Rabu, 04 Januari 2017

MASYARAKAT



KATA PENGANTAR


 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Masyartakat”. Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sosiologi-Antropologi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.S. Agus Santoso, MAP selaku Dosen mata kuliah Pengantar Sosiologi-Antropologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada sumber sumber inspirasi makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang Ilmu Sosiologi-Antropologi bagi pembaca pada umumnya, serta bagi kami pada khusunya.
            Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik yang positif dan membangun sangat kami harapkan sebagai bahan referensi kami untuk lebih baik lagi kedepannya.
            Terimakasih atas perhatinnya dan mohon maaf jikalau ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini.


Bandung, 1 Oktober 2015


Daftar isi
Kata Pengantar……………………………………………………………   i
Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

Bab 1 Pendahuluan
          1.1
Latar Belakang ………...…………………………………………… 1
          1.2 Identifikasi Masalah ...……………………………………………… 1
Bab 2 Pembahasan
2.1     Kehidupan Kolektif dan Definisi  “Masyarakat”............................2
2.2    
Berbagai Wujud Kolektif Manusia................................................ 4
2.3    
Unsur-Unsur Masyarakat…………………………………….....6
2.4    
Integrasi Masyarakat.........................……………………………12
2.5    
Pranata Sosial…..……..…………………………..........………14
Bab 3 Penutup
3.0     Kesimpulan…....……………………………..…………………17
Daftar Pustaka ……… ……………………………………..………………..1
8














BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Masyarakat merupakan salah satu unsur utama berdirinya suatu negara. Negara yang kolektif, merupakan tanda negara tersebut memliki masyarakat yang berkolektif. Kehidupan kolektif Makhluk  Manusia.Mannusia adalah jenis makhluk yang hidup dalam kolektif, pengetahuan asas-asas hidup kolektif dengan mengamati kehidupan berbagai jenis protozoa, serangga, dan hewan kolektif juga penting untuk dapat memahami kehidupan kolektif makhluk manusia.
Yang mencakup wujudnya kolektif manusia, beberapa unsur manusia, pranata sosial, pranata keluarga, pranata lembaga, kedudukan pranata dan integrasi sosial. Hal ini yang melatar belakangi penulis untuk membuat makalah tentang Masyarakat. Sebab sebagai unsur utama suatu negara. Kita perlu melakukan pembenahan agar terwujudnya kehidupan yang berkolektif yang diharapkan.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan masyarakat yang berkolektif?
2.      Bagaimana upaya kehidupan yang berkolektif?
3.      Apakah yang dimaksud dengan unsur-unsur masyarakat?
4.      Bagaimanakah yang dimaksud dengan integrasi masyarakat?
5.      Apakah yang dimaksud dengan pranata sosial dan lembaga sosial?








BAB II
PEMBAHASAN

2.1  KEHIDUPAN KOLEKTIF DAN DEFINISI  “MASYARAKAT”.

Kehidupan Kolektif Dalam Alam Binatang. Bukan hanya makhluk manusia, tetapi banyak jenis makhluk lain hidup berkelompok bersama individu-individu sejenisnya. Protozoa hidup bersama makhluk-makhluk sel jenis dalam suatu  kolektif berjumlah ribuan sel sejenis dalam kolektif berjumlah ribuan sel yang masing-masing merupakan individu sendiri. Kolektif-kolektif protozoa, seperti jenis Hydractinia, pembagian kerja yang nyata antar sub-kolektif. Jenis serangga, seperti semut, lebah, belalang hidup secara kolektif. Dalam  kolektif-kolektif pun dapat diamati adanya pembagian kerja antara berbagai sub-kolektif individu. Beberapa jenis semut menurut para ahli terbagi ke dalam 16 sub-kolektif, masing-masing bertugas melakukan salah satru dari ke-16 macam fungsi hidup yang berbeda. Ada yang hanya bertelur, ada yang mencari makan, ada yang tugasnya membersihkan sarang, dan ada yang harus mempertahankan sarangnya terhadap berbagai serangga.
Jenis hewan yang lebih tinggi, seperti ikan, burung, serigala, banteng, dan makhluk-makhluk primat hidup sebagai kesatuan kolektif. Mempelajari kolektif-kolektif hewan kita mendapatkan beberapa ciri yang dapat dianggap ciri khas kehidupan kolektif, yaitu:
1)                  Pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam sub-kesatuan atau golongan individu dalam kolektif untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup.
2)                  Ketergantungan individu kepada individu lain dalam kolektif karena adanya pembagian kerja tadi.
3)                  Kerja sama antara individu yang disebabkan karena sifat ketergantungan tadi.
4)                  Komunikasi anatara individu yang diperlukan antara warga kolektif dan para individu dari luar.
Asas-asas pergaulan di alam bebas, menurut para ahli filsafat H. Spencer, asa egoisme, atau asas “mendahulukan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan (orang) lain”, mutlak bagi berbagai jenis makhluk agar mereka dapat bertahan hidup.
Ahli-ahli filsafat beranggapan bahwa lawan dari asas egoisme, yakni altruisme (hidup berbakti untuk kepentingan hidup individu lain), dapat membuat suatu makhluk menjadi sedemikian kuatnya sehingga dapat bertahan dalam alam yang kejam. Karena asas altruisme yang kuat itulah makhluk kolektif mampu mengembangkan huhbungan bantu-membantu dan kerja sama yang serasi, sehingga mereka menjadi kuat dan mampu mempertahankan keberaaannya di alam. karena pada semut individu-individu dengan penuh dedikasi mencari makan, sementara yang lain gigh menjaga keamanan sarangnya, ratu semut dapat sepenuhnya berkonsentrasi untuk menghasilkan telur sebanyak-banyaknya, dan menjamin kelangsungan hidup jenisnya.
Kehidupan kolektif Makhluk  Manusia.Manusia adalah jenis makhluk yang hidup dalam kolektif, pengetahuan asas-asas hidup kolektif dengan mengamati kehidupan berbagai jenis protozoa, serangga, dan hewan kolektif juga penting untuk dapat memahami kehidupan kolektif makhluk manusia.
Antara kehidupan kolektif hewan dan manusia masihada perbedaan pokok, yaitu bahwa sistem pembagian kerja, kerjasama, dan komunikasi dalam kehidupan kolektif hewan bersifat naluri, pada manusia tidak. Otak manusia telah berevolusi mengembangkan kemampuan akalnya, sehingga mampu membayangkan dirinya maupun peristiwa-peristiwa yang mungkin menimpanya, dan menentukan pilihannya di antara  berbagai alternatif dalam tingkah lakunya untuk mencapai pendayagunaan yang optimal dalam mempertahankan hidupnya.
Manusia menemukan suatu tindakan yang terbukti menanggulangi masalah hidup, tingkah laku tentu akan diulanginya lagi tatkala masalah yang sama kembali dialaminya. Pola tingkah laku dikomunikasikan kepada individu-individu dalam kolektifnya, terutama kepada keturunannya menjadi mantap dan menjadi adat yang dijalankan warga kolektif  tersebut. Demikian berbagai pola tindakan manusia dibakukan menjadi  adat-istiadat, menjadi bagian dari dirinya melalui proses belajar.
Untuk membedakan antara perilaku hewan dan tingkah laku manusia dalam kehidupan kolektif, istilahnya pun dibedakan. Perilaku binatang dan manusia yang direncanakan dalam gen-nya dan merupakan miliknya tanpa melalui proses belajar (seperti refleks, perilaku naluri, dan perilaku membabibuta), dalam bahasa inggris disebut behavior. Sebaliknya, tindakan-tindakan manusia yang tidak terencana di dalam gen-nya, dan harus dijadikan miliknya dengan cara belajar, disebut actions (yaitu “tindakan”atau “tingkah laku”).
Pola tindakan dan tingkah laku manusia adalah hasil dari belajar, pola tindakan  dapat berubah lebih lebih cepat dari pada  perubahan  yang terjadi  pada bentuk  dari organismenya. Pola perilaku  kehidupan kolektif lebah maupun bentuk sarangnya tidak berubah selama ratusan  angkatan sejak lebah berada  di bumi, tidaklah halnya dengan pola tingkah laku manusia.
Perubahan-perubahan terjadi dalam jangka waktu beberapa angkatan keturunan tidak sama pada kolektif manusia yang satu dan kolektif manusia lainnya. Memerlukan satu atau dua abad untuk mengalami  suatu perubahan, tetapi ada yang mengalaminya hanya dalam dua atau tiga angkatan saja. Proses peubahan yang berbeda-beda di berbagai tempat di muka bumi menyebabkan  kesatuan-kesatuan hidup manusia di seluruh dunia sangat bervariasi. Suatu jenis lebah tetap sama perilakunya  dan hidupnya dimana pun ia hidup, maka tidaklah demikian halnya dengan pola tingkah laku serta hidup manusia di Asia, di Afrika, di Australia, di Amerika utara, diAmerika latin, di eropa.

2.2  BERBAGAI WUJUD KOLEKTIF MANUSIA

Jumlah manusia di dunia  sekarang lebih dari tiga milliar jiwa, dan semua makhluk homo sapiens menampakkan suatu aneka ragam yang disebabkan oleh ciri-ciri ras yang berbeda-beda (yaitu ras Kaukasoid, Mongoloid, Negroid). Perbedaan ciri ras tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam pola tingkah laku. Orang Indonesia (pribumi) memiliki ciri-ciri ras Mongoloid Melayu tidak begitu berbeda dalam tingkahlakunya dengan orang Indonesia, keturunan asing memiliki ciri-ciri khas Mongoloid Cina Selatan. Orang Amerika derngan ciri-ciri ras Kaukasoid dan orang sebangsanya memiliki ciri-ciri Negroid tidak berbeda tingkahlakunya, karena keduanya berbicara bahasa yang sama dan bertingkahlaku sesuai dengan adat-istiadat serta gaya hidup orang Amerika.
Perbedaan tingkah laku manusia memang tidak disebabkan oleh ciri ras yang berbeda, melainkan kolektif tempat manusia itu bergaul dan berinteraksi. Wujud adalah kolektif-kolektif dasar yang merupakan kesatuan-kesatuan manusia yang disebut negara-negara nasional, tersebar diseluruh muka bumi. Pada akhir abad ke-20 hampir semua manusia di dunia adalah warga dari salah satu negara nasional. Di Asia tenggara, ada kesatuan-kesatuan besar dan kecil, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Papua Niuguni, filipina, vietnam, Laos, Kampuchea, Muangthail, Myanmar. Di Eropa Barat  terdapat Inggris, Negeri Belanda, Perancis, Denmark, Jerman, Belgia, Luxembrg.
Batas wilayah tiap negara nasional seperti ada kesatuan-kesatuan khusus yang saling berbeda, dengan adat-istiadat, bahasa, atau agama yang berbeda-beda. Batas wilayah negara Indonesia di daerah Sumatera  Utara, misalnya, suku bangsa Aceh berbeda adat-istiadat, bahasa, dan agama.dengan suku bangsa Batak Toba. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang penduduknya semua sama adat-istiadat maupun bahasanya, ada yang beragama Islam Santri, tetapi ada yang beraga Islam Kejawen. Di Eropa, dalam batas wilayah negara Inggris, misalnya, ada suku bangsa Anglosaxon yang terutama beragama Kristen Anglikan, dan suku bangsa Irlandia yang secara dominan beragama Katolik.
Dalam tiap suku bangsa ada kesatuan-kesatuan hidup yang lebih kecil, yakni desa dan kota, pendudukyang terikat dalam kesatuan-kesatuan khusus, yaitu kelompok-kelompok kekerabatan, perkumpulan-perkumpulan rekreasi, partai-partai politik. Di kota jumlah kesatuan-kesatuan khusus biasanya lebih banyak dari pada di desa, dan warga suatu desa atau kota sering kali menjadi anggota dari beberapa kesatuan hidup sekaligus.
Walaupun semua suku bangsa di dunia pada umumnya memiliki wujud, contoh konkret kehidupan suku bangsa bali orang bali tinggal di daerah pedesaan, dan ada yang tinggal di kota. Di desa dapati kelompok-kelompok kekerabatan dadia dan karang, organisasi subak (organisasi yang mengurus pertanian dan irigasi), seka (organisasi pertukangan dan kesenian) berbagai organissasi baru, misalnyaranting – ranting partai politik, pramuka,koperasi daerah, perkumpulan sepak bola.
Di kota, jenis kelompok serta organisasi jumlahnya biasanya lebih banyak daripada di daerah pedesaan, umumnya kelompok –kelompok serta organisasi –organisasi yang tidak tradisional sifatnya, seperti organisasi buruh, perkumpulan sekolah, organisasi wanita, organisasi pegawai.
Kesatuan hidup dalam batas suatu kesatuan negara nasional mempunyai wujud, tidak disebabkan karena ada suku – suku bangsa yang berbeda beda, karena adanya lapisan-lapisan sosial. Dalam suatu negara ada golongan petani, golongan buruh, golongan pedagang, golongan pegawai, golongan bangsawan, masing-masing mempunyai pola tingkah laku, adat istiadat, gaya hidup yang berbeda-beda. Karena ada penilaian tinggi-rendah para warga negara yamg bersangkutan terhadap setiap golongan para warga negara yang bersangkutan, maka golongan-golongan seakan-akan merupakan lapisan-lapisan sosial.
Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda-beda, berbagai lapisan sosial khusus yang hanya berlaku bagi para warga dari tiap-tiap suku bangsa. Lapisan sosial seperti brahmana, satriya, vaisya, dan sudra di Bali, tidak berlaku dalam lingkungan suku bangsa sunda, Minangkabau, Aceh, dan Timor.

2.3  UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
Bermacam-macam wujud kesatuan kelompok manusia menyebabkan beberapa istilah untuk membeda-bedakan macam kesatuan manusia. Kecuali istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, istilah-istilah kesatuan-kesatuan khusus merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok, perkumpulan.
1.                   Masyarakat

Istilah yang paling lazim menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari,. Adalah masyarakat. Menurut bahasa Inggris istilah society yang berasal dari kata latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat berasal dari kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, ikut berpartisipasi”
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar dapat saling berinteraksi. Negara dengan wilayah geografis yang lebih kecil berpotensi untuk berinteraksi secara intensif daripada negara dengan wilayah geografis yang sangat luas. Tambahan pula negara tersebut berupa kepulauan, seperti negara kita.
Konsep interaksi penting karena tiap masyarakat suatu kesatuan dari individu berada dalam hubungan berinteraksi yang berpola mantap. Interaksi terjadi bila seorang individu dalam masyarakat berbuat menimbulkan suatu respons atau reaksi dari individu-individu lain.
Menganalisis proses interaksi antara individu dalam masyarakat, membedakan dua hal, yaitu: kontak dan komunikasi. Kontak antara individu hanya jarak dekat “berhadapan muka”. Tidak hanya jarak jauh kemampuan panca indera manusia, tetapi alat kebudayaan manusia masa kini seperti tulisan, buku, surat kabar, telepon, radio, televisi memungkinkan individu-individu berkontak pada jarak yang sangat jauh.
Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan warga dari suatu kelompok manusia itu saling berinteraksi. Sebaliknya, bila hanya adanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa hanya warga dari suatu kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi.
Suatu suku bangsa, misalnya saja suku bangsa Bali, mempunyai potensi untuk interaksi, yaitu bahasa Bali. Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang mengerumuni seorang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat disebut sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan lain kecuali ikatan berupa perhatian terhadap penjual jamu tadi.
Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu.  Dengan demikian, suatu asrama pelajar, suatu akademi kedinasan, atau suatu sekolah, tidak dapat kita sebut masyarakat, karena meskipun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah dan lain-lain, namun sistem normanya hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas saja sedangkan sebagai kesatuan manusia, suatu asrama atau sekolah itu hanya bersifat sementara, artinya tidak ada kontinuitasnya.
Sebaliknya suatu negara, suatu kota , atau desa, misalnya, merupakan kesatuan manusia yang memiliki keempat ciri terurai di atas, yaitu: (1) interaksi antara warga-warganya, (2) ada-istiadat, norma, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah-laku warga negara kota atau desa; (3) kontinuitas waktu; (4) dan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga. Itulah sebabnya suatu negara atau desa dapat kita sebut masyarakat dan kita sebut masyarakat dan kita memang sering berbicara tentang masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat Belanda, masyarakat Amerika, masyarakat Jakarta, masyarakat Medan.
Dengan memperhatikan ketiga ciri terurai sebelumnya maka definisi mengenai masyarakat  secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut: Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Meskipun kita sering berbicara tentang konsep masyarakat dalam kenyataannya, dalam arti luas, seperti konsep masyarakat negara Indonesia, tetapi kenyataannya, dalam pikiran kita tidak terbayang seluruh manusia yang berjumah kurang lebih 230 juta jiwa Indonesia itu. Biasanya yang terbayang dalam pikiran kita ialah lingkaran manusia Indonesia sekitar diri kita sendiri, manusia Indonesia di suatu lokasi tertentu, atau dalam ikatan suatu kelompok tertentu. 
Berdasarkan konsep Djojodigoeno ini dapat dikatakan masyarakat Indonesia sebagai contoh suatu “masyarakat dalam arti luas”. Sebaliknya, masyarakat yang terdiri dari warga suatu kelompok kekerabatan seperti dadia, marga, atau suku, kita dianggap sebagai contoh dari suatu “masyarakat dalam arti sempit”.
Kesatuan wilayah, kesatuan adat-istiadat, rasa identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas tersendiri, merupakan ciri-ciri suatu komunitas, dan pangkal dari perasaan seperti patriotisme, nasionalisme dan sebagainya, yang biasanya bersangkutan dengan negara.
Apakah dengan demikian konsep masyarakat sama dengan konsep komunitas? Kedua istilah itu memang bertumpang-tindih, tetapi istilah masyarakat adalah istilah umum bagi suatu kesatuan hidup manusia, dan karena itulah bersifat lebih luas daripada istilah komunitas. Masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat mantap dan terikat oleh satuan adat-istiadat dan rasa identitas bersama, tetapi komunitas bersifat khusus karena ciri tambahan ikatan lokasi dan kesadaran wilayah tadi.

2.                   Kategori Sosial
Masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang sangat umum sifatnya, mengandung kesatuan-kesatuan yang sifatnya lebih khusus, tetapi belum tentu mempunyai syarat pengikat yang sama dengan suatu masyarakat. Kesatuan sosial itu adalah kategori sosial (social category).
Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektf yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri tanpa disadari oleh yang yang bersangkutan, dengan suatu maksud praktis tertentu. Misalnya, dalam masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori warga di atas umur 18 tahun, dan kategori warga di bawah 18 tahun dengan maksud untuk membedakan antara warga negara yang mempunyai hak pilih dan warga negara yang tidak mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum.
Dengan demikian, tidak hanya pemerintah suatu negara atau pemerintahan suatu kota saja yang dapat mengadakan berbagai macam penggolongan seperti itu terhadap warga masyarakat, tetapi seorang peneliti untuk keperluan analisisnya dapat juga misalnya mengadakan berbagai macam penggolongan terhadap penduduk dari masyarakat yang menjadi objek penelitiannya tanpa disadari oleh mereka.

3.                   Golongan Sosial
Konsep ini dalam buku-buku pelajaran ilmu antropologi atau sosiologi bahasa asing jarang dipisahkan dari konsep kategori sosial tadi. Kedua-duannya biasanya memang disebut dengan satu istilah yang sama, yaitu social category, dan memang sering juga dianggap sebagai satu konsep saja. Namun, ada baiknya bila kita mengadakan pemisahan antara kedua konsep itu dengan dua istilah berbeda. Hal ini karena kategori sosial dan golongan sosial mempunyai unsur-unsur perbedaan yang jelas.
Suatu golongan sosial juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu. Bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalagan mereka sendiri. Walaupun, suatu kesatuan manusia yang kita sebut golongan sosial itu mempunyai ikatan identitas sosial. Hal itu dapat disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respons atau  reaksi terhadap cara pihak luar memandang gologan sosial tadi. Hal ini dapat dijelaskan dengan contoh-contoh seperti terurai berikut ini.
Dalam masyarakat Indonesia misalnya ada konsep golongan pemuda . Golongan sosial ini terdiri dari manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan atas satu ciri, yaitu “sifat muda”. Gambaran umum atau stereotipe yang baik tentang golongan pemuda dalam masyarakat Indonesia terjadi dan berkembang karena ada beberapa peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah terjadinya bangsa dan negara kita, misalnya Kongres Pemuda pada tahun 1928, di mana orang-orang muda memegang peranan yang sangat penting.
Karena terpengaruh oleh gambaran umum atau stereotipe pemuda itu, maka banyak orang muda bergabung dengan orang-orang muda yang sebaya, berusaha dengan penuh semangat dan vitalitas untuk melakukan tindakan-tindakan yang mendemonstrasikan kesanggupan untuk berkorban bagi “orang lain” alam masyarakat. “Orang lain” itu biasanya orang miskin, orang yang lemah, orang yang ditindas, orang yang didiskriminasi dan sebaganya.
Suatu golongan sosial yang terpandang dalam suatu masyartakat, belum tentu terpandang dalam masyarakat lain. Sebagai contoh “golonga petani” yang merupakan suatu golongan yang terpandang dalam negara-negara yang ekonominya berdasarkan usaha agraria seperti Indonesia, sama sekali tidak terpandang dalam masyarakat lain yang berdasarkan industri atau perdagangan.
Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena  pandangan negatif dari orang lain di luar golongan itu. Misalnya: golongan Negro atau blacks dalam masyarakat negara Amerika Serikat, disebabkan karena ciri-ciri ras yang tampak lahir secara mencolok dan membedakan mereka dari warga Amerika Serikat lainnya yang mempunyai ciri-ciri Kaukasoid.
Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yanng dapat disebut golongan sosial, yaitu lapisan, atau kelas sosial. Lapisan atau golongan sosial semacam itu terjadi karena manusia-manusia yang dikelaskan ke dalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang khas. Lapisan itu dapat dianggap lebih rendah, tergantung dari sudut orang yang memandang tadi. Karena warganya mempunyai gaya hidup khas yang sama, maka suatu lapisan atau kelas sosial, tentu dapat juga dianggap mempunyai suatu sistem norma yang sama dan itu juga suatu rasa identitas gologan.
Walaupun konsep golongan sosial dapat dibedakan dari konsep kategori sosial melalui tiga syarat pengikat, yaitu sistem norma, rasa identitas sosal, dan kontinuitas; namun konsep golongan sosial itu sama dengan konsep kategori sosial, dan tidak memenuhi syarat untuk disebut masyarakat. Hal itu disebabkan karena ada suatu syarat pengikat masyarakat yang tidak ada pada keduanya, yaitu prasarana khusus untuk melakukkan interaksi sosial.
4.                   Kelompok dan Perkumpulan
Suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat-istiadat serta sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adannya kontinuitas, serta dengan  adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi. Namun, selain ketiga ciri tadi, suatu kesatuan manusia yang disebut kelompok juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu-indiidu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar lagi.
Kedua ciri khas tersebut sebenarnya juga dimiliki oleh kesatuan manusia yang paling besar masa kini, yaitu Negara. Namun, istilah kelompok tidak dikenakan pada negara. Tidak pernah orang bicara tentang “Kelompok Indonesia” apabila yang dimaksud adalah negara Republik Indonesia. Tidak pernah kita mendengar orang bicara tentang “kelompok Surakarta”, itu dikarena ciri lokasi itu bukan ciri khas dari kelompok.memang ada kelompok yang mempunyai lokasii tertentu seperti Gerakan Kebatinan Subud, yang lokasinya di Jakarta dengan beberapa cabang di kota-kota lain di Indonesia. Sebaliknya, ada kelompok-kelompok yang tidak mempunyai lokasi tertentu, seperti suatu kelompok kekerabatan, contohya marga. Tariga, yang tidak hanya mempunyai lokasi di daerah Kaban Jahe di Tanah Karo, tetapi di seluruh Indonesia. Singkatnya,  unsur yang menentukan  hidup matiya suatu kelompok.
Dari contoh tersebut telah tampak bahwa secara kusus ada beberapa macam kelompok yang berbeda sifatnya. Kalau kita analisis, mengenai sifat organisasi dan sistem pimpinnannya, akan tampak adanya paling sedikit dua macam organisasi. Pertama yaitu organisasi yang tidak dibentuk dengan sengaja, tetapi telah terbentuk karena ikatan alamiah dan ikatan keturunan yang  mengikat warganya dengan adat-istiadat dan sistem norma  yang sejak  dulu telah  tumbuh  dengan tidak disengaja. Kedua,  organisasi yang dibentuk  dengan sengaja sehingga aturan-aturan dan sisem  norma yang mengikat anggotanya juga disusun dengan sengaja. Contoh dari organisasi yang pertama adalah marga, dan contoh dari organsasi yang kedua adalah Gerakan Subud.
Sebenarnya, pembedaan antara dua istilah “kelompok”dan “perkumpulan”, dalam Ilmu Antropologi dan Sosiologi sudah diadakan sejak lama. Seperti F.Tonnies, seorang ahli sosiologi dari abad yang lain telah membedakan dua macam masyarakat berdasarkan asas hubungan juga, yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft.
Akhirnya, walaupun “kelompok” maupun “ perkumpulan” memiliki keempat  syarat pengikat dasar dari suatu masyartakat, yaitu prasarana untuk interaksi, kontinuitas, sistem norma, dan identitas sosial, namun hanya  kelompoklah yang dapat disebut masyarakat.


5.                   Beragam Kelompok  dan Perkumpulan.
Jumlah kelompok dan perkumpulan dalam suatu masyarakat sudah tentu sangat banyak. Makin besar dan kompleks sifat masyarakat itu, maka makin banyak  juga jumlah kelompok dan perkumpulan yang ada di  dalamnya. Terutama karena perkumpulan merupakan kesatuan manusia  berasarkan asas guna.
Perkumpulan dapat dikelaskan berdasarkan prisip guna dan keperluan fungsinya. Dengan demikian, ada perkumpulan yang gunanya mencari nafkah. Ada yang perkumpuulan untuk memajukan Ilmu Pengetahuan.
Masih banyak macam perkumpulan lain yang tidak perlu disebutkan satu per satu.  Perkumplan tersebut diianggap contoh dari beberapa macam perkumpulan lain.

6.                   Ikhtisar Mengenai Ragam Wujud Kesatuan Manusia.
Agar menjadi lebih jelas, maka beragam wujud kesatuuan manusia terurai tadi beserta istilah-istilahnya. Adapun wujud kesatuan manusia (yaitu“kerumunan”. “kategori sosial”, dan “golongan sosial”) tidak dapat disebut “masyarakat”. Sedangkan “perkumpulan” lazimnya juga tidak disebut demikian, walaupun memenuhi syarat.
7.                   Interaksi Antar Individu dalam Masyarakat
Sebelumnya kita telah lihat bahwa  ada kelompok yang terikat oleh hubungan keturunan atau kekerabatan kelompok semacam itu, yang dalam buk-buku pelajaran disebut kingroups. Contohya sekelompok anak remaja, sekelompok tetangga yang serinng saling bergaul, sekelompok awak kapal di suatu kapal nelayan Bugis dan sebagainya.
2.4  INTEGRASI MASYARAKAT
1.      Struktur Sosial
Dalam hal meganalisis masyarakat, seorang peneliti memerinci kehidupan masyarakat itu kedalam unsurnya, yaitu pranata, kedudukan sosial, dan peranan sosial. Sebagai contoh, dapat disebut di sini seorang peneliti yang bertujuan mencapai pengertian mengenai bagaimana dalam suatu masyarakat tertentu misalnya, kedudukan ayah berkaitan dengan anak, istri dan kedudukan-kedudukan kerabat lainya di luar keluarga inti, mengenai berbagai hak dan kewajibannya, mengenai intensitas, sifat, mutu, dan frekuensi dari pola-pola kata itu, dan juga dengan kedudukan-kedudukan lain diluar kelompok kerabatnya.
Adapun kerangka yang dapat menggambarkan kaitan-kaitan seperti terurai dalam contoh tersebut di atas, dalam Ilmu Antropologi disebut struktur sosial (soial structure), dari suatu masyarakat.  Konsep social structure pertama kali dikembangkan oleh seorang tokoh dalam ilmu antropologi, yaitu A.R. Radcliffe Brown. Sarjana Antropologi Inggris ini hidup di antara 1881 dan 1955, yang antara lain pernah melakukan penelitian terhadap orang-orang pygmee di kepulauan Andarman di Teluk Bengali di sebelah utara Sumatera.
Baru dalam tahun 1939 konsep itu diuraikan dalam suatu pidato resmi yang diucapkannya saat peristiwa penerimaan jabatannya sebagai Ketua Lembaga Royal Anthropological Institute of Great Britain and Irelad. Dasar pikirannya mengenai srurktur sosial itu secara singkat adalah seperti yang tertera di bawah ini:
1.                   Ilmu antropologi pada dasarnya harus  mempelajari susunan hubungan antara individu-individu yang menyebabkan adanya berbagai sistem masyarakat.
2.                   Struktur sosial dari suatu masyarakat itu mengendalikan tindakan individu dalam masyarakat, tetapi tidak tampak oleh seorang peneliti dengan sekejap pandangan, dan harus diabstraksikan secara induksi dan dari kenyataan kehidupan masyarakat yang konkret.
3.                   Hubungan interaksi antarindividu dalam masyarakat adalah hal yang konkret yang dapat diobervasi dan dapat dicatat.
4.                   Dengan struktur sosial itu seorang peneliti kemudian dapat menyelami latar belakang seluruh kehidupan suatu masyarakat, baik hubungan  kekerabatan, perekonomian, religi maupun aktivitas kebudayaan atau pranata sosial lainnya.
5.                   Untuk mempelajari struktur sosial suatu masyarakat diperlukan suatu penelitian di lapangan, dengan mendatangi sendiri suatu masyarakat manusia yang hidup terikat  oleh suatu desa, suatu bagian kota besar, suatu kelompok  berburu, atau yang lain.
6.                   Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas-batas dari suatu masyarakat tertentu.


2.      Analisis Struktur Sosial.

Walaupun Radcliffe-Brown telah menguraikan konsep social structure, ia belum pernah memberi petunjuk mengenai metodologi yang digunakan  seorang peneliti  mengabstrrasikan susunan sosial dari kenyataan kehidupan masyarakat. Karena itu ahi-ahli antropologi lain telah mencoba berbagai metode untuk mengabstrasikan struktur sosial, lepas dari Radcliffe-Brown.. Dalam suatu masyarakat kecil dan lokal, kehidupan kekerabatan merupakan suatu sistem yang sering kali bersifat amat ketat, yang memang mempengaruhi suatu lapangan kehidupan yang sangat luas, sehingga menyangkut banyak sektor kehidupan masyarakat.
Demikian juga menganalisis, prinsip-prirnsip sistem kekerbatan dalam suatu masyarakat kecil sama dengan menganalisi kerangka dasar dari seluruh masyarakat. Antropologi yang mempunyai pengalaman cukup lama justru dalam hal menelitti masyarakat lokal, telah menngembangkan berbagai metode dan konsep mengenai berbagai sistem kekerabatan yang beragam. Itulah sebabnya banya sarjana antropologi mempelajari struktur sosial melalui analisis dari sistem kekerabatan dalam masyarakat dalam masyarakat  yang bersangkutan.

2.5  PRANATA SOSIAL

a.                  Pranata
Sistem tingkah laku sosial mengatur tingkah laku sosial yang bersifat resmi adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku, perlengkapan memenuhi berbagai kompleks kebuttuhan manusia dalammasyarakat, ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata  dalam bahasa Inggris istitutiion.
Contoh: peristiwa pertama, berbagai sekolah menengah dapat mengamati anak-anak remaja, pada jam-jam istirahat anatara para pelajar, secara bersenda gurau bermain tinju atau gulat, dikerumuni kawan-kawan dengan bersorak gembira.
Peristiwa kedua menonton rekaman pertandingan adu tinju dua juiara tinju kelas berat, Muhammad Ali dan Joe Frazier, bertanding secara resmi menurut norma-norma dan aturan-aturan-atruran ketat yang didahului oleh  prosedur-prosedur, upacara dan protokol yang resmi.
Dari kedua contoh tampak bahwa pranata adalah suatu sistem norma khusus atau sistem aturan-aturan.
Konsep “pranata” atau istitutionberkembang dan dipergunakan dalam ilmu sosiologi, merupakan suatu konsep secara panjang lebar dalam semua yang mengenai ilmu tersebut. Dalam ilmu antropolobgi konsep  “pranata” kurang digunakan. Para ahli antropologi menggunakan  konsep “unsur kebudayaan” menganlisis aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat pengetahuan penulis konsep institution digunakan dalam tiga buku pelajaran antropologi.

b.                  Pranata dan lembaga
Bahasa istilah institution sering dikacaukan dengan istilah institute. Bahasa  Indonesia pertukaran arti juga terjadi. Istrilah Indonesia untuk institute adalah “lembaga” diadakan pembedaan secara tajam. Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus, lembaga atau institut adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu.
Istilah lembaga dihubungkan dengan istilah kelompok atau perkumpulan, lembaga merupakan suattu bentuk perkumpulan yang khusus.

c.                   Macam-macam Pranata
Jumlah pranata yang ada dalam suatu masyarakat tergantung pada sifat sederhana atau sifat kompleksnya kebudayaan yang hidup dalam masyarkat bersangkutan. Penggolongan berdasakan atas fungsi dan pranata-pranata memenuhi keperluan-keperluan hidup manusia sebagai warga masyarakat. Menurut  para sarjana, pranata dikelaskan ke delapan golongan, yaitu:
1)                  Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, disebut keiship atau domestic.institutions.
2)                  Pranata-pranata berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mata pencarian hidup, memproduksi menimbun, penyimpan mendistribusi hasil produksi dan harta adalah economic institutions.
3)                  Pranata-pranata berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions.
4)                  Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyalami alam semesta  sekelilingnya, adalah scientific and recreational institions.
5)                  Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa keindahannya dan untuk rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions.
6)                  Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dan berbakti kepada Tuhan dengan alam gaib, adalah religius institutions.
7)                  Pranata-pranataa yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, adalah  political institutions.
8)                  Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah somatic institutions

d.                  Pranata, Kedudukan, dan Peranan Sosial
konsep kedudukan (status) menjadi unsur penting dalam menganalisis masyarakat. Pada kedudukan para warga masyarakat bertindak menurut norma-nnorma khusus dari pranata bersangkutan, menurut norma-norma khusus dari kedudukan khusus dalam pranata. Tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu disebut dengan suatu istilah ilmiah, yaitu “peranan sosial” (social role atau role).
Konsep menurut pengertian  ilmiah mengandung kenyataan bahwa individu dari waktu ke waktu dapat berpinda h dari satu peranan ke peranan yang lain. Seorang individu dapat mementaskan sekaligus dua atau lebih peranan sosial pada satu saat tertentu.











BAB III
PENUTUP
3.      Kesimpulan

1.      Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar dapat saling berinteraksi. Negara dengan wilayah geografis yang lebih kecil berpotensi untuk berinteraksi secara intensif daripada negara dengan wilayah geografis yang sangat luas. Tambahan pula negara tersebut berupa kepulauan, seperti negara kita.
2.      Dalam  kolektif-kolektif pun dapat diamati adanya pembagian kerja antara berbagai sub-kolektif individu.
3.      Bermacam-macam wujud kesatuan kelompok manusia menyebabkan beberapa istilah untuk membeda-bedakan macam kesatuan manusia. Kecuali istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, istilah-istilah kesatuan-kesatuan khusus merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok, perkumpulan.
4.      Integrasi sosial yang mencakup beberapa, yaitu: struktur sosial dan analisis struktur sosial
5.      Pranata adalah suatu sistem norma khusus atau sistem aturan-aturan.Konsep “pranata” atau istitutionberkembang dan dipergunakan dalam ilmu sosiologi, merupakan suatu konsep secara panjang lebar dalam semua yang mengenai ilmu tersebut. Dalam ilmu antropologi konsep“pranata” kurang digunakan. Para ahli antropologi menggunakan  konsep “unsur kebudayaan” menganlisis aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat pengetahuan penulis konsep institution digunakan dalam tiga buku pelajaran antropologi.









Daftar Pustaka
-          Koentjaraningrat, 2011. Pengantar Antropologi I. Penerbit Rieneka Cipta, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar