pada diri sendiri maupun orang lain atau sosial. Shalat yang mampu mengkondisikan jiwa dan keimanan seseorang bisa dinilai dari perbuatan dan akhlakqnya.
3)
Kedudukan
Akhlak dalam islam
Dalam islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting yaitu
sebagai salah satu rukun agama islam. Dalam kaitan ini, rasullah SAW pernah
bertanya “ beragama itu apa?” beliau menjawab “berakhlak yang baik (HR. Muslim
) pentingnya kedudukan aklak dapat di lihat ketika melihat bahwa salah sumber
akhlak adalah wahyu
Akhlak
memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat individual maupun
kolektif. Tak heran jika kemudian al-qur’an memberikan penekanan terhadapnya.
Al-qur’an meletakkan dasar-dasar akhlak yang mulia. Demikian pula al-hadits
telah memberikan porsi cukup banyak dalam bidang akhlak. Menurut satu
penelitian, dari 60.000 hadist, 20.000 diantaranya berkenaan dengan akidah,
sementara sisanya 40.000 berkenaan dengan akhlak dan muamalah. Ini dapat di
jadikan sebagai bukti bahwa al-hadits, sebagaimana al-qur’an, sangat
memperhatikan urusan akhlak.
Diantara hadist yang menekankan pentingnya akhlak
adalah sabda Rasulullah SAW:
ا
كمل المؤ منين ايما نا احسنهم خلقا (ر واه الترمذى)
Artinya: “ Mukmin yang paling sempurna imanya adalah
orang yang paling bagus akhlaknya.” ( HR. At-Tirmidzi)
ا
ن المؤمن يد ر ك بحسن خلقه د ر جا ت قا ىم ا لليل صا ىم النهار (ر واه ا حمد)
Artinya:
“ Sesungguhnya, seorang mukmin akan bisa mencapai derajat sholat malam dan
orang yang puasa dengan akhlaknya yang mulia”
Dalam
hadist yang lain, Rasulullah SAW pernah menegaskan:
لكل
دين خلق و خلق الا سلام الحياء (ر واهما لك)
Artinya:
“Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak
agama islam adalah rasa malu” )HR. Imam maliki)
Islam menuntut setiap pemeluknya untuk menjadikan
Rasulullah SAW sebagai contoh dalam segala aspek kehidupan. Khusus dalam
akhlak, Allah SWT memuji beliau dengan diiringi sumpah:
و
ا نك لعلى خلق عظيم (القلم : 4)
Artinya: “ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi
pekerti yang luhur. “ (Al-qalam(68): 4)
Nabi Muhammad SAW. Pun mengkabarkan
bahwa orang yang paling sempurna keimanannya di antara umatnya adalah yang
paling baik akhlaknya. Dengan demikian, seyogyanya seorang muslim berusaha dan
bersemangat untuk memiliki akhlak yang baik dan merujuk kepada Rosulullah SAW
Dalam berakhlak.
Dalam
kaitan dengan kedudukan akhlak, Ibnu Maskawaih menerangkan,
“Islam
pada hakikatnya adalah suatu aliran etika, islam memperbaiki budi pekerti
manusia sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota masyarakat
pergaulan bersama islam menanamkan bibit cinta kasih sayang di dalam jiwa
manusia.”
Paparan
ini, dengan jelas menunjukkan bahwa risalah Islam memperjuangkan kesempurnaan,
kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, umat Islam merupakan model
terbaik bagi implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana diperlihatkan dengan
baik oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Akhlak
sangat penting dalam kehidupan karena ia mempunyai dampak yang amat besar dalam
kehidupan manusia antara lain . Didalam islam akhlak itu mempunyai kedudukan
yang tinggi sekali, antara lain:
ü Akhlak
sebagai the central teaching of islam ( pusat ajaran islam ) dalam
Al-qur’an terdapat kurang lebih 1500 kata yang mengandung ajaran-ajaran tentang
akhlak, baik yang teoritis maupun tuntutan praktis. Atas dasar ini hampir
seperempat kandungan Al-qur’an berbicara tentang akhlak, demikian pula dalam
hadist, sehingga dapat di simpulkan bahwa akhlak menempati kedudukan yang
sangat urgen dalam islam
ü
Akhlak ukuran keimanan seseorang, akhlak
dalam islam juga dijadikan oleh Allah SWT sebagai tolak ukur keimanan
seseorang. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kebaikan akhlaknya.
Peryataan ini didasarkan pada penegasan Rasulullah berikut ini:
ا
كمل المؤ منين ايمنا احسنهم خلقا ( رواه التر مذى
)
Artinya: “Sesempurnanya iman
seseorang mukmin adalah orang yang baik akhlaknya“.
ü Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlaq yang
mulia sebagai misi pokok risalah islam Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok
agama Islam.
ü Akhlak yang baik akan memberatkan timbngan kebaikan
seseorang nanti pada hari kiamat
ü Rasulullah SAW
menjadikan baik buruknya akhlaq sebagai ukuran kualitas keimananya.
ü Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari
ibadah kepada Allah SWT.
ü Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar
Allah SWT membaikkan Akhlak beliau
Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlaq ini
lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan Al-Qur’an yang banyak sekali
berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh
berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Perintah
tersebut sasaranya antara lain agar yang melakukanya memiliki
akhlak yang mulia. Selanjutnya perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana
terlihat pada ucapan dan perbuatanya yangmengandung akhlak.
Di dalam haditsnya misalnya ditemukan
pernyataan bahwa beliau diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia. Orang yang paling berat timbangan amal baiknya di akhirat adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Orang yang paling sempurna imanya adalah
orang yang paling baik akhlaknya. Umat Islam yang dipersiapkan untuk
benar-benar menjadi ”ummatan wasathan”, harus dilengkapi dengan tuntunan itu
berupa ajaran akhlaq mulia, yang diharapkan untuk mewarnai segala aspek
kehidupan manusia. Karena itu sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan
atas”Al-Akhlaqul Karimah”, yang menjadi pegangan bagi umat islam. Akhlaq dalam
Islam ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan kebaikan
bagi masyarakat. Orang Islam dengan
petunjuk agamanya mengikat Akhlak dengan agama dengan ikatan yang kukuh ia
memandang Akhlak sebagai bagian yang tidak dapat terpisah dari agama.
Akhlaq yang baik yang menggambarkan kebaikan dalam tingkah
laku danmu’amalah , sehingga ia menjadi sumber pokok bagi tingkah laku yang utama dan Akhlak yang mulia dalam Islam.
4)
Kedudukan Akhlak dalam Ikhsan
Kata Ihsan (bahasa arab) berasal dari kata kerja (fi’il)
اَحْسَنَ
، يُحْسِنُ ، اِحْسَانًا artinyaفِعْلُ
اَلْحَسَنِ (perbuatan
baik).
K.H. Moenawar Chalil
mengatakan, Ihsan ialah
“berbuat baik atau perbuatan baik”. Asfahani, sebagaimana dikutip oleh Moenawar
Chalil, mengatakan bahwa Ihsan itu dapat diartikan dalam dua arti, yaitu:
1. Memberi kenikmatan (kebaikan) kepada orang lain.
2. Mengetahui dengan baik akan sesuatu pengetahuan dan
mengerjakan dengan baik akan sesuatu pekerjaan.
Jadi Ihsan dapat dikatakan sebagai puncak kesempurnaan
dari Iman dan Islam. Orang yang telah sempurna keimanan dan keislamannya akan
mencapai suatu keadaan dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Allah
seakan-akan melihat Allahdan bila tidak dapat demikian, ia akan selalu diawasi
oleh Allah. Ihsan dapat menimbulkan amal saleh dan menjauhkan orang dari
perbuatan-perbuatan buruk. Imam al-Nawawi menegaskan bahwa ihsan itu merupakan jawami’ul
kalim, yaitu suatu ungkapan yang mencakup tujuan dari hakikat Iman dan
Islam.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang agama dalam satu kalimat yang sangat singkat yakni ad-dhinul mu’amalah. Agama adalah interaksi Interaksi yang di maksud disini adalah hubungan tinggal balik antara
manusia dengan tuhanya. Islam datang membawa ajaran yang mengarahkan manusia
memperbaiki hubungan antara semua pihak. Ihsan dalam arti akhlak mulia atau
pendidikan akhlak mulia sebagai puncak keagamaan dapat dipahami juga dari
beberapa hadits terkenal seperti “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan berbagai keluhuran berbudi”
Ihsan secara lahiriah melaksanakan amal kebaikan
ikhsan dalam bentuk lahiriah ini, jika
dilandasai dan dijiawai dalam bentuk rohaniah (batin) akan menumbuhkan
keikhlasanBeramal ihsan yang ikhlas membuahkan taqwa yang merupakan buah
tertinggi dari segala amal ibadah kita. Ihsan dalam gagal sesungguhnya
merupakan buah dari ibadah dan muamalah seseorang akan mencapai tingkat ihsan
dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan
Rasul dalam salah satu haditsnya. Pada akhirnya dia akan berbuah menjadi akhlak
atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan maka ibadahnya akan
terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Adapun landasan syar’i ikhsan yaitu:
·
Pertama,
Al-Qura’anul Karim
“Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuta baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk
berbuat adil dan kebaikan” (QS. Al-Nahl: 90)
·
Kedua,
As-sunnah
Rasulullah bersabda :”Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah
dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik.”(HR. Muslim)
5.
Landasan Akhlak
Dalam Islam
A.
Landasan Akhlak
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu
perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation,
yang dalam bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan
bagian terpenting untuk mengawali sesuatu. Adapun menurut S.
Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai alas, ataupun
dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber.
Istilah lain yang hampir sama
(identik) dengan kata landasan adalah kata dasar (basic). Kata dasar adalah
awal, permulaan atau titik tolak segala sesuatu. Pengertian dasar, sebenarnya
lebih dekat pada referensi pokok (basic reference) dari pengembangan
sesuatu. Jadi, kata dasar lebih luas pengertian dari kata fondasi atau
landasan. Karena itu, kata fondasi atau landasan dengan kata dasar (basic
reference) merupakan dua hal yang berbeda wujudnya, tetapi sangat erat
hubungannya.
Jadi, dilihat dari pengertian di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan adalah fondasi atau
dasar tempat berpijaknya sesuatu.
Landasan Akhlak Islam adalah
bersifat religius yaitu Al-qur’an dan Hadits. Berikut ini ada beberapa bagian
dari landasan-landasan yang ada didalam Hadits dan Al-Qur’an yaitu sebagai
berikut:
1. Akhlak merupakan salah
satu tujuan diutusnya Rasulullah.
“Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia.” (HR. Bukhori dan Malik).
2.
Akhlak yang bagus sebagai standar atau berpengaruh untuk kesempurnaan
iman seseorang.
“Sesempurna-sempurna iman seseorang
di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan
Abu Dawud).
3.
Akhlak yang baik dapat memperberat timbangan kebajikan.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat
timbangannya di mizan kecuali kusnul khuluq/baiknya akhlak.” (HR. Ahmad
dan Abu Dawud).
Dalam islam,
dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau
buruk adalah al-qur’an dan As-sunnah. Segala sesuatu yang baik menurut
al-qur’an dan As-sunnah , itulah yang baik untuk di jadikan pegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut al-qur’an
dan As- sunnah, berarti tidak baik dan harus di jauhi.
Ketika di tanya tentang akhlak
Rasulullah SAW, Aisyah pun menjawab:
كا ن خلقه القران
Artinya: “ Akhlak Rasulullah adalah
al-qur’an “
Maksud perkataan aisyah adalah
segala tingkah laku dan tindakan rasulullah SAW baik yang zahir maupun yang
batin senantiasa mengikuti petunjuk dari al-qur’an. Al-quran selalu mengajarkan
umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran
baik atau buruk ini di tentukan oleh al-qur’an.
Kepentingan
akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam al-qur’an .
Al-qur’an menerangkan berbagai pendekatan yang meletakkan al-qur’an sebagai
sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling jelas. Pendekatan
al-qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoretikal,
melainkan dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlak mulia dan akhlak
buruk di gambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realitas
kehidupan manusia semasa al-qur’an diturunkan.
Al-qur’an
mengambarkan akidah orang-orang yang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan
gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding
terbalik dengan perwatakan orang-orang yang kafir dan munafik yang jelek,
zalim, dan rendah hati. Gambaran akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas
dalam perilaku manusia di sepanjang sejarah. Al-qur’an juga menggambarkan
perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam
kehidupan dan ketika mereka di tentang oleh kefasikan, kekufuran, dan
kemunafikan yang menggagalkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras
kehidupan yang luhur dan murni itu.
Allah SWT berfirman :
يا هل الكتب قد جا ء كم ر سو لنا يبين لكم كثيرا مما كنتم تخفون من
الكتب ويعفواعن كثير .قد جا ء كم من ا لله
نو ر و كتب مبين ـ يهد ي به الله مناتبعرضوا نه سبل السلم و يخر جهم من الظلمت الي
النور باذ نه ويهد يهم الي صراط مستقيمـ { الما ىده : 15-16}
Artinya:
15. “ Wahai Ahli Kitab ! sungguh,
Rasul kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyal hal dari (isi)
kitab yang kau sembunyikan dan banyak pula yang membiarkanya. Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT dan kitab yang menerangkan”[408]
16. “ Dengan kitab itulah allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan , dan dengan kitab itu pula Allah SWT
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan
menunjukkan ke jalan yang lurus “ ( QS. Al-Maidah 15-16 )
[408]Cahaya maksudnya adalah Nabi
Muhammad s.a.w dan kitab maksudnya adalah al-qur’an
Pribadi Rasulullah SAW adalah contoh
yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul
karimah.
Firman Allah SWT :
لقد كا ن لكم في
ر سو ل الله اسو ة حسنة لمن كا ن ير جواالله و اليو م الا خر وذ كرا لله كثيرا {
الاخراب : 12 }
Artinya : “ Sungguh, telah ada pada
diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang
mengharap rahmat allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak menginggat
Allah SAW “ { Al- ahzab (33) : 21 }
Di samping itu, Rasulullah SAW sendiri
menyebutkan :
ا نما بعثت لا تم م كا ر م الا خلا ق ( ر واه ما لك )
Artinya : “ sungguh aku di utus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia “
( HR. Malik )
Tujuan mendasar Rasulullah SAW sejak
kenabian secara tegas di jelaskan dalam al-qur’an:
و ا نك لعلى خلق عظيم ( القلم : 4 )
Artinya : “ Dan sesungguhnya engkau
benar-benar berbudi pekerti yang luhur .”
{ QS. Al- Qalam
(68): 4}
Hal ini
menunjukkan peran penting akhlak dalam islam.
5. Landasan
filosofis Akhlak Manusia
Filsafat adalah
pengetahuan yang mementingkan rasio dalam menggali kebenaran yang sifatnya
formal maupun materiil. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang
bervariasi.
·
Juhaya S. Pradja mengatakan bahwa
arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang kritis. Sikap itu merupakan sikap toleran
dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa
prasangka. Berfilsafat tidak hanya membaca dan mengetahui filsafat. Filsafat
mengantarkan semua yang mempelajarinya kedalam refleksi pemikiran yang mendalam
dan penuh hikmah. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai teknik
analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan
dan merasakan secara falsafi.
·
Frans Magniz Suseno menegaskan bahwa
kritisnya filsafat adalah kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah berpuas
diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sudah selesai, bahkan senang untuk
membuka kembali perdebatan, serta selalu secara hakiki bersifat dialektis dalam
arti bahwa setiap kebenaran menjadi lebih benar dengan setiap putaran
tesis-antitesis dan antitesisnya antetesis. Filsafat bersifat kritis apabila ia
membangun suatu gedung teoritis, sebagai mana diperlihatkan dengan begitu megah
oleh hegel, filsuf pembangun sistem terbesar yang sekaligus berhasil untuk
merumuskan sifat dialektis yang hakiki bagi segenap filsafat sejati
Dari berbagai
pengertian filsafat diatas, dapat dipahami bahwa filsafat adalah pengetahuan
tentang cara berfikir kritis, pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya
sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang terakhir.
Dari
uraian-uraian tentang landasan filosofis mengenai akhlak manusia, dapat di
ambil pemahaman yang lebih singkat sebagai berikut :
1.
Manusia adalah makhluk yang berakal
dan dengan akalnya manusia memiliki kemampuan untuk memilih suatu bentuk
perbuatan yang menguntungkan atau merugikan
2.
Manusia adalah makhluk sosial,
sebagai makhluk yang saling bergantung dan saling membutuhkan. Oleh karena itu,
hubungan antara manusia memerlukan aturan normatif dan rasional.
3.
Manusia adalah makhluk jasmani dan
rohani, sehingga setiap akhlaknya melibatkan potensi akhlak dan hati.
4.
Manusia telah di kungkung oleh
perilaku masa lalu dari sejarah kemanusiaanya sehingga manusia akan meniru
perilaku masa lalunya untuk di kembangkan ke dalam bentuk perilaku masa kini
5.
Manusia adalah organisme yang
struktural dan fungsional sehingga setiap perbuatanya tidak hanya dapat di
lihat secara materil, tetapi juga sebagai bagian paling esensial dari kinerja
jasmanilah dan rohaniahnya
6.
Manusia adalah makhluk yang di
lahirkan dalam keadaan fitrah, yang cenderung pada kebenaran, tetapi dalam
kehidupanya menghadapi pergumulan lingkungan hidup yang kompleks, sehingga
akhlak manusia tidak dapat lepas dari pengaruh kuat lingkungan disekitarnya.
Dengan beberapa pandangan filosofis
tersebut, filsafat dapat di jadikan landasan Normatif untuk perilaku atau
akhlak manusia, baik sebagai induvidu maupun struktur sosial, ke dalam bentuk
perbuatan yang konkret dan terukur. Bahkan, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, pemahaman filosofis tentang politik dan sosial telah memengaruhi
langkah-langkah kehidupan kenegaraan, seperti pembagian dan pemisahan kekuasaan
yang semua pemikiranya di cetuskan oleh john locke tentang Trias politica.
Dengan demikian, pemahaman filosofis
tentang landasan normatif akhlak manusia berakal dari suatu keyakinan manusia
terhadap potensi yang dimilikinya, yaitu potensi akal, potensi emosi, dan potensi
jasmaninya. Ketiga potensi tersebut dinilai menurut norma yang dipegangnya
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil
pemaparan kajian karya ilmiah adalah sebagai berikut:
·
kedudukan akhlak, terdiri
dari tiga macam sendi islam yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Ketiga macam sendi islam tersebut mencakup: Masalah
aqidah (iman), Masalah syari’ah (islam), Masalah ihsan. Dari sinilah kita dapat
mengetahui kedudukan akhlak yang meliputi tiga sendi di atas, dengan fungsi
yang selalu mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam memanifestasikan
keimanan, ibadah, serta muamalahnya terhadap sesama manusia.
·
Landasan Akhlak Islam adalah
bersifat religius yaitu Al-qur’an dan Hadits. Berikut ini ada beberapa bagian
dari landasan-landasan yang ada didalam Hadits dan Al-Qur’an yaitu sebagai
berikut:1.
ü Akhlak merupakan salah satu tujuan diutusnya Rasulullah.
ü Akhlak yang bagus sebagai standar atau berpengaruh untuk
kesempurnaan iman seseorang.
ü Akhlak yang baik dapat memperberat timbangan kebajikan.
·
filsafat adalah pengetahuan tentang
cara berfikir kritis, pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai
ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang terakhir.
ü Manusia adalah makhluk yang berakal
ü Manusia adalah makhluk sosial
ü Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani
ü Manusia adalah organisme yang struktural dan fungsional
ü Manusia adalah makhluk yang di lahirkan dalam keadaan fitrah
B.
SARAN
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah. Dan dalam
penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar
dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat menjadi lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Drs.K.H. Hamid, Mag, Abdul. Ilmu Akhlak. CV. Pustaka Setia. Bandung:2010
Prof. Dr. Anwar, Mag, Rosihon. Akhlak tasawuf. CV. Pustaka Setia. Bandung:2010
M. Anwar, Sag, Rosyid. Akhlak Tasawuf.Penerbit Nuansa. Bandung:2005
Rosihan Anwar, “Akhlak Tasawuf” Bandung: CV Pustaka Setia , 2010, hal:
11
Abbudin Nata, “Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia”, Jakarta : PT
RajaGrafindo persada,2013, hal:1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar