A. DORONGAN
BERAKHLAK PADA MANUSIA
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu. Yang mendorong manusia melakukan
perbuatan adalah sebagai berikut .
1. Persepsi
a.
Jalaludin
Rakhmat (1998: 51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafisirkan pesan.
b.
Menurut Ruch
(1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi
(sendory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk
memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu. Dengan pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang
sama dengan proses sistem berfikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c.
Atkinson dan
Hilgard (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penafsiran dan
mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
d.
Gibson dan
Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan seorang individu.
Dengan pengertian-pengertian tersebut,
dapat ditarik pemahaman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya
pemahaman tentang sesuatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku
manusia berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya
tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan
terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak
manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang dimaksdkan adalah
perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sangay
penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikutik
kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.
2. Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai
perubahan yang sangat relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh
berbagai pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar
dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan
berkesinambungan.
Dalam belajar, terdapat proses
pelatihan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosonagn jiwa orang yang
diajar. Belajar merupakan kegiatan yang komleks, dan hasil belajar berupa
kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan pelajar. Belajar terdiri atas
tiga komponen penting, yaitu:
a.
Kondisi
eksternal, yaitu stimulus dari lingkungan dari cara belajar
b.
Kondisi
internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa, dan
c.
Hasil belajar
yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanm
motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Menurut
Syaiful Bahri (2002: 22). Belajar adalah proses memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, motivasi, kebiasaan, tingkah laku yang dilakukan
secara instruksional.
Dengan
proses belajar itulah, manusia berakhlak. Jadi, akhlak manusia dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orangtuanya bertanggung jawab
mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orang tuanya pula yang
menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak
terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam
akhlaknya sehari-hari.
Dengan dua komponen penting, yaitu
persepsi dan belajar manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah
laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan
pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaanya tidak pernah berhenti. Manusia
memiliki nafsu utnuk meraih keinginan dan mimpinya, oleh sebab itu, setipa
akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan eksternal dan
internalnya.
Akhlak yang baik berdampak positif pada
kehidupan dan ligkungannya. Sebaliknya, akhlak yang buruk akan berdampak buruk
pula pada diri dan lingkungannya. Contonnya, seorang remaja yang terlibat
dengan pemakaian obat-obatan terlarang atau narkoba, ia akan terkena pengaruh
buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya akan
hancur, dan ia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya
pun sangat merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat ditempat
tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang
berprestasi akan bergaul dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai
kebajikan dilingkungannya, secara otomatis ia akan memperoleh dampak yang baik
bagi kehidupan dirinya. Dalam rohaninya
akan tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat yang mengenalnya sebagai
anak yang pantas diteladani. Oleh karena itu, setiap akhlak manusia bedampak
secara langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
Hakekat
Keberadaan Manusia
Isi dari
kepribadian manusia terdiri dari 1) pengetahuan; 2) perasaan, dan; 3)
dorongan naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang
mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung
di dalam otak manusia melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima
atau reseptor organismanya yang lain. (Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
Kalau
unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka
kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia
melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri.
Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri pada
tiap manusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai
dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia , antara lain adalah:
1. Dorongan
untuk mempertahankan hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
Akhlak adalah hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian
tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk
dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.Rasulullah saw
bersabda: ” Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling
baik akhlaknya”.Pada makalah ini kami akan memaparkan pengertian akhlak, norma,
etika, moral dan nilai.
Ada dua
pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik
(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari
bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan
dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media
yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara
makhluk dengan makhluk.Secara terminologi kata “budi pekerti” yang terdiri dari
kata budi dan pekerti.
Budi adalah yang ada pada manusia , yang berhubungan
dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti
adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut
behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan
rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.Sedangkan
secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan
dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran.
Ø Menurut Al
Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian
ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam
jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa
sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hariDefenisi
akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat
melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu : Pertama,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang,
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu
perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur
dan gila.Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam
diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas
dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak
adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik
atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwaraKelima,
sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)
adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah,
bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak
dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat
teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Menyambut era globalisasi dan Teknologi Informasi dalam
abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam
perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut dapat meliputi perubahan
yang mengarah kepada kehidupan yang lebih baik (perubahan positif) maupun
perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat negatif.
Salah satu
dampak negatif yang dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan
akhlak dan budi pekerti yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di
Indonesia, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti
menjadi peranan sangat penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat
yang beradab dan berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan
yang luhur, masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya
ketidaksinambungan antara hak yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus
mereka jalani.
Untuk mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di
kehidupan masyarakat mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk
menyadari pentingnya penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban yang
berkesinambungan secara utuh dengan penuh keinsyafan, walau terkadang dalam
menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlak dan budi pekerti, setiap diri
manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat tajam antara hak dan
kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap
anggota masyarakat harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dan saling
menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama anggotanya.
Ø Beberap jenis
akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungannya adalah:
1.
Melaksanakan
ibadah tempat khusyuk
2.
Mendirikan
sholat berjamaah
3.
Banyak menghadiri
pengajian
4.
Menuntuk ilmu
dengan baik dan berprestasi
5.
Menuntut ilmu
denga baik dan berprestasi
6.
Hidup
bergotong-royong dan saling membantu
7.
Berani membela
kebenaran
8.
Mengajarkan
ilmu yang benar kepada orang lain
9.
Bergaul dengan
sopan santun dan senang bersilaturahmi
Dalam bahasa arab Al-Quran,
akhlak-akhlak yang baik atau terpuji, yaitu sifat setia (al-amanah) pemaaf
(al-afwa), benar (ash-shidiq), menempati janji (al-wafa), adil (al-adl),
memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’), berani (asy-syaja’ah),
kuat (al-quwwah), shabar (ash-shabaru), kasih sayang (ar-rahmah), murah hati
(as-sakha’u), tolong-menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan
(al-ikhla’), silaturahmi, hemat (al-iqtishad), menghormati tamu (adl-dliyafah),
merendah hati (at-tawadhu’), menundukan diri kepada Alloh SWT. (al-khusyu’),
berbuat baik (al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru’ah), memelihara kebersihan
badan (an-nadhafah), selalu cenderung pada kebaikan (as-shalihah), merasa cukup
dengan apa yang ada (al-qona’ah), tenang (as-sakinah), lemah lembut (ar-rifqu),
dan sebagainya.
Ø Jenis- jenis
akhlak buruk dan berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya adalah :
1.
Banyak berdusta
2.
Berkhianat
3.
Selalu buruk
sangka kepada orang lain
4.
Tidak mau
beribadah
5.
Menginna dan
merendahkan orang lain
6.
Tidak mau
bersosialisasi
7.
Menutup diri
dan sombong
8.
Menjadi
penghasut dan pengadu domba
9.
Mengembangkan
permusuhan
10. Egois dan
individualis
11. Senang melihat
orang lain susah dan susah melihat orang lain senang
12. Mudah
tersinggung dan pendendam
13. Tidak toleran
kepada keyakinan ornag lain
14. Berlaku tidak
adil dalam memutuskan perkara
Dalam
bahasa Al-Quran, akhlak-akhlak buruk atau tercela adalah egoistis (anamiah),
lacur (al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), pemabuk (al-khamaru),
penghianat (al-khianah), aniaya (adh-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan
dosa besar (al-fawahisy), pemarah (al-ghadhab), curang dan culas (al-ghasysyu),
mengumpat (al-ghibah), adu domba (an-namimah), menipu daya ( al-ghurur), dengki
(al-hasad), dendam (al-hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong
(al-istikbar), mengingkari nikmat (al-kufran), homoseksual (al-liwath),
membunuh (qatlunnafsi), makan riba’ (ar-riba), ingin dipuji (ar-riya’), ingin
didengar kelebihannya (as-sum’ah), berolok-olok (as-sikhiriyah), mencuri
(as-sirqah), mengikuti hawa nafsu (asy-syahwat), boros (at-tabzir), tergesa-gesa
(al-‘ajalah), fasik, munafik, dan sebagainya.
Sesungguhnya, masih banyak jenis akhlak
baik maupun buruk yang berdampak positif maupun negatif pada kehidupan sosial.
Contoh-contoh tersebut hanyalah gambaran bahwa tidak penting mengembangkan akhlak
yang tercela karena merugikan diri dan orang lain. Rasululloh SAW. Pernah
menyatakan, “ orang muslim yang baik adalah orang muslim yang selamat dari
lidah dan tangannya.” Artinya, pergaulan manusia seharusnya dapat menjaga
perkataan sehingga tidak menyakitkan kepada orang lain karena sakit hati dapat
mengakibtakan dendam dan pembunuhan. Demikian pula, menjaga tangan, kekuatan,
dan kukuasaanya karena menyalahgunakan kekuasaan akan mengakibatkan
kesengsaraan bagi orang lain. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. Berpesan kepada
umat Islam agar bersatu-padu, saling bersilaturahmi, dan tolong- menolong dalam
kebajikan dan kebenaran.
B. AKHLAK PARA
NABI DALAM SEJARAH
Dalam setiapa ajaran agama, terutama
agama Islam, terdapat tokoh-tokoh penting bersejarah yang akhlaknya berdampak
baik atau buruk pada kehidupan manusia. Diantaranya adalah akhlaknya
orang-orang yang dicatat dalam kitab suci Al-Quran, yaitu sebagai berikut.
1. Nabi Hud a.s
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang
patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama.Beliau
menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran,
ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata
kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang
menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan
akal atau kesabaran.
Nabi Hud
tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah
menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu
dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu
sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi
aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang
penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu
dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia
mahupun di akhirat."
Dalam
berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetok hati nurani mereka
dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang
sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka
tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah
dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendakinya.
2. Nabi Ibrahim
a.s
Nabi Ibrahim a.s adalah moyangnya
Monotheisme, yang membawanya dan menyebarkan ajaran tauhid kepada umat manusia.
Ia adalah orang yang berani menanggung risiko dalam menghadapi kezaliman. Ia
pernah menghancurkan patung-patung yang menjadi tuhan Raja Namruz dan para
pengikutnya, sehingga ia dibakar hidup-hidup.
Risiko perjuangan ditanggung sendiri
oleh Nabi Ibrahim sehingga menjadi teladan bagi istri dan pengikutnya.
Keberanian Nabi Ibrahim a.s. memberantas ajaran kemusyrikan merupakan simbol
penting dalam ajaran tauhid. Oleh karena itu, umat Islam seharusnya pantang
untuk berlaku syririk kepada Alloh SWT.
Nabi Ibrahim a.s. diuji oelh Alloh SWT.
Dengan ujian yang sangat berat, ia harus meninggalkan istrinya Siti Hajar dan
bayi mungilnya Ismali di padang yang sangat tandus, tetapi istrinya menerima
ujian itu dengan tabah. Lalu, Ibrahim diuji untuk menyembelih Ismail, dan
Ismail pun menerimanya dengan ikhlas.
Semua ujian dari Alloh SWT dilaksanakan
dengan ikhlas, sehingga akhirnya Nabi Ibrahim a.s. membangun Kabah yang
sekarang menjadi kiblat seluruh umat Islam di dunia. Seluruh Akhlak Nabi
Ibrahim a.s. merupakan teladan bagi umat manusia, sehingga kemusliman seseorang
belum sempurna ababila belim meminta secara ikhlas semua ujian dari Alloh SWT,
baik ujian kebahagiaan maupun ujian penderitaan.
3. Nabi Nuh a.s
Ujian Nabi Nuh a.s cukup berat karena
ia harus menghadapi kekufuran anaknya sendiri, yaitu Kan’an. Ia tidak putus asa
mengajak dan menasehati anaknya, meskipun akhirnya anaknya mati tenggelam
terbawa arus banjir yang luar biasa. Kisah itu adalah teladan bagi kita semua
sebagai orang tua, untuk terus menerus membimbing anak, dan sebaliknya, anak
yang membimbing orang tua agar bersama-sama masuk surga.
4. Nabi Luth a.s.
Nabi Luth a.s. mengahadapi ujian yang
sangat berat karena umatnya memiliki penyimpangan seksual. Homoseksual dan
lesbian dipraktikan secara terang-terangan oleh masyarakat, bahkan istrinya
sendiri seorang lesbian. Nasihan Nabi Luth a.s tidak diindahkan, dan ia pun
meninggalkan tugas dakwahnya dalam keadaan umat manusia yang masih dalam
kesesatan.
5. Nabi Syu’aeb a.s.
Ejekan dan olok-olok mereka didengar dan diterima oleh Syu'aib dengan
kesabran dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata kasar
mereka dengan marah atau membalasnya dengan kata-kata yang kasar pula. Ia
bahkan makin bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani
dan akal mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan
dinasihatkan kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan
kekeluargaannya dengan mereka, sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan
bagi hidup mereka di dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak
mengharapkan sesuatu balas jasa atas usaha dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan
kedudukan atau menginginkan kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup
merasa puas jika kaumnya kembali kepada jalan Allah, masyarakatnya akan menjadi
masyarakat yang bersih dari segala kemaksiatan dan adt-istiadat yang buruk. Ia
akan menerima upahnya dari Allah yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang
dibebani amanat untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.
6. Nabi Ayyub a.s.
Nabi Ayyub a.s adalah nabi yang sangat
sabar karena diberi penyakit kulit yang cukup lama. Istrinya pun merawat dengan
sabar, hingga ia pun harus menjual rambutnya untuk membeli makanan dan obat
untuk suamninya. Istrinya pernah menyarankan agar Nabi Ayyub a.s meminta kepada
Alloh SWT untuk mencabut penyakitnya, akan tetapi ia merasa malu karena
kenikmatan yang telah diberikan Alloh SWT masih terlampau besar dibandingkan
dengan penyakit yang sedang dideritanya.
Istrinya tanpa henti meminta Nabi Ayyub
a.s berdoa agar terbebas dri penyakitnya, lalu ia pun pasrah dan berdoa. Alloh
SWT mengabulkan doanya dan ia diperintah menginjakan kakinya, lalu keluar air.
Setelah mandi dengan air itu, Nabi Ayyub a.s terbebas dari penyakit yang dideritanya.
7. Nabi Musa a.s.
Nabi Musa a.s adalah seorang nabi yang
sejak bayi dibuang oleh ibunya karena pada masa itu, jika ada seorang bayi
laki-laki yang lahir, kemudian Fir’aun mengetahuinya, ia akan segera
membunuhnya. Ibunya ingin menyelamatkan Musa dengan cara memasukkan bayinya ke
dalam keranjang dan membiarkan terombang-ambing diatas sungai, sehingga
akhirnya ditemukan oleh istri yang sedang mandi.
Fir’aun menyerah pada rayuan istrinya,
sehingga Musa dijadikan anak angkatnya. Musa tumbuh menjadi pemuda yang gagah,
kuat, dan pemberani. Keberanian Musa semakin kuat karena Alloh SWT
mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul. Kekuatannya digunakan untuk melawan
Fir’aun dan pengikutnya.
Sesungguhnya, akhlak Nabi Musa a.s
sangat penting ditiru, bagi penguasa yang kuat kehendaknya menjadikan
kekuatannya untuk membasmi kemungkaran dan pemaksiatan, bukan sebaliknya,
digunakan untuk mendirikan pusat-pusat kejahatan, pelacuran, dan pembela
kelaziman.
8. Nabi Yunus a.s.
Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah
disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran,
meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima
ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa
berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya. Atas pelanggaran
yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus
berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia
diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.
9. Nabi Isa a.s
Nabi Isa a.s adalah nabi yang penuh rsa
cinta kasih kepada umatnya. Keahliaanya digunakan utnuk mengobati orang-orang
yang sakit dan membela orang-orang miskin. Hendaknya akhlak Nabi Isa a.s ditiru
oleh para dokter dan para kesehatan, juga oleh orang-orang yang kaya untuk membantu ekonomi orang-orang
yang fakir dan miskin.
10. Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW, adalah Nabi dan
Rasul terakhir, suka dukanya banyak. Sejak kecil beliau sudah yatim-piatu.
Akhlaknya dipuji oleh smua orang, termasuk orang-orang kafir Quraisy. Beliau
dijuluki sebagai Al-Amin, yaitu orang yang jujur dan terpercaya.
Nabi Muhammad SAW, adalah penyebar
kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf meskipun kepada
orang yang telah menyakitinya. Bahkan, beliau menengok ornag yang setiap hari
meludahinya. Beliau pun orang yang tegas kepada orang kafir. Beliau menolak
malakukan penghianatan kepada Alloh SWT. Meskipun diberi harta yang berlimpah.
Beliau adalah seorang suami yang adil
kepada istri-istrinya, dan sering meminta maaf kepada istri-istrinya jika
keadilannya hanya sebatas kemampuannya. Perjuangan Nabi Muhammad SAW didukung
sepenuhnya oleh para sahabat, hartanya habis untuk berjihad, dan ketika beliau wafat, warisan yang
ditinggalkannya hanyalah kitab suci Al-Quran dan As-Sunnah. Beliau perpesan
kepada Fatimah agar tetap mendirikan shalat karena amal yang akan pertama
dihisab pada hari kiamat adalah shalat.
MUHAMMAD SAW
bin ‘Abdullāh adalah pembawa ajaran Islam dan diyakini oleh umat Muslim sebagai
nabi Allah (rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslim (dalam
bahasa Arab disebut sirah). Nabi Muhammad lahir diperkirakan sekitar 20 April
570/ 571, di Mekkah (“Makkah”) dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota
tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).
Michael H,hart dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad
sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia Menurut Hart,
Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa
baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya
terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup
mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.
· Etimologi
“Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Muslim mempercayai bahwa ajaran islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), dan menambahkan kalimat Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya”; sering disingkat “S.A.W” atau “SAW”) setelah namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama “Ahmad” (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”.
“Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Muslim mempercayai bahwa ajaran islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), dan menambahkan kalimat Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya”; sering disingkat “S.A.W” atau “SAW”) setelah namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama “Ahmad” (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”.
· Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
· Kelahiran
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat
Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib
(Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun
dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah
meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan
di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abd
al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib.
Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan
kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon
dan Palestina).
Hampir semua
ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal,
kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai
dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan
bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya
bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).
Berkenalan dengan Khadijah
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang
menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan
secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa
bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual
perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang
sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah
seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula
mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi
Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk
membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan
sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah
kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan
Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang
menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh
Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy
memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis
ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad
tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk
mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh
gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintai beliau, hingga akhirnya beliau memperoleh gelar Al-Amin yang artinya Orang yang dapat Dipercaya.
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintai beliau, hingga akhirnya beliau memperoleh gelar Al-Amin yang artinya Orang yang dapat Dipercaya.
Diriwayatkan
pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan
cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi
orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa
di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras,
berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang
memiliki arti Yang Benar.
· Kerasulan
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berfikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berfikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam sekitar tanggal 17
Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira’,
Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu
Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, “Saya tidak bisa
membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi
jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5) ”
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5) ”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad.
Ketika itu ia berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun
kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah
pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas
Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena
ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu
lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak
Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak
mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan
Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia
telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan
bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan
mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu turun
kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut
telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam
kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurʾān (bacaan). Kebanyakan
ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan
dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang
diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan
persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah
digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang
menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah,
sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan
yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah)
ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke
negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad
sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil
(320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari
Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu
sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum
menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju
untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat
meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha
menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke
Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama
mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua
bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan
selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau “Madinatun Nabi”
(kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di
bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat
di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan
beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat
Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun
demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara
menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan
Mekkah
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
Akhlak
Rasulullah
Dikemukakannya beberapa contoh Akhlaq yang mulia Sayyidina AL-MUSHTHOFA, Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad saw “Al-Amin”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa.
Dikemukakannya beberapa contoh Akhlaq yang mulia Sayyidina AL-MUSHTHOFA, Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad saw “Al-Amin”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa.
Diriwayatkan tentang Rasulullah SAW bahwa segala tutur kata beliau
senantiasa mencerminkan kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang
kebanyakan di zaman beliau) tidak biasa bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan
suatu kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak mengatakan bahwa orang-orang
Arab di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor, tetapi tidak
pelak lagi bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka
dengan melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu
kebiasaan yang masih tetap berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah
saw menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa
alasan yang sepenuhnya dapat diterima.
Beliau sangat memberikan perhatian, bahkan cermat sekali
dalam soal kebersihan badan. Beliau senantiasa menggosok gigi beberapa kali
sehari dan begitu telaten melakukannya sehingga beliau biasa mengatakan bahwa
andaikata beliau tidak khawatir kalau mewajibkannya akan memberatkan, beliau
akan menetapkan menjadi kewajiban untuk tiap-tiap orang muslim menggosok gigi
sebelum mengerjakan kelima waktu sholat. Beliau senantiasa mencuci tangan
sebelum dan sesudah tiap kali makan, dan desudah makan beliau senantiasa
berkumur dan memandang sangat baik tiap-tiap orang yang telah memakan masakan
berkumur lebih dahulu sebelum ikut bersembahyang berjamaah (Al-Bukhori)
Dalam peraturan Islam, masjid itu satu-satunya tempat
berkumpul yang ditetapkan untuk orang-orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw
sangat istimewa menekankan kebersihannya, terutama pada saat orang-orang diharapkan
akan berkumpul di dalamnya. Beliau memerintahkan supaya pada
kesempatan-kesempatan itu sebaiknya setanggi dsb dibakar untuk membersihkan
udara (Abu Daud). Beliau juga memberi petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid
saat diadakan pertemuan-pertemuan sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau
yang menusuk hidung (Al-Bukhori).
Beliau menuntut agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan
tidak ada dahan ranting, batu dan semua benda atau sesuatu yang akan mengganggu
atau bahkan membahayakan. Jika beliau sendiri menemukan hal atau benda demikian
di jalan, beliau niscaya menyingkirkannya dan beliau sering bersabda bahwa
orang yang membantu menjaga kebersihan jalan-jalan, ia telah berbuat amal
sholih dalam pandangan Ilahi.
Diriwayatkan pula bahwa beliau memerintahkan supaya
lalu-lintas umum tidak boleh dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau
menjadi kotor atau melemparkan benda-benda yang najis, atau tidak sedap
dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara apapun, karena semua
itu perbuatan yang tidak diridhoi Tuhan. Beliau sangat memandang penting upaya
agar persediaan air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya.
Umumnya, beliau melarang sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang
mungkin akan mencemarinya, dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat
menjadikannya kotor (Al-Bukhori dan Muslim, Kitabal-Barr wal-Sila)
Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal makan dan
minum. Beliau tidak pernah memperlihatkan rasa kurang senang terhadap makanan
yang tidak baik masakannya dan tidak sedap rasanya. Jika didapatkannya makanan
sajian serupa itu, beliau akan menyantapnya untuk menjaga supaya pemasaknya
tidak merasa kecewa. Tetapi, jika hidangan tidak dapat dimakan, beliau hanya
tidak menyantapnya dan tidak pernah memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau
telah duduk menghadapi hidangan, beliau menunjukkan minat kepada makanan itu
dan biasa mengatakan bahwa beliau tidak suka kepada sikap acuh-tak-acuh
terhadap makanan, seolah-olah orang yang makan itu terlalu agung untuk
memperhatikan hanya soal makanan dan minuman belaka.
Jika suatu makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa
beliau menyantapnya bersama-sama semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang
mempersembahkan kurma kepada beliau. Beliau melihat ke sekitar dan setelah
beliau menghitung jumlah orang yang hadir, beliau membagi rata bilangan kurma
itu sehingga tiap-tiap orang menerima tujuh buah. Abu Huroiroh ra meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw tidak pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun sekedar
roti jawawut (Al-Bukhori).
Sekali peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak
kepada beliau beberapa orang berkumpul mengelilingi panggang anak kambing dan
siap untuk menikmati jamuan. Ketika mereka melihat Rasulullah saw mereka
mengundang beliau ikut serta, tetapi beliau menolak. Alasannya bukan karena
beliau tidak suka daging panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa
beliau tidak menyetujui orang mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan
terlihat oleh orang miskin yang tak cukup mempunyai makanan.
Tiap-tiap segi kehidupan Rasulullah saw nampak jelas
diliputi dan diwarnai oleh cinta dan bakti kepada Tuhan. Walaupun
pertanggung-jawaban yang sangat berat terletak di atas bahu beliau, bagian
terbesar dari waktu, siang dan malam dipergunakan untuk beribadah dan berdzikir
kepada Tuhan. Beliau biasa bangkit meninggalkan tempat tidur tengah malam dan
larut dalam beribadah kepada Tuhan sampai saat tiba untuk pergi ke masjid
hendak sembahyang subuh. Kadang-kadang beliau begitu lama berdiri dalam
sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau menjadi bengkak-bengkak, dan mereka
yang menyaksikan beliau dalam keadaan demikian sangat terharu. Sekali peristiwa
Aisyah ra berkata kepada beliau “Tuhan telah memberi kehormatan kepada engkau
dengan cinta dan kedekatan-Nya. Mengapa engkau membebani diri sendiri dengan
menanggung begitu banyak kesusahan dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Tuhan,
atas kasih sayang-Nya, mengaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah
telah menjadi kewajiban pada giliranku senantiasa menyampaikan terima kasih
kepada Dia? Bersyukurlah hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima
(Kitabul-Kusuf).
Tuhan telah
memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya kalau mata
dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat secara tepat
yang dapat dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah yang menjadi
dosa…
Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana Rasulullah saw
dihadapkan kepada pilihan antara dua cara berbuat, beliau senantiasa memilih
jalan yang termudah, asalkan bebas dari segala kecurigaan bahwa itu salah atau
dosa. Kalau arah perbuatan itu membuka kemungkinan timbulnya kecurigaan serupa
itu, maka Rasulullah saw itulah orangnya, dari antara seluruh umat manusia yang
paling menjauhinya (Muslim, kitabul-Fadhoil)
Beliau sangat baik dan adil terhadap istri-istri sendiri.
Jika, pada suatu saat salah seorang di antara mereka tidak dapat membawa diri
dengan hormat yang layak terhadap beliau, beliau hanya tersenyum dan hal itu
dilupakan beliau. Pada suatu hari beliau bersabda kepada Siti Aisyah ra, Aisyah
jika engkau sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya” Aisyah
ra bertanya “Bagaimana?” Beliau menjawab “Aku perhatikan jika engkau senang
kepadaku dan dalam percakapan kau menyebut nama Tuhan, ‘Kau sebut Dia sebagai
Tuhan Muhammad. Tetapi jika engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut Dia
sebagai Tuhan Ibrahim” Mendengar keterangan itu Aisyah tertawa dan mengatakan
bahwa beliau benar”
Beliau senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan
kesusahan., Dalam keadaan susah, beliau tak pernah putus asa dan beliau tak
pernah dikuasai oleh suatu keinginan pribadi… Sekali peristiwa beliau menjumpai
seorang wanita yang baru ditinggal mati oleh anaknya, dan melonglong dekat
kuburan anaknya. Beliau menasehatkan agar bersabar dan menerima taqdir Tuhan
dengan rela dan menyerahkan diri. Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur
oleh Rasulullah saw dan menjawab “Andaikan engkau pernah mengalami sedih
ditinggal mati oleh anak seperti yang kualami, engkau akan mengetahui betapa
sukar untuk bersabar di bawah himpitan penderitaan serupa itu.” Rasulullah saw
menjawab “Aku telah kehilangan bukan hanya seorang tetapi tujuh anak”. Dan
beliau terus berlalu.
Beliau senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika
beliau sudah menjadi orang paling berkuasa sekalipun selalu mendengarkan dengan
sabar kata tiap-tiap orang, dan jika seseorang memperlakukan beliau dengan
tidak sopan, beliau tetap melayaninya dan tidak pernah mencoba mengadakan
pembalasan.
Rasulullah saw mandiri dalam menerapkan keadilan dan
perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala
seorang bangsawati terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan,
karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu,
martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina. Banyak yang
ingin mendesak Rasulullah saw demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi
tidak mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama
menghadap Rasulullah saw, tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya itu,
beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah
celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam
terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengidzinkan dan akupun sekali-kali tidak
akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku sendiri melakukan
kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “
(Al-Bukhori, Kitabul-Hudud) .
Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai ayah
dari anak-anaknya, suami dari istri-istrinya, komandan perang, mubaligh, imam,
hakim, pedagang, petani, pengembala, dan sebagianya merupaka akhlak yang pantas
diteladani.
Dalam 100 tokoh terkemuka di dunia,
Nabi Muhammad SAW menduduki peringkat pertama, sebagai ornag yang paling
berpengaruh di dunia. Beliau peletak dasar Negara Modern di Madinah yang
merumuskan perjanjian yang adil dan demokratis di tengah-tengah masayrajat
sukuistik dan pemeluk Yahudi dan Nasrani. Sebagai politisi, beliau sangan
dikagumi oleh raja-raja dan penguasa kafir. Beliau adalah pembela kaum kafir
dan miskin yang memilih hidup dalam kefakiran dan kemiskinan.
Itulah uraian akhlak para Nabi dan
Rasulullah SAW. Alloh SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 25 :
Artinya :
“ sesungguhnya,
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami
turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku
adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak
manfaat bagi manusia, dan agar Alloh mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya
dan Rasul-rasul-Nya walaupun (Alloh) tidak dilihatnya. Sungguh Alloh maha kuat
dan maha perkasa. (Al-Hadid: 25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar