Rabu, 04 Januari 2017

Landasan dan kedudukan akhlak



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
 Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai induvidu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinya. Sebaliknya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinya. Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang, dan tidak ada perbuatan yang tercela. Dalam keseluruhan ajaran agama islam, akhlak memiliki kedudukan yang sangat istimewa dan sangat penting. Ajaran Khlak dalam islam sesuai dengan fitrah manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki bukan semu bila mengikuti semua nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh al-qur’an dan sunnah, dua sumber akhlak dalam islam. Akhlak islam benar-benar menjaga eksistensi manusia yang terhormat sesuat dengan fitrahnya itu. Ajaran Akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada tuhan dan mengakuinya bahwa hanya Dia-lah maha pencipta, pemilik, pemelihara, pelindung, pemberi rahmat, pengasih dan penyayang terhadap segala makhluk-Nya Selain itu, agaman Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat manusia kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam ajaran Al-Qur’an yang di turunkan oleh Allah SWT dan ajaran sunnah yang di datangkan oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itu pembahasan makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai pengertian iman,  Islam, ihsan dan kedudukan akhlaq dalam iman, Islam, Ikhsan.


B.      Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian iman, islam dan ikhsan?
2.       Apa kedudukan Akhlak dalam islam?
3.       Apa kedudukan Akhlak dalam iman?
4.       Apa kedudukan Akhlak dalam ikhsan?
5.       Bagaimanakah landasan Akhlak dalam islam?
6.       Bagaimanakah Landasan filosofis Akhlak manusia?
C.      Maksud dan Tujuan

Pembuatan makalah ini bermaksud dan bertujuan untuk memberikan wawasan serta ilmu pengetahuan kepada para pembaca, khususnya kepada kami. Dan diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan menerapkan perihal akhlak, landasan dan kedudukan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya











BAB II

PEMBAHASAN

1)        Pengertian iman, islam dan ikhsan
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan  oleh Muslim dari Abdullah bin Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, yang kemudian ternyata orang itu adalah malaikat Jibril, menanyakan tentang arti Iman, Islam dan Ihsan. Dan dalam dialog antara Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril itu, Rasulullah SAW memberikan pengertian tentang Iman, Islam dan Ihsan tersebut sebagai berikut:

·  اَلْآيْمَانُ : اَنْ تُؤْمِنَ بِااللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُوْلِهِ وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِخَيْرِهِ وَشَرِّهِ
·  اَلْاِسْلَامُ : اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ تَخُجَّ الْبَيْتَ اِنِ ا سْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا
·  اَلْاِحْسَانُ  : اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya:
·      Iman : Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhirat seerta engkau beriman kepada kadar (ketentuan Tuhan) baik dan buruk.
·         Islam : Engkau menyaksikan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, engkau  mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu pergi kesana.
·         Ihsan : Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak meluhat-Nya yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.
Jika dilihat lebih jauh tentang pengertian Iman, Islam dan Ihsan baik dilihat dari sudut etimologi maupun terminologi dapat diperoleh beberapa penjelasan sebagai berikut

a.                  Pengertian Iman
     Iman menurut etimologi artinya percaya yang berasal dari bahasa arab: Amana- Yu’minu- Imaanan. Sedangkan menurut istilah Iman adalah: Tasdiqun bil qalbi wa iqraarun bil lisan wa’amalun bil arkaan. Yakni meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Dengan demikian orang yang sudah menyatakan diri beriman menurut hukum Islam haruslah menyatukan antara ucapan, sikap dan perilaku anggota badan untuk melakukan semua  perbuatan yang sesuai dengan tuntutan iman tersebut. Iman seperti dijelaskan di dalam Al-Qur’an kitab suci umat Islam, Iman adalah pengakuan bahwa hanya Allah sajalah yang patut disembah, serta Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir.
Iman meliputi enam perkara yaitu:
1.    Iman kepada Allah SWT,
2.    Iman kepada Malaikat,
3.    Iman kepada Kitab- kitab Allah SWT,
4.     Iman kepada Nabi,
5.     Iman kepada hari akhir
6.     iman kepada qodho dan qodharnya Allah SWT.
Untuk rukun iman yang pertama bahwa mengetahui dan meyakini akan keesaan Allah dengan mempercayai bahwa Allah memiliki sifat-sifat ynag mulia. Untuk itu manusia hendaknya meniru sifat-sifat Tuhan itu, yakni Allah SWT. Misalnya bersifat Al-Rahman dan Al-Rahim (Maha pengasih dan Maha Penyayang), maka sebaiknya manusia meniru sifat tersebut dengan mengembangkan sikap kasih sayang di muka bumi. Demikian juga jika Allah bersifat dengan Asma’ul Husna itu harus dipraktekkan dalam kehidupan. Dengan cara demikian iman kepada Allah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan akhlak yang mulia.
Demikian juga jika seseorang beriman kepada para malaikat, maka yang dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sift-sifat yang terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka dan patuh melaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan. Hal ini juga dimaksudkan agar manusia merasa diperhatikan dan diawasi oleh para malaikat, sehingga ia tidak berani melanggar larangan Tuhan.
Demikian pula beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Tuhan , khususnya Al-Qur’an, maka dengan mengikuti segala perintah yang ada dalam Al-Qur’an dan menjauhi apa yang dilarangnya. Dengan kata lain beriman kepada kitab-kitab, khususnya Al-Qur’an harus disertai dengan berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an seperti halnya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya beriman kepada para rasul, khususnya kepada Nabi Muhammad SAW. juga harus disertai upaya mencontoh akhlak Rasulullah di dalam Al-Qur’an dinyatakan oleh Allah bahwa nabi Muhammad SAW itu berakhlak mulia.
Demikian pula beriman kepada hari akhir, dari sisi akhlaki harus disertai dengan upaya menyadari bahwa segala amal perbuatan yang dilkaukan selama di dunia ini akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Amal perbuatan manusia selama di dunia akan ditimbang dan dihitungb serta diputuskan dengan seadilnya. Mereka yang amalnya lebih banyak yang buruk dan ingkar kepada Tuhan akan dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan mereka yang amalnya lebih banyak yang biak akan dimasukkan ke dalam syurga. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi seseorang agar selama hidupnya di dunia ini banyak melakukan amal yang baik, menjauhi perbuatan dosa dan ingkar kepada Allah.
Selanjutnya beriman kepada qada dan qadar juga erat kaitannya dengan akhlak, yaitu agar orang yang percaya kepada qada dan qadar itu seanantiasa mau bersyukur terhadap keputusan Tuhan dan rela menerima segala keputusan-Nya. Perbuatan demikian termasuk ke dalam akhlak yang mulia

b.        Pengertian islam

Islam menurut bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu: Aslama- Yuslimu- Islaaman artinya patuh, tunduk, menyerahkan diri dan selamat. Sedangkan Islam menurut istilah adalah agama yang membawa kedamaian bagi umat manusia, selama mereka berserah diri kepada Tuhan, dan pasrah atas kehendak-Nya. Sesuai dengan kitab suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, Islam adalah satu-satunya agama yang benar, diakui oleh seluruh Nabi sejak Nabi Adam As sampai Muhammad SAW nabi terakhir.
Islam juga dapat diartikan agama yang mengajarkan manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah untuk menuju keselamatan di dunia dan di akhirat. Yang dimaksud dengan tunduk atau berserah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya (taqwa), berdasarkan sabda Nabi SAW: ” Islam itu adalah engkau menyembah Allah,tiada engaku persekutukan Dia dengan sesuatu yang lain, engkau dirikan shalat, engkau keluarkan zakat yang difardhukan, engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau tunaikan ibadah haji jika sanggup pergi ke Baitullah”.(HR.Bukhori)

D.      Pengertian Ikhsan

   kemudian Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsana, yang artinya kebaikan. dan hubungan antara manusia dengan Allah memiliki aspek rohaniah, yang dikenal dalam bahasa arab disebut dengan Ihsan. Secara sederhana Ihsan dapat diartikan dengan al-itqon (baik, cerdas, professional). Professional dalam segala pekerjaan, professional dalam bermu’amalah, professional dalam berucap. Sedangkan menurut istilah, Ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah berarti berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan tersebut dilakukan semata-mata karena Allah SWT.
Ihsan juga dapat diartikan berarti menyembah Allah dengan sepenuh hati, memusatkan perhatian kepada Allah seakan-akan melihat Allah dihadapannya. Jika tidak demikian harus tetap yakin bahwa Allah melihat dirinya. Ibadah seperti inilah yang akan dapat mempengaruhi kepribadiannya menjadi manusia yang berakhlaq mulia. Adapun ihsan terhadap sesama manusia adalah berbuat yang lebih baik(dari semestinya) sesuai petunjuk Islam.
Dengan demikian yang dimaksud Ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat beribadah semata-mata kepada Allah SWT. Seperti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:” Hendaknya engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, atau paling tidak rasakan bahwa Ia melihatmu, meski engkau tidak melihatNya”. Hal ini berarti, bahwa manusia seharusnya memiliki kesadaran, bahwa segala apa yang dilihatnya ada dalam jangkauan pengawasan Allah. Apabila belum muncul perasaan demikian, maka hendaknya orang tersebut meyakini bahwa segala apa yang dilakukannya pasti selalu di lihat oleh Allah SWT.
Selain pemahaman mengenai Iman, Islam dan ikhsan, kita juga perlu mengetahui kedudukan akhlak, yang terdiri dari tiga macam sendi islam yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga macam sendi islam tersebut mencakup:
1.      Masalah aqidah (iman)
Dalam hal ini meliputi enam rukun iman, dengan kewajiban beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Kiamat, serta Qadha’ dan Qadar.
2.      Masalah syari’ah (islam)
Masalah ini meliputi pengabdian kepada Allah yang dapat dilihat dalam rukun islam yang lima. Muamalah juga merupakan masalah syari’ah yang meliputi pernikahan, pewarisan, perekonomian, perlindungan HAM, dan lain sebagainya.
3.      Masalah ihsan 
Masalah ihsan meliputi hubungan baik terhadap  Allah, terhadap sesama manusia, serta terhadap semua makhluk yang ada di dunia ini.

Dari sinilah kita dapat mengetahui kedudukan akhlak yang meliputi tiga sendi di atas, dengan fungsi yang selalu mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam memanifestasikan keimanan, ibadah, serta muamalahnya terhadap sesama manusia. Perlu ditegaskan bahwa akhlak mulia selalu melengkapi sendi keimanan untuk menuju pada kesempurnaan kepribadian manusia, sebagaimana keterangan hadits yang berbunyi:
قال رسولالله صلّى الله عليه وسلّم: اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا ...
(رواه التّرمذى عن ابى هريرة)
“Rasulullah SAW bersabda: paling sempurna keimanan orang mukmin apabila  akhlakanya lebih baik…..”(HR. At-Tirmidzi, dari Abi Hurairah)

2)        Kedudukan Akhlak dalam iman

    Iman ialah mengetahui dan meyakini akan keesaan Tuhan, mempercayai adanya malaikat, mengimani adanya kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar Hubungan antara iman dan akhlaq sangat erat dan tidak bisa dipisahkan. Tidak bisa dipercaya apabila seorang mengaku baik dan beriiman namun akhlaq dan perbuatannya jauh dari nilai keimanan. Begitu pula seseorang akan sulit menjaga kebaikan Akhlak dan perbuatannya dalam segala kondisi, ketika keimanan tidak bersemayam lekat di dalam jiwanya. Siapa yang memiliki perangai dan akhlaq yang buruk maka itu adalah pertanda baik buruknya iman pada seseorang tersebut, namun sebaliknya siapa yang memiliki perangai akhlak dan baik maka baik pula.     Untuk merubah atau menghilangkan akhlaq dan perilaku yang tercela perlu dibenahi juga sisi keimanan dan keislaman dalam jiwa. Karena perilaku dan akhlaq merupakan ekspresi dan sesuatu yang lahir dari apa yang ada dalam jiwa dan hati. Sebagaimana iman adalah energi yang mendorong seseorang berakhlaq baik, menghiasi dirinya dengan amal shaleh dan menjaganya dari perkara yang tidak terpuji, begitu pula hawa nafsu bisa mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan sebaliknya. Maka, jika keimanan mendominasi hati dan jiwa seseorang sehingga ia mengalahkan dorongan hawa nafsu, dalam kondisi ini, akhlaq dan perbuatan baik adalah buah yang lahir darinya. Namun sebaliknya, jika hawa nafsu mendominasi dan mengalahkan keimanan maka ia akan melahirkan perbuatan akhlaq tercela. Akhlaq bisa dijadikan sebagai barometer keimanan seeorang . ibadah-ibadah yang disyariatkan sebagai sarana untuk mengkondisikan hati dan meningkatkan keimanan, bisa diukur baik atau tidaknya pelaksanaan ibadah tersebut, diterima atau tidaknya ibadah tersebut dari sisi akhlak dan perilaku. Bahwa ibadah sholat yang baik adalah ketika ia mampu mewarnai perilaku dan perbuatan kita. Baik perbuatan yang hanya berdampak pada diri sendiri maupun orang lain atau sosial. Shalat yang mampu mengkondisikan jiwa dan keimanan seseorang bisa dinilai dari perbuatan dan akhlakqnya.

3)        Kedudukan Akhlak dalam islam

Dalam islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting yaitu sebagai salah satu rukun agama islam. Dalam kaitan ini, rasullah SAW pernah bertanya “ beragama itu apa?” beliau menjawab “berakhlak yang baik (HR. Muslim ) pentingnya kedudukan aklak dapat di lihat ketika melihat bahwa salah sumber akhlak adalah wahyu
Akhlak memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat individual maupun kolektif. Tak heran jika kemudian al-qur’an memberikan penekanan terhadapnya. Al-qur’an meletakkan dasar-dasar akhlak yang mulia. Demikian pula al-hadits telah memberikan porsi cukup banyak dalam bidang akhlak. Menurut satu penelitian, dari 60.000 hadist, 20.000 diantaranya berkenaan dengan akidah, sementara sisanya 40.000 berkenaan dengan akhlak dan muamalah. Ini dapat di jadikan sebagai bukti bahwa al-hadits, sebagaimana al-qur’an, sangat memperhatikan urusan akhlak. 
Diantara hadist yang menekankan pentingnya akhlak adalah sabda Rasulullah SAW:
ا كمل المؤ منين ايما نا احسنهم خلقا (ر واه الترمذى)
Artinya: “ Mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling bagus akhlaknya.” ( HR. At-Tirmidzi)

ا ن المؤمن يد ر ك بحسن خلقه د ر جا ت قا ىم ا لليل صا ىم النهار (ر واه ا حمد)
Artinya: “ Sesungguhnya, seorang mukmin akan bisa mencapai derajat sholat malam dan orang yang puasa dengan akhlaknya yang mulia”

Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW pernah menegaskan:
لكل دين خلق و خلق الا سلام الحياء (ر واهما لك)
Artinya: “Setiap agama memiliki akhlak  dan akhlak agama islam adalah rasa malu”  )HR. Imam maliki)

Islam menuntut setiap pemeluknya untuk menjadikan Rasulullah SAW sebagai contoh dalam segala aspek kehidupan. Khusus dalam akhlak, Allah SWT memuji beliau dengan diiringi sumpah:
و ا نك لعلى خلق عظيم (القلم : 4)
Artinya: “ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. “ (Al-qalam(68): 4)

Nabi Muhammad SAW. Pun mengkabarkan bahwa orang yang paling sempurna keimanannya di antara umatnya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan demikian, seyogyanya seorang muslim berusaha dan bersemangat untuk memiliki akhlak yang baik dan merujuk kepada Rosulullah SAW Dalam berakhlak.
Dalam kaitan dengan kedudukan akhlak, Ibnu Maskawaih menerangkan,
“Islam pada hakikatnya adalah suatu aliran etika, islam memperbaiki budi pekerti manusia sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota masyarakat pergaulan bersama islam menanamkan bibit cinta kasih sayang di dalam jiwa manusia.”
Paparan ini, dengan jelas menunjukkan bahwa risalah Islam memperjuangkan kesempurnaan, kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, umat Islam merupakan model terbaik bagi implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana diperlihatkan dengan baik oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Akhlak sangat penting dalam kehidupan karena ia mempunyai dampak yang amat besar dalam kehidupan manusia antara lain . Didalam islam akhlak itu mempunyai kedudukan yang tinggi sekali, antara lain:
ü Akhlak sebagai the central teaching of islam ( pusat ajaran islam ) dalam Al-qur’an terdapat kurang lebih 1500 kata yang mengandung ajaran-ajaran tentang akhlak, baik yang teoritis maupun tuntutan praktis. Atas dasar ini hampir seperempat kandungan Al-qur’an berbicara tentang akhlak, demikian pula dalam hadist, sehingga dapat di simpulkan bahwa akhlak menempati kedudukan yang sangat urgen dalam islam
ü Akhlak ukuran keimanan seseorang, akhlak dalam islam juga dijadikan oleh Allah SWT sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kebaikan akhlaknya. Peryataan ini didasarkan pada penegasan Rasulullah berikut ini:
ا كمل المؤ منين ايمنا احسنهم خلقا ( رواه التر مذى )
Artinya: “Sesempurnanya iman seseorang mukmin adalah orang yang baik akhlaknya“.
ü Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok risalah islam Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam.
ü Akhlak yang baik akan memberatkan timbngan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat
ü  Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlaq sebagai ukuran kualitas keimananya.
ü Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.
ü Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan Akhlak beliau
    Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlaq ini lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan Al-Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Perintah tersebut sasaranya antara lain agar yang melakukanya memiliki akhlak yang mulia. Selanjutnya  perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad SAW.   Sebagaimana terlihat pada ucapan dan perbuatanya yangmengandung akhlak.
   Di dalam haditsnya misalnya ditemukan pernyataan bahwa beliau diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Orang yang paling berat timbangan amal baiknya di akhirat adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Orang yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Umat Islam yang dipersiapkan untuk benar-benar menjadi ”ummatan wasathan”, harus dilengkapi dengan tuntunan itu berupa ajaran akhlaq mulia, yang diharapkan untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Karena itu sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan atas”Al-Akhlaqul Karimah”, yang menjadi pegangan bagi umat islam. Akhlaq dalam Islam ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan kebaikan bagi masyarakat. Orang Islam dengan petunjuk agamanya mengikat Akhlak dengan agama dengan ikatan yang kukuh ia memandang Akhlak sebagai bagian yang tidak dapat terpisah dari agama. Akhlaq yang baik yang menggambarkan kebaikan dalam tingkah laku danmu’amalah , sehingga ia menjadi sumber pokok bagi tingkah laku yang utama dan Akhlak yang mulia dalam Islam.


4)        Kedudukan Akhlak dalam Ikhsan

Kata Ihsan (bahasa arab) berasal dari kata kerja (fi’il)
اَحْسَنَ ، يُحْسِنُ ، اِحْسَانًا artinyaفِعْلُ اَلْحَسَنِ (perbuatan baik).
K.H. Moenawar Chalil  mengatakan, Ihsan  ialah “berbuat baik atau perbuatan baik”. Asfahani, sebagaimana dikutip oleh Moenawar Chalil, mengatakan bahwa Ihsan  itu dapat diartikan dalam dua arti, yaitu:
1.    Memberi kenikmatan (kebaikan) kepada orang lain.
2.    Mengetahui dengan baik akan sesuatu pengetahuan dan mengerjakan dengan baik akan sesuatu pekerjaan.
Jadi Ihsan  dapat dikatakan sebagai puncak kesempurnaan dari Iman dan Islam. Orang yang telah sempurna keimanan dan keislamannya akan mencapai suatu keadaan dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Allah seakan-akan melihat Allahdan bila tidak dapat demikian, ia akan selalu diawasi oleh Allah. Ihsan dapat menimbulkan amal saleh dan menjauhkan orang dari perbuatan-perbuatan buruk. Imam al-Nawawi menegaskan bahwa ihsan itu merupakan jawami’ul kalim, yaitu suatu ungkapan yang mencakup tujuan dari hakikat Iman dan Islam.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang agama dalam satu kalimat yang sangat singkat yakni ad-dhinul mu’amalah. Agama adalah interaksi Interaksi yang di maksud disini adalah hubungan tinggal balik antara manusia dengan tuhanya. Islam datang membawa ajaran yang mengarahkan manusia memperbaiki hubungan antara semua pihak. Ihsan dalam arti akhlak mulia atau pendidikan akhlak mulia sebagai puncak keagamaan dapat dipahami juga dari beberapa hadits terkenal seperti “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran berbudi”
Ihsan secara lahiriah melaksanakan amal kebaikan ikhsan dalam  bentuk lahiriah ini, jika dilandasai dan dijiawai dalam bentuk rohaniah (batin) akan menumbuhkan keikhlasanBeramal ihsan yang ikhlas membuahkan taqwa yang merupakan buah tertinggi dari segala amal ibadah kita. Ihsan dalam gagal sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasul dalam salah satu haditsnya. Pada akhirnya dia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan maka ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Adapun landasan syar’i ikhsan yaitu:
·         Pertama, Al-Qura’anul Karim

“Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuta baik.”
(QS. Al-Baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kamu untuk berbuat adil dan kebaikan” (QS. Al-Nahl: 90)
·         Kedua, As-sunnah
Rasulullah bersabda :”Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik.”(HR. Muslim)
5.    Landasan Akhlak Dalam Islam  

A.                Landasan Akhlak
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa Indonesia  menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali  sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber.
Istilah lain yang hampir sama (identik) dengan kata landasan adalah kata dasar (basic). Kata dasar adalah awal, permulaan atau titik tolak segala sesuatu. Pengertian dasar, sebenarnya lebih dekat pada referensi pokok  (basic reference) dari pengembangan sesuatu. Jadi, kata dasar lebih luas pengertian dari kata fondasi atau landasan. Karena itu, kata fondasi atau landasan dengan kata dasar (basic reference) merupakan dua hal yang berbeda wujudnya, tetapi sangat erat hubungannya.
Jadi, dilihat dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan adalah fondasi atau dasar tempat berpijaknya sesuatu.
Landasan Akhlak Islam adalah bersifat religius yaitu Al-qur’an dan Hadits. Berikut ini ada beberapa bagian dari landasan-landasan yang ada didalam Hadits dan Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
1.  Akhlak merupakan salah satu tujuan diutusnya Rasulullah.
“Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhori dan Malik).
2.      Akhlak yang bagus sebagai standar atau berpengaruh untuk kesempurnaan  iman seseorang.
“Sesempurna-sempurna iman seseorang di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).
3.      Akhlak yang baik dapat memperberat timbangan kebajikan.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya di mizan kecuali kusnul khuluq/baiknya akhlak.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Dalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruk adalah al-qur’an dan As-sunnah. Segala sesuatu yang baik menurut al-qur’an dan As-sunnah , itulah yang baik untuk di jadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut al-qur’an dan As- sunnah, berarti tidak baik dan harus di jauhi.
Ketika di tanya tentang akhlak Rasulullah SAW, Aisyah pun  menjawab:
كا ن خلقه القران
Artinya: “ Akhlak Rasulullah adalah al-qur’an “
Maksud perkataan aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan rasulullah SAW baik yang zahir maupun yang batin senantiasa mengikuti petunjuk dari al-qur’an. Al-quran selalu mengajarkan umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik atau buruk ini di tentukan oleh al-qur’an.
Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam al-qur’an . Al-qur’an menerangkan berbagai pendekatan yang meletakkan al-qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling jelas. Pendekatan al-qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoretikal, melainkan dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlak mulia dan akhlak buruk di gambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realitas kehidupan manusia semasa al-qur’an diturunkan.
Al-qur’an mengambarkan akidah orang-orang yang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding terbalik dengan perwatakan orang-orang yang kafir dan munafik yang jelek, zalim, dan rendah hati. Gambaran akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia di sepanjang sejarah. Al-qur’an juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan ketika mereka di tentang oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang menggagalkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.

Allah SWT berfirman :
يا هل الكتب قد جا ء كم ر سو لنا يبين لكم كثيرا مما كنتم تخفون من الكتب ويعفواعن كثير .قد جا  ء كم من ا لله نو ر و كتب مبين ـ يهد ي به الله مناتبعرضوا نه سبل السلم و يخر جهم من الظلمت الي النور باذ نه ويهد يهم الي صراط مستقيمـ { الما ىده : 15-16}      
Artinya:
15. “ Wahai Ahli Kitab ! sungguh, Rasul kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyal hal dari (isi) kitab yang kau sembunyikan dan banyak pula yang membiarkanya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT dan kitab yang menerangkan”[408]
16. “ Dengan kitab itulah allah menunjuki orang-orang yang mengikuti  keridhaan-Nya ke jalan keselamatan , dan dengan kitab itu pula Allah SWT mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus “ ( QS. Al-Maidah 15-16 )
[408]Cahaya maksudnya adalah Nabi Muhammad s.a.w dan kitab maksudnya adalah al-qur’an 
Pribadi Rasulullah SAW adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.
Firman Allah SWT :
لقد كا ن لكم في ر سو ل الله اسو ة حسنة لمن كا ن ير جواالله و اليو م الا خر وذ كرا لله كثيرا { الاخراب : 12 }                                                                     
Artinya : “ Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak menginggat Allah SAW “ { Al- ahzab (33) : 21 }

Di samping itu, Rasulullah SAW sendiri menyebutkan :
ا نما بعثت لا تم م كا ر م الا خلا ق ( ر واه ما لك )
Artinya : “ sungguh aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia “
( HR. Malik )
Tujuan mendasar Rasulullah SAW sejak kenabian secara tegas di jelaskan dalam al-qur’an:
و ا نك لعلى خلق عظيم ( القلم : 4 )
Artinya : “ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur .”
{ QS. Al- Qalam (68): 4}
Hal ini menunjukkan peran penting akhlak dalam islam.
5. Landasan filosofis Akhlak Manusia
     Filsafat adalah pengetahuan yang mementingkan rasio dalam menggali kebenaran yang sifatnya formal maupun materiil. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bervariasi.
·         Juhaya S. Pradja mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang kritis. Sikap itu merupakan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya membaca dan mengetahui filsafat. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajarinya kedalam refleksi pemikiran yang mendalam dan penuh hikmah. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai teknik analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara falsafi.
·         Frans Magniz Suseno menegaskan bahwa kritisnya filsafat adalah kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah berpuas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sudah selesai, bahkan senang untuk membuka kembali perdebatan, serta selalu secara hakiki bersifat dialektis dalam arti bahwa setiap kebenaran menjadi lebih benar dengan setiap putaran tesis-antitesis dan antitesisnya antetesis. Filsafat bersifat kritis apabila ia membangun suatu gedung teoritis, sebagai mana diperlihatkan dengan begitu megah oleh hegel, filsuf pembangun sistem terbesar yang sekaligus berhasil untuk merumuskan sifat dialektis yang hakiki bagi segenap filsafat sejati
Dari berbagai pengertian filsafat diatas, dapat dipahami bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang cara berfikir kritis, pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang terakhir.
Dari uraian-uraian tentang landasan filosofis mengenai akhlak manusia, dapat di ambil pemahaman yang lebih singkat sebagai berikut :
1.        Manusia adalah makhluk yang berakal dan dengan akalnya manusia memiliki kemampuan untuk memilih suatu bentuk perbuatan yang menguntungkan atau merugikan
2.        Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk yang saling bergantung dan saling membutuhkan. Oleh karena itu, hubungan antara manusia memerlukan aturan normatif dan rasional.
3.        Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani, sehingga setiap akhlaknya melibatkan potensi akhlak dan hati.
4.        Manusia telah di kungkung oleh perilaku masa lalu dari sejarah kemanusiaanya sehingga manusia akan meniru perilaku masa lalunya untuk di kembangkan ke dalam bentuk perilaku masa kini
5.        Manusia adalah organisme yang struktural dan fungsional sehingga setiap perbuatanya tidak hanya dapat di lihat secara materil, tetapi juga sebagai bagian paling esensial dari kinerja jasmanilah dan rohaniahnya
6.        Manusia adalah makhluk yang di lahirkan dalam keadaan fitrah, yang cenderung pada kebenaran, tetapi dalam kehidupanya menghadapi pergumulan lingkungan hidup yang kompleks, sehingga akhlak manusia tidak dapat lepas dari pengaruh kuat lingkungan disekitarnya.

Dengan beberapa pandangan filosofis tersebut, filsafat dapat di jadikan landasan Normatif untuk perilaku atau akhlak manusia, baik sebagai induvidu maupun struktur sosial, ke dalam bentuk perbuatan yang konkret dan terukur. Bahkan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pemahaman filosofis tentang politik dan sosial telah memengaruhi langkah-langkah kehidupan kenegaraan, seperti pembagian dan pemisahan kekuasaan yang semua pemikiranya di cetuskan oleh john locke tentang Trias politica.
Dengan demikian, pemahaman filosofis tentang landasan normatif akhlak manusia berakal dari suatu keyakinan manusia terhadap potensi yang dimilikinya, yaitu potensi akal, potensi emosi, dan potensi jasmaninya. Ketiga potensi tersebut dinilai menurut norma yang dipegangnya








BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pemaparan kajian karya ilmiah adalah sebagai berikut:
·         kedudukan akhlak, terdiri dari tiga macam sendi islam yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga macam sendi islam tersebut mencakup: Masalah aqidah (iman), Masalah syari’ah (islam),  Masalah ihsan. Dari sinilah kita dapat mengetahui kedudukan akhlak yang meliputi tiga sendi di atas, dengan fungsi yang selalu mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam memanifestasikan keimanan, ibadah, serta muamalahnya terhadap sesama manusia.
·         Landasan Akhlak Islam adalah bersifat religius yaitu Al-qur’an dan Hadits. Berikut ini ada beberapa bagian dari landasan-landasan yang ada didalam Hadits dan Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:1.
ü    Akhlak merupakan salah satu tujuan diutusnya Rasulullah.
ü    Akhlak yang bagus sebagai standar atau berpengaruh untuk kesempurnaan  iman seseorang.
ü    Akhlak yang baik dapat memperberat timbangan kebajikan.
·           filsafat adalah pengetahuan tentang cara berfikir kritis, pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang terakhir.
ü    Manusia adalah makhluk yang berakal
ü    Manusia adalah makhluk sosial
ü    Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani
ü    Manusia adalah organisme yang struktural dan fungsional
ü    Manusia adalah makhluk yang di lahirkan dalam keadaan fitrah


B.  SARAN


Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat menjadi lebih baik




















DAFTAR PUSTAKA
Drs.K.H. Hamid, Mag, Abdul. Ilmu Akhlak. CV. Pustaka Setia. Bandung:2010
Prof. Dr. Anwar, Mag, Rosihon. Akhlak tasawuf. CV. Pustaka Setia. Bandung:2010
M. Anwar, Sag, Rosyid. Akhlak Tasawuf.Penerbit Nuansa. Bandung:2005
Rosihan Anwar, “Akhlak Tasawuf” Bandung: CV Pustaka Setia , 2010, hal: 11
Abbudin Nata, “Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia”, Jakarta : PT RajaGrafindo persada,2013, hal:1













Tidak ada komentar:

Posting Komentar