BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia
yang dalam kehidupan kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesamanya sudah
barang tentu membutuhkan sebuah tatacara atau cara berkomunikasi dengan baik
supaya hubungan yang terjalin menjadi hubungan yang harmonis, tidak merugikan
orang lain dan diri sendiri dan inilah tujuan dari keberadaan akhlaq.
Seperti sempat disinggung diatas,
bahwa manusia merupakan makhluk terbaik ciptaan Allah SWT—terdapat dalam surah
At-Tin, tentunya ia memiliki ciri khas tertentu yang kemudian akan
membedakannya dengan makhluk lain yang Allah ciptakan. Manusia sangat khas
dengan akal yang dimilikinya—sampai rosulullah pernah bersabda ”sesungguhya
seluruh kebaikan itu dapat dikenali dengan akal”, karena kemudian akal ini
akan digunakan oleh manusia sebagai alat timbangan/ penimbang untuk melakukan
sebuah perbuatan. Tujuan inti dari akhlak adalah untuk membentuk kehidupan yang
harmonis antar sesama manusia.
Pada dasarnya, tujuan
pokok akhlak adalah agar setiap muslim memiliki budi pekerti, bertingkah laku,
beradat-istiadat yang baik sesuai dengan apa yang telah di ajarkan oleh islam.
Dan ibadah-ibadah dalam islam juga berturut serta dalam pembinaan akhlak yang
mulia. Seperti:
-
Shalat, bertujuan mencegah agar orang-orang
yang melakukanya tidak melakukan perbuatan tercela.
-
Zakat, disamping bertujuan menyucikan
harta juga bertujuan menyucikan diri dengan memupuk kepribadian mulia dengan
cara menolong sesame.
-
Puasa, bertujuan untuk mendidik kita
untuk menahan hawa nafsu dari syahwat dan perbuatan buruk lainya.
-
Haji, di antaranya bertujuan memunculkan
ratsa tenggang dan kebersamaan antar sesama umat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan tujuan?
2.
Apa tujuan mempelajari ilmu akhlak?
3.
Apa yang dimaksud dengan manfaat ?
4.
Apa manfaat mempelajari ilmu akhlak?
5.
Apa manfaat akhlak pada individual?
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
tujuan
Tujuan merupakan langkah
awal dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaan nanti terarah sesuai
dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Menurut H.R. Daeng Naja “tujuan
adalah meruppakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu oganisasi dimasa
yang akan datang dan manejer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk
mencapai tujuan tersebut” tujuan menurut Ken Mcelroy “tujuan merupakan
langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan
kunci mencapai kesuksesan.”
2.2
Tujuan
mempelajari ilmu akhlak
Tujuan pokok akhlak adalah agar
setiap mslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat
istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti dalam islam
memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia.
Tujuan akhlak di bagi dua
yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umumnya adalah membentuk
kepribadian seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara lahiriah
ataupun batiniah. Dan kaitan tersebut tersirat dalam firman Allah SWT. Yang
berfirman:
‘’katakanlah (Muhammad), ‘Tuhanku
hanya mengharamkan segala perbuatan keji, yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan
dosa, perbuatan zalim tanpa ada alasan yang jelas, dan(mengharamkan) kamu
mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan dia tidak menurunkan alasan
untuk itu, dan (mengharamkan) membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu
ketahui.’’ (Q.S. Al-A’raf[7]: 33)
Dan tujuan akhlak khusus adalah:
1.
Mengetahui tujuan akhlak
dari di utusnya Nabi Muhammad SAW.
Dalam hadis dikatakan tujuan di
utusnya Nabi Muhammad SAW, adalah menyempurnakan akhlak. Dan hadis tersebut
berkaitan erat dengan Firman Allah SWT.
‘’dan
kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
alam’’ (Q.S. Al-Anbiya [21]; 107)
Akhlak merupakan suatu
hal yang penting dalam agama. Akhlak bahkan lebih penting dari ibadah. Sebab,
tujuan utama ibadah adalah mencapai kesempurnaan akhlak. jika tidak mendatang
kan akhlak mulia, ibadah hanya gerakan formalitas belaka. Misalnya, shalat
seorang muslim tidak menyebabkan pelakunya berbuat perbuatan-perbuatan keji
maka shalatnya hanya olahraga semata, seperti orang yang bersenam.
2.
Menjembatani kerenggangan antara Akhlak dan Ibadah
Tujuan lain mempelajari
akhlak adalah menyatukan antara akhlak dan ibadah. Yang dalam arti lebih luas
yaitu menyatukan Agama dan Dunia. Dan di ibaratkan seperti kita berada di dalam
masjid meskipun kita berada di luar masjid. Kesatuan antara akhlak dan ibadah
di perlihatkan oleh Rasulullah SAW, dalam sabdanya ;
‘’demi
Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.
Ditanya, ‘siapa ya Rasulullah?’, ‘orang yang tetangganya merasa tidak aman dari
gangguanya’.’’
Hadis tersebut mengecam
orang yang beriman (ibadah), tetapi tidak memberikan rasa aman (akhlak). Dalam hadis tersebut menjelaskan bahwa orang
yang beribadah atau beriman tetapi memiliki akhlak yang tercela, maka orang
tersebut tetap saja dikatakan tidak beriman atau orang yang lalai ibadahnya.
Pada saat menjelaskan
sifat-sifat orang yang beriman, Allah SWT juga menyertakan sifat-sifat akhlak
mulia. Dalam firmanya yang berbunyi;
“sungguh
beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalat
nya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluanya,
kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka
sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu
(zina dan sebagainya) maka mereka itulah yang melampaui batas. Dan (sungguh
beruntung)orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang
yang memelihara shalatnya.’’
Usaha menyatukan antara
ibadah dan akhlak, dengan di bimbing oleh hati yang di ridhai Allah SWT. Dengan
keikhlasan, akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang
(balance) antara kepentingan dunia dan
akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.
3.
Mengimplementasikan pengetahuan tentang akhlak dalam kehidupan
Tujuan lain dalam
mempelajari akhlak adalah mengimplementasikan (melaksanakan atau berbuat)
akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari –hari. Berkenaan dengan mempelajari
akhlak, Amad Amin mengatakan,
‘’Tujuan
mempelajari akhlak dan permasalahanya menyebabkan kita dapat menetapkan
sebagian perbuatan lainya sebagai yang baik dan sebagian lainya sebagai yang
buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk buruk;
membayar utang pada pemilik nya termasuk perbuatan baik sedangkan berbuat baik,
sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.’’
Akhlak tidak akan
berpengaruh apa-apa jika petunjuknya tdak di ikuti. Tujuan mempelajari akhlak
bukan hanya untuk mengetahui ‘’apa itu akhlak, atau ilmu akhlak?’’ ,akan tetapi
untuk mendorong dan memengaruhi kita supaya membentuk hidup suci serta
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dalam hidup.
2.3
Pengertian
Manfaat
Pengertian manfaat kegunaaan atau
paedah yang di peroleh dari kegiatan yang kita lakukan.
2.4
Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Sebagian manfaat
dari mempelajari
ilmu akhlak adalah untuk
meningkatkan derajat kehidupan manusia, menuntun kepada kebaikan, memenuhi
kebutuhan keluarga, mengatur tata cara hidup bertetangga, mengatur adab pergaulan
berbangsa dan bernegara, serta tujuan dan manfaat lain dari
mempelajari ilmu akhlak akan dipaparkan lebih detail di bawah ini.
A.
Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan
manusia
Orang
yang beriman dan berilmu (termasuk di dalamnya adalah ilmu akhlak), akan lebih
utama daripada orang yang tidak beriman dan berilmu. Sebab dengan pengetahuan ilmu akhlak, seseorang akan lebih sadar
mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang mengantarkan kepada
kebahagiaan dan mana yang menjerumuskan kepada kesesatan dan kesengsaraan untuk
dirinya. Dengan demikian seseorang akan selalu berusaha untuk bisa memilih dan
melakukan kebaikan atas petunjuk Allah dan memperoleh keridloan Allah swt.
sehingga bisa menjauhkan diri dari hal-hal yang tersela dan dimurkai oleh Allah
swt.
Firman Allah swt dalam Al-Qur'an :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ
Artinya : Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al-Qalam
: 4)
Ayat dan
dalil hadits tersebut di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw telah
memperoleh pengetahuan tentang akhlak dari al Qur'an, kemudian beliau
melaksanakannya sehingga beliau menjadi manusia yang berakhlak mulia.
B.
Mempelajari
ilmu Akhalak akan Menyempurnakan Iman
Akhlak mulia adalah merupakan
manifestasi dari kesempurnaan iman seseorang. Karena akhlak mepelajari atau
mengajarkan sikap atau budi pekeri yang baik. Sebagaimana dalil hadits Nabi
Muhammad saw.
yang artinya :
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Turmidzi)
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Turmidzi)
Dalam keterangan hadits di atas, menjelaskan bahwa orang yang sempurna
imannya adalah orang yang baik akhlaknya. Bukan orang yang pintar, kaya,
berpangkat atau pun orang yang berpenampilan islami akan tetapi orang yang
paling sempurna imannya adalah mereka yang berakhlak karena akhlak adalah
mahkota seseorang itu sendiri.
C.
Memperoleh
Kesempurnaan pada Hari Akhir
Manfaat dan tujuan yang lain dari mempelajari ilmu akhlak
adalah akan mendapatkan akhlak mulia. Dengan mendapatkan akhlak yang mulia,
maka akan memperoleh derajat yang terhormat di .
Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw.
Artinya :
“Tiada sesuatu yang lebih berat timbangan
seseorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan Allah
sangat benci kepada orang yang kotor (keji) mulutnya dan kelakuannya”. (HR.
Turmidzi)
D. Memenuhi hajat pokok keluarga
Akhlak juga merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan spiritual sebagaimana kebutuhan pokok yang lain, seperti kebutuhan makanan, minuman, tempat tinggal dan kebutuhan pokok yang lain. Maka akhlak merupakan faktor yang penting dalam membina dan menegakkan kehidupan keluarga yang sejahtera lahir dan batin.
Sebuah keluarga yang tidak terbina dengan baik akhlaknya dengan akhlak yang baik, maka tidak akan merasakan kehidupan yang bahagia, karena akan dijauhkan dari pengaruh atau pergaulan orang banyak. Akhlak yang mulia dan baik itulah yang akan menjamin keharmonisan hidup dalam rumah tangga, menjalincinta kasih semua pihak. Dan dengan akhlak yang mulia dapat dijadikan sebagai benteng apabila datang malapetaka yang melanda kehidupan dalam rumah tangga.
E. Membina kerukunan hidup bertetangga.
Dengan mempelajari ilmu akhlak mempunyai tujuan dan manfaat dapat membina kerukunan hidup bertetangga. Dalam kehidupan bertetangga., diperlukan budi pekerti atau akhlak yang baik, mulia dan luhur. Sebab kerukunan hidup antara tetangga itu hanya akan terjadi apabila setiap orang saling hormat-menghormati, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan tetangga,
Sebagai mana
Rosul bersabda yang artinya : Tidak akan masuk orang yang membuat tetangganya
tidak tentram karena kejahatannya. (HR. Nukhari-Muslim)
F. Membina Remaja
Dari dulu hingga sekarang banyak sekali masalah kenakalan-kenakalan remaja seperti penyalah gunaan obat, narkotika, perkelahian, dan lain sebagainya. Hal ini adalah disebabkan karena kurangnya atau tidak terbinanya akhlak di kalangan remaja.
Pada umumnya remaja-remaja yang terlibat berbagai kenakalan-kenakalan remaja adalah remaja yang tidak mengenal akhlak yang baik, mulia dan luhur. Sebaliknya para remaja yang berprestasi, sopan santun dan berhasil mencapai cita-cita mereka adalah dikarenakan tercapai tujuan dan manfaat dari akhlak yang mulia dan luhur budi pekertinya. Hal yang demikian tentunya karena adanya pembinaan akhlak yang baik di kalangan remaja dalam hal sopan santun, bertata krama dan lain sebagainya.
G. Membina pergaulan umum
Tujuan dan manfaat ilmu akhlak adalah
untuk membina pergaulan umum. Akhlak menempati posisi dan peranan yang penting
dalam kehidupan dan tata pergaulan umum. Salah satu contoh dapat
dikemukakan : setiap orang yang dapat diterima sebagai karyawan atau pekerja
baik dalam perusahaan swasta ataupun pemerintah adalah mereka yang dapat
menunjukkan surat keterangan yang menyatakan bahwa mereka berkelakuan baik atau
dalam istilah sekarang adalah SKCK (Surat keterangan cakap kelakuan).
Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan dari pergaulan umum. Dan dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang baik,mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.
Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan dari pergaulan umum. Dan dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang baik,mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.
H. Mensukseskan pembangunan negara
Tujuan dan manfaat selanjutnya mempelajari ahklak adalah dapat mensukseskan pemabngunan negara. Akhlak merupakan salah satu faktor yang wajib ada atau mutlak dalam pembanguan bangsa dan karakter bangsa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya pembangunan akan lebih baik apabila pemimpin dan warganya berakhlak mulia sehingga pembangunan negara akan sukses dan tercapai dengan baik. Sebaliknya, apabila akhlak para pemimpin dan warganya rusak (misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, keadilan tidak merata, dll), maka niscaya pembangunan di suatu yang diharapkan sukses dan berhasil baik tidak akan tercapai. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syauqi Bey, dalam gubahan syairnya :
وإنما الأمم الأخلاق ما
بقيت فإن همُ ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya : suatu bangsa dikenal (jaya) karena
akhlaknya. Bila akhlaknya rusak, maka rusaklah bangsa itu."
Dapat dikatakan bahwa kejayaan atau
kehancuran suatu bangsa terletak pada akhlaknya. Apabila suatu bangsa berakhlak
mulia, maka tersohorlah bangsa itu. Namun apabila bangsa itu rusak akhlaknya
maka rendahlah (hancurlah) nama suatu bangsa.
I. Menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan manfaatnya adalah dapat menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara di dunia. Apabila para pemimpin dunia berakhlak baik, mulia dan bijaksana, niscaya masyarakat dunia akan merasakan kebahagiaan dan perdamaian. Namun sebaliknya, apabila pemimpin dunia itu rusak akhlaknya, maka akan besar sekali kemungkinannya dimana-mana akan terjadi peperangan yang tentunya akan membawa banyak korban baik harta maupun jiwa.
Apabila akhlak mulia ini tidak dimiliki oleh para pemimpin dunia dan juga warga masyarakat dunia seluruhnya maka akan membawa kehancuran dunia baik di darat. laut maupun udara. Hal yang demikian ini adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab akibat pengaruh dari hawa nafsu jahat yang tidak terkendalikan.
Sebagaimana dijelaskan dan diterangkan dalam Kitabullah Al-Qur'an yang berbunyi :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي
ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ
ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ '
Artinya :” Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum : 41)
Dengan
demikian jelaslah bahwa kehidupan di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari
akhlak para pemimpinnya. Apabila dunia ini dipimpin oleh orang yang berakhlak
mulia, maka roda perjalanan kehidupan dunia ini akan aman, sejahtera dan
sentosa.
2.5
Manfaat
mempelajari ilmu akhlak
Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak adalah keadaan
batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu
lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Bagi orang yang berakhlak
baik, berbuat baik adalah satu ekpresi, bukan transaksi, oleh karena itu
perbuatan baiknya mengalir begitu saja tanpa harus mempertimbangkan untung rugi.
Yang dimaksud dengan perbuatan adalah kegiatan fisik atau mental yang dilakukan
secara sengaja dan bertujuan. Perbuatan bisa berujud aktifitas gerak, bisa juga
berwujud diam tanpa gerak. Tidak berbuat dan tidak berkatakata yang dilakukan
secara sengaja adalah suatu perbuatan yang bernilai akhlak.
Oleh karena itu, bagi orang yang berakhlak, perkataannya,
perbuatannnya dan diamnya diukur secara cermat, kapan harus berkata dan kapan
harus diam, kapan harus bertindak dan kapan harus berdiam diri. Akhlak
mengandung dimensi vertikal, horizontal dan internal, oleh karena itu
kemanfaatan hidup berakhlak dirasakan oleh masyarakat dan oleh orang yang
bersangkutan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak adalah keadaan batin
seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir
dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Bagi orang yang berakhlak baik,
berbuat baik adalah satu ekpresi, bukan transaksi, oleh karena itu perbuatan
baiknya mengalir begitu saja tanpa harus mempertimbangkan untung rugi. Yang
dimaksud dengan perbuatan adalah kegiatan fisik atau mental yang dilakukan
secara sengaja dan bertujuan. Perbuatan bisa berujud aktifitas gerak, bisa juga
berwujud diam tanpa gerak.
Tidak berbuat dan tidak berkatakata yang dilakukan secara
sengaja adalah suatu perbuatan yang bernilai akhlak. Oleh karena itu, bagi
orang yang berakhlak, perkataannya, perbuatannnya dan diamnya diukur secara
cermat, kapan harus berkata dan kapan harus diam, kapan harus bertindak dan
kapan harus berdiam diri. Akhlak mengandung dimensi vertikal, horizontal dan
internal, oleh karena itu kemanfaatan hidup berakhlak dirasakan oleh masyarakat
dan oleh orang yang bersangkutan.
Diantara manfaat hidup berakhlak bagi individu yang berakhlak
adalah:
1.
Dapat menikmati ketenangan hidup.
Ketenangan dalam hidup
diperoleh oleh orang yang tidak memiliki konflik batin, konflik interest.
Konflik batin timbul disebabkan oleh ketidak mampuan seseorang berakrab-akrab
dengan diri sendiri, dengan kemampuan diri sendiri, dengan apa yang telah
dimiliki. Pusat perhatian orang berakhlak ialah pada bagaimana menjadikan
dirinya bermakna, bermakna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa serta
kemanusiaan sesuai dengan nilai yang diajarkan oleh Allah Sang Pencipta.
Dari segi ini orang yang berakhlak selalu bekerja keras tak
kenal lelah untuk orang lain, yang dampaknya pulang kepada diri sendiri, yaitu
tidak hirau terhadap kesulitan pribadinya. Secara internal orang berakhlak
selalu mensyukuri nikmat Allah kepada dirinya sehingga ia merasa telah diberi
banyak dan banyak memiliki. Dari itu ia selalu berfikir untuk memberi dan sama
sekali tidak berfikir untuk menguasai apa yang telah dimiliki orang lain.
2.
Tidak mudah terguncang oleh perubahan situasi.
Perubahan merupakan sunnatullah dalam kehidupan. Terkadang perubahan
terjadi dengan amat cepat, membalik keadaan begitu rupa, yang selama ini
berkuasa jatuh terhina, yang terhina naik ke atas panggung, yang selama ini
ditabukan justeru berubah menjadi perilaku umum setiap hari, yang mudah menjadi
sulit, sebaliknya yang semula mustahil menjadi sangat gampang. Bagi orang yang
berakhlak, perubahan itu tak lebih hanya sunnatullah kehidupan, sementara
sunnatullah itu sendiri justru tidak berubah.
Oleh karena itu, bagi orang yang berakhlak, yang menjadi
perhatian adalah bukan perubahannya, tetapi yang tidak berubah, yaitu
kaidah-kaidah sunnatullah, seperti kebenaran akan jaya dan kebatilan akan
runtuh, bahwa setiap kesulitan akan membawa kemudahan, bahwa kejujuran akan
mendatangkan keberkahan, bahwa yang yang buruk, meski disembunyikan akan
terbuka, bahwa yang baik meski sedikit akan diakui juga , bahwa merendahkan
diri akan mendatangkan kemuliaan dan bahwa kesombongan akan berakhir dengan
kehancuran. Bagi orang berakhlak dengan akidah tersebut diatas, ia akan
memandang perubahan situasi justem dengan perspektif sunnatullah yang tidak
berubah. Oleh karena itu, ia tetap tenang di tengah perubahan zaman.
3.
Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan.
Yang kita jalani memang benar-benar merupakan realitas, tetapi
tak jarang apa yang ditawarkan kepada kita dan apa yang sedang kita ikuti
sebenarnya bukan realitas tetapi hanya fatamorgana belaka. Bahwa untuk menjadi
pandai orang harus belajar adalah realitas, bahwa untuk mencapai ke tingkat
sosial tertentu orang harus berjuang melalui tahap-tahap pekerjaan adalah
realitas, bahwa untuk menjadi kaya orang harus berusaha secara ulet serta
membutuhkan waktu adalah realitas. Sebaliknya untuk menjadi pintar mendadak,
menjadi kaya mendadak, untuk mencapai kedudukan tinggi secara mendadak adalah
lebih sering merupakan fatamorgana yang menipu.
Bagi orang yang berakhlak, fatamorgana kehidupan tidak menarik
baginya, karena ia justeru tertantang untuk mengatasi kesulitan secara
realistis. Orang yang berakhlak tahu persis makna sabar, yaitu tabah hati tanpa
mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan rtintangan, dalam jangka waktu tertentu,
dalam kerangka mencapai tujuan. Orang sabar tahu persis bahwa menggapai tujuan
bukan suatu yang mudah karena untuk itu membutuhkan waktu dan keuletan dalam
menghadapi rintangan. Hanya orang dalam keadaan lemah mental atau tertekan
sajalah yang mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan, kepada sesuatu yang
nampaknya sangat menjanjikan tetapi sebenarnya tipuan belaka.
4.
Dapat menikmati hidup dalam segala keadaan.
Sudah menjadi
sunnatullah bahwa hidup manusia mengalami pasang dan surut, terkadang
beruntung, di lain kali merugi, terkadang disambut oleh banyak orang, di lain
kali dimaki dan bahkan diusir oleh orang banyak. Bagi orang yang berakhlak,
karena prinsip hidup lurus yang selalu dipegang, maka ia selalu siap menghadapi
keadaan surut maupun keadaan pasang. Di waktu beruntung ia bersyukur kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berbagi rasa syukurnya kepada orang lain dan tidak
menghambur-hamburkan keberuntungannya.
Meski keberuntungan melimpah ruah, orang berakhlak tetap
hidup wajar, tidak berlebihan dan tetap menjadi dirinya. Ketika sedang
mengalami surut dalam hidupnya ia sabar, tidak mengeluh dan menerima apa
adanya. Meski dalam keadaan serba kekurangan secara materi, orang yang
berakhlak masih tetap memiliki keindahan dalam hidupnya karena ia tetap bisa
melakukan sesuatu yang bermakna. Adapun orang yang tak berakhlak ketika
beruntung ia lupa daratan berfoya-foya dengan keberuntungannya, dan ketika
jatuh merugi ia lupa ingatan, sedih berkepanjangan, stress dan ada yang bunuh
diri
Salah satu ciri khas ilmu
adalah bersifat pragmatis. Suatu ilmu harus mempunyai fungsi atau faedah bagi
manusia. Ditemukan teori-teori ilmu, lebih menambah wawasan dalam bertindak
atau berproses. Kegunaan ilmu untuk dapat mengetahui rahasia-rahasia yang dapat
diperhitungkan baik dan buruknya suatu langkah yang dijalani.
Orang yang berakhlak
karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata menghasilkan kebahagiaan, antara
lain:
a)
Mendapatkan
tempat yang baik di dalam masyarakat.
b)
Akan disenangi
orang dalam pergaulan.
c)
Akan dapat
terpelihara dari hukuman yang bersifat manusiawi dan sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan.
d)
Orang yang
bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran,
kecukupan, dan sebutan yang baik.
e)
Jasa manusia
yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.
Dengan bekal ilmu akhlak,
orang dapat mengetahui batas mana yang baik mana yang buruk. Dapat menepatkan
sesuatu sesuai dengan tempatnya yang menempatkan sesuatu pada proporsi yang
sebenarnya.
Orang yang berakhlak
dapat memperoleh irsyad,taufik dan hidayah sehingga bahagia di dunia dan
di akhirat. Kebahagian hidup setiap orang selalu didambakan kehadirannya di
dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan selalu mendapat
rida Allah, selalu disenangi oleh sesama makhluk.
Untuk mendapatkannya
yaitu meraih kebahagiaan, kesejahteraan dan rida Allah tidak begitu mudah.
Manusia harus dapat membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik.
Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang dapat berpegang pada
kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan keluruan. Lebih lanjut seseorang
dapat memilih yang baik dan kemudian meninggalkan tindakan yang buruk.
Orang uang sudah mencapai
pemilihan terhadap kebaikan. Diupayakan ada proses keyakinan dan menjadikan
dirinya kontinuitas (terus menerus) dalam tindakan untuk membiasakan diri pada
kebaikan, akhirnya akan menumbuhkan kegemaran.
Seseorang yang mendapat
kebahagiaan karena akibat tindakan yang baik dan benar, dan berakhlak baik maka
akan memperoleh:
1)
Irsyad : Artinya dapat membedakan antara
amal yang baik dan amal yang buruk
2)
Taufiq: Perbuatan kita sesuai dengan
tuntunan Rasulullah Saw. Dan dengan akal yang sehat
3)
Hidayah: Berarti seseorang akan gemar
melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela
Manusia merupakan makhluk
ciptaan Allah yang mulia karena karunia yang diberikan Allahb kepadanya, berupa
akal pikiran dan karena membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya yang
mempunyai 2 (dua) jalur hubungan. Jalur pertama, adalah jalur huubungan
vertikal, yakni hubungan antara manusia sebagai makhluk ciptaan yang
menciptakan (Al-Khalik) yaitu Allah SWT.
Hubungan dengan Allah
kewajiban bagi umat manusia, karena statusnya sebagai makhluk yang tentunya
harus mengabdi dan menghamba kepada Tuhan, Al-khalik yang telah menciptakannya.
Sebagaimana tersebut diebutkan dalam
Al-Quran, surat Az-Zariyat ayat 56:
“dan
tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar menyembah kepada-ku”
(Q.S. Az-Zariyat:56).
Jalur kedua adalah jalur
hubungan horisontal, yakni hubungan antara manusia dengan sesamanya. Hubungan
manusia dengan sesamanya adalah merupakan kodrat atau pembawa dari manusia itu
sendiri, karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang suka
bergaul. Adanya perintah Tuhan agar manusia salaing kenal mengenal, salih
berkasih sayang dan saling tolong menolong.
Alllah berfirman:
“manusia itu adalah umat yang satu”.
(Q. S. Al-Baqarah:213)
“hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seoang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sling kenalmengenal.
Sesungguhya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pengenal”. (Q.S. Al-Hujarat:13).
“ditimpakan ataas mereka kehinaan
(kesengsaraan) di mana saja mereka berada, kecuali bila selalu mengadakan
hubungan dengan allah dan manusia”. (Q.S. Ali Imran:112).
Kedua
jalur hubungan tersbut diatur dalam apa yang dinamakan dengan “amal saleh” atau lebih tegasnya disebut
dengan “akhlak”. Maka akhlak adalah sangat penting bagi manusia dan juga
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia
dengan makhluk lainnya. Sebab seandainya
manusia tanpa akhlak, maka akan hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai
makhluk Allah yang paling mulia dan turunlah kederajat binatang, bahkan tanpa
akhlak, manusia akan lebih hina, lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang
buas. Dan manusia yang demikian ini adalah sangat berbahaya. Oleh karena itulah kalau suatu negara yang
masing-masing manusianya sudah tidak
berakhlak, maka kehidupan bangsa dan masyarakat tesebut menjadi kacau balau dan berantakan.
Setiap orang tidak lagi
peduli soal baik atau buruk, soal halal atau haram. Hal ini karena yang
berperan dan fungsi adalah pada diri masing-masing elemen syahwat (nafsu)-nya
yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran. Oleh karena itu, Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Mulkasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah
menciptakan manusia (anak adam) lengkap dengan elemen akal an syahwat (nafsu),
maka barang siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya, hewan melata itu
lebih baik dari pada manusia itu.sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat
mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya diatas malaikat.
Pentingnya akhlak dan
ilmun akhlak bagi manusia. Menurut Drs. Barmawi Umari disebutkan bahwa:
a)
Ilmu akhlak dapat mengetahui batasan
anatra yang baik dengan yang huruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatny,
yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
b)
Berakhlak dapat memperoleh irsyad,
taufiq dan hidayah yang dengan demikian
maka Insyaallah kita akan berbahagia di duniadan di akhirat.
Puncaknya, sudah tentu
untuk memperoleh yang baik, kita harus dapat membandingkannya dengan yang buruk
atau membedakan keduanya. Dan setelah dapat membedakannya, maka kita harus
milih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Serta menggerjakan yang baik
sehingga menjadi kebiasaan dan kegemaran.
Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa hasil atau hikmah dan faedah dari akhlak,
adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan
derajat manusia
Tujuan illmu pengetahuan
adalah meninmgkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental
spritual. Antara manusia yang beirlmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya
orang yang tidak berilmu pengetahuan. Orang yang memiliki keutamaan dengan
derajat yang lebih tinggi. Hal ini diterangkan dalam Al-Quran:
“katakanlah
(hai Muhammad): adalah sama orang-orang yang
berilmu pengetahuan dengan
orang-yang tidak berillmu pengetahuan? Sesungguhnya orang-orang yang
berusahalah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Aumar:9).
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu di antar kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan kepada derajat yang tinggi. Dan Allah
tahu betul apa-apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11).
b.
menuntun kepada
kebaikan
ilmu akhlak bukan sekadar
memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, mempengaruhi dan menodorongh
kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebijakan
yang mendapatkan manfaat bagi manusia.
Tetapi kehadiran ilmu
akhlak mutlak diperlukan laksanakan kehadiran dokter yang berusaha menyembuhkan
penyakit.
Aristoteles (384-322 SM),
seorang ahli fikir Yunani menandaskan: apa yang berhubungan dengan keutamaan
tidak cukup sekedar mengetahui apa keutamaan itu? Bahkan harus ditambahkan
dengan melatihnya dan mengerjakannya, atau mencari jalan lain untuk menjadikan
diri kita sebagai orang-orang utama dan baik.
Contoh
Rasulullah SAW. Justru karena beliau mengetahui akhlak, maka jadilah beliau
sebagai manusia yang paling mulia akhlaknya, sebagaimana dinyatakan dalam
Al-Quran.
“sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur”. (Q.S. Al-Qalam: 4).
Sahabat Anas
R.A menyatakan:
“Adalah Rasulullah Saw.
Manusia yang paling baik perangainya”. (H.R Bukhari dan Muslim).
Abdulullah bin
Umar R.A meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Pernah besabda:
“sesungguhnya yang paling
baik diantara kamu ilalah yang paling akhlaknya” (H.R Bukhari dan Muslim)
An-nawwas
bin Sam’an RA. Berkata: saya bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang bakti dan
dosa, maka jawab Nabi Saw.: “bakti itu ialah budi pekerti, dan dosa itu ialah
semua yang meragukan dalam hati, dan tidak suka diketahui orang”.
Keterangan
tersebut jelaskan bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu yang mengundang kepada
kebaikan, serta memberikan tuntunan kepadanya.
c.
Manifestasi kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan
melahirkankesempuranaan akhlak. Perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah
manifestasi dari pada kesempurnaan iman.
Abu Hurairah meriwayatkan
penegasan Rasulullah Saw.
“orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang
terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu yang terbaik kepada
isterinya”. (H.R At-Turmuzi).
d.
Keutamaan di
hari kiamat
Dalam beragai hadis bahwa Rasulullah
Saw. Menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempati kedudukan
yang terhormat di hari kiamat.
Dari Abu Hurairah RA. Nabi Saw. Bersabda:
“tiada
sesuatu yanng lebih berat dalam timbangan seseorang mukmin di hari kiamat
daripada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan
kelakuan”. (H.R At-Turmuzi).
Abu Hurairah memberitahukan:
“Rasulullah ditanya
tentang kelakuan apa yang paling banyak memasukan orang ke dalam surga?
Rasulullah menjawab: Takwa kepada Allah dan keindahan akhlak. Dan ketika beliau
ditanya, tentang apakah yang paling banyak memasukan orang ke dalam neraka?
Rasullulah menjawab: mulut dan kemaluan”. (H.R. Al-Turmuzi).
Abu Ummah Al-bahili R.A. berkata:
Rasulullah Saw. Bersabda:
“saya dapat
menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan,
meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertngahan surga bagi orang yang
tidak berdusta meskipun begurau. Dan menjamin satu rumah di bagian yang tinggi
dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya”. (H.R. Abu Dawud).
e.
Kebutuhan pokok
dalam keluarga
Sebagaimana
halnya dengan makanan, minuman, pakaian, dan perumahan merupakan kebutuhan material
yang primer dalam suatu keluarga, maka akhlak adalah kebutuhan primer dari segi
moral. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakan keluarga sejahtera.
Keluarga
yang tidak dibona dengan tonggak akhlak yang baik, maka tidaj akan dapat
berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah. Sebaliknya terkadang
suatu keluarga serba kekurangan dalam prekomian rumah tangganya namun dapat
berbahagia karena faktor akhlak tetap dipertahankan seperti apa yang tercemin
dalam rumah tangga Rasulullah Saw. Akhlak yang luhur itulah yang
mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak.
Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu waktu datang melanda,
dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak.
Tegasnya,
akan meranahlah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan
berbahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak.
f.
Membina
kerukunan antar tetangga
Dimulai
dari lingkungan keluarga kita, meningkat kepada lingkungan yang lebih luas,
bahkan hubungan antar tetangga, mutlak diperlukan akhlak yang baik. Pergaulan
yangn baik inilah buah dari akhlakul karimah.
Pentingnya
akhlakul karimah, karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak
mengindahkan kode etika. Islam mengajarkan agar antaraa tetangga dibungun
jembatan emas berupa silahturahmi, mahabbah dan mawaddah. Nabi dengan telitinya
memperhatikan masalah ini, sampai-sampai beliau anjurkan, janagan merasa malu
menghadiahkan kepada tetangganya sekalpun hanya berupa kaki kambing atau kuah
gulai.
g.
Untuk
mensukseskan pembangunan bangsa dan bernegara
akhlak
adalah faktor mutlak dalam nation dan character building. Suatu bangsa atau
negara akan jaya, apabila warga negaranyaa terdiri dari oang-orang atau
masyarakat yang berakhlak mulia. Sebalilknya negara akan hancur apabila
warganya terdiri dari orang-orang yang bejat akhlaknya.
h.
Dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Jika
dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli-ahli hikmah seolah-olah dunia
tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka selalu menggemakan
panggilan akhlakul karim, menyeru umat manusia memiliki pribadi yang baik bagi
luhur.
Sebaliknya
dunia ini selalu berada dalam keurusuhan, pertentangan, dan permusuhan sampai
mengalirkan darah. Dalam sejarah yang lalu telah terjadi perang dunia sampai
dua kali . bahkan sekarang manusia cemas dan diliputi ketakutan akan terjadinya
perang dunia III. Kita lihat negara-negara super power berlomba-lomba membuat
senjata yang sewaktu-waktu dapat memunaskan manusia.
Masalah
ini tidak lepas dari karakter atau akhlak para pemimpin, di mana dia
bertindaksebagi penggerak dan pelakunya. Dinyatakan Allah dalamAl-Quran:
“telah nyata
kerusakan di darat dan di laut, disebabkan usaha tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian ari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S.Ar Rum:
41).
Jika
seandainya pemimpin-pemimpin dari suatu negara terdiri dari orang-orang yang
tidak berakhlak yanng baik, maka merekaakan menjalankan roda kekuasaannya
semacam imperialisme dan kolonisme yang tentu akan merusak hidup sekitarnya.
Sebagaimana dilukiskan dalam Al-Quran riwayat ratu Bulqis ketika bertanya
keadaan Nabi Sulaiman As. Yang berbunyi:
“Dia berkata:
sesungguhnya raja-raja itu apabila memasuki suatu negeri: niscaya mereka
membinasakannya, dan menjadikaan penduduknya yang mulia menjadi hina dan
demikian pulalah yang akan mereka perbuat”.
(Q.S. An-Naml: 34).
Demikianlah
beberapa hikmah dan faedah dari akhlak apabila ditegakkan, akan membentuk
masyarakat menjadi suci, selalu menghasilkan kebaikan dan kesempunaan dalam
semua aspek kehidupkan mausia.
Kesimpulan
Tujuan pokok
akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai
atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti
dalam islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia.
manfaat dari mempelajari
ilmu akhlak adalah untuk
meningkatkan derajat kehidupan manusia, menuntun kepada kebaikan, memenuhi
kebutuhan keluarga, mengatur tata cara hidup bertetangga, mengatur adab pergaulan
berbangsa dan bernegara, serta tujuan dan manfaat lain dari
mempelajari ilmu akhlak bisa
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar