Rabu, 04 Januari 2017



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia yang dalam kehidupan kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesamanya sudah barang tentu membutuhkan sebuah tatacara atau cara berkomunikasi dengan baik supaya hubungan yang terjalin menjadi hubungan yang harmonis, tidak merugikan orang lain dan diri sendiri dan inilah tujuan dari keberadaan akhlaq.
Seperti sempat disinggung diatas, bahwa manusia merupakan makhluk terbaik ciptaan Allah SWT—terdapat dalam surah At-Tin, tentunya ia memiliki ciri khas tertentu yang kemudian akan membedakannya dengan makhluk lain yang Allah ciptakan. Manusia sangat khas dengan akal yang dimilikinya—sampai rosulullah pernah bersabda ”sesungguhya seluruh kebaikan itu dapat dikenali dengan akal”, karena kemudian akal ini akan digunakan oleh manusia sebagai alat timbangan/ penimbang untuk melakukan sebuah perbuatan. Tujuan inti dari akhlak adalah untuk membentuk kehidupan yang harmonis antar sesama manusia.
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim memiliki budi pekerti, bertingkah laku, beradat-istiadat yang baik sesuai dengan apa yang telah di ajarkan oleh islam. Dan ibadah-ibadah dalam islam juga berturut serta dalam pembinaan akhlak yang mulia. Seperti:
-          Shalat, bertujuan mencegah agar orang-orang yang melakukanya tidak melakukan perbuatan tercela.
-          Zakat, disamping bertujuan menyucikan harta juga bertujuan menyucikan diri dengan memupuk kepribadian mulia dengan cara menolong sesame.
-          Puasa, bertujuan untuk mendidik kita untuk menahan hawa nafsu dari syahwat dan perbuatan buruk lainya.
-          Haji, di antaranya bertujuan memunculkan ratsa tenggang dan kebersamaan antar sesama umat.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan tujuan?
2.      Apa tujuan mempelajari ilmu akhlak?
3.      Apa yang dimaksud dengan manfaat ?
4.      Apa manfaat mempelajari ilmu akhlak?
5.      Apa manfaat akhlak pada individual?






























BAB 2
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian tujuan
Tujuan merupakan langkah awal dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaan nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Menurut H.R. Daeng Naja “tujuan adalah meruppakan misi sasaran yang ingin dicapai oleh suatu oganisasi dimasa yang akan datang dan manejer bertugas mengarahkan jalannya organisasi untuk mencapai tujuan tersebut” tujuan menurut Ken Mcelroy “tujuan merupakan langkah pertama dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan.

2.2    Tujuan mempelajari ilmu akhlak
Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap mslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti dalam islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia.  
Tujuan akhlak di bagi dua yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umumnya adalah membentuk kepribadian seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara lahiriah ataupun batiniah. Dan kaitan tersebut tersirat dalam firman Allah SWT. Yang berfirman:
‘’katakanlah (Muhammad), ‘Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji, yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa ada alasan yang jelas, dan(mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.’’ (Q.S. Al-A’raf[7]: 33)
Dan tujuan akhlak khusus adalah:
1.        Mengetahui  tujuan akhlak dari di utusnya Nabi Muhammad SAW.
Dalam hadis dikatakan tujuan di utusnya Nabi Muhammad SAW, adalah menyempurnakan akhlak. Dan hadis tersebut berkaitan erat dengan Firman Allah SWT.
’dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam’’  (Q.S. Al-Anbiya [21]; 107)
Akhlak merupakan suatu hal yang penting dalam agama. Akhlak bahkan lebih penting dari ibadah. Sebab, tujuan utama ibadah adalah mencapai kesempurnaan akhlak. jika tidak mendatang kan akhlak mulia, ibadah hanya gerakan formalitas belaka. Misalnya, shalat seorang muslim tidak menyebabkan pelakunya berbuat perbuatan-perbuatan keji maka shalatnya hanya olahraga semata, seperti orang yang bersenam.
2.        Menjembatani kerenggangan antara Akhlak dan Ibadah
Tujuan lain mempelajari akhlak adalah menyatukan antara akhlak dan ibadah. Yang dalam arti lebih luas yaitu menyatukan Agama dan Dunia. Dan di ibaratkan seperti kita berada di dalam masjid meskipun kita berada di luar masjid. Kesatuan antara akhlak dan ibadah di perlihatkan oleh Rasulullah SAW, dalam sabdanya ;
‘’demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya, ‘siapa ya Rasulullah?’, ‘orang yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguanya’.’’
Hadis tersebut mengecam orang yang beriman (ibadah), tetapi tidak memberikan rasa aman (akhlak).  Dalam hadis tersebut menjelaskan bahwa orang yang beribadah atau beriman tetapi memiliki akhlak yang tercela, maka orang tersebut tetap saja dikatakan tidak beriman atau orang yang lalai ibadahnya.
Pada saat menjelaskan sifat-sifat orang yang beriman, Allah SWT juga menyertakan sifat-sifat akhlak mulia. Dalam firmanya yang berbunyi;
sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalat nya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluanya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina dan sebagainya) maka mereka itulah yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung)orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya.’’
Usaha menyatukan antara ibadah dan akhlak, dengan di bimbing oleh hati yang di ridhai Allah SWT. Dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang (balance)  antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.
3.        Mengimplementasikan pengetahuan tentang akhlak dalam kehidupan
Tujuan lain dalam mempelajari akhlak adalah mengimplementasikan (melaksanakan atau berbuat) akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari –hari. Berkenaan dengan mempelajari akhlak, Amad Amin mengatakan,
‘’Tujuan mempelajari akhlak dan permasalahanya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainya sebagai yang baik dan sebagian lainya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk buruk; membayar utang pada pemilik nya termasuk perbuatan baik sedangkan berbuat baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.’’
Akhlak tidak akan berpengaruh apa-apa jika petunjuknya tdak di ikuti. Tujuan mempelajari akhlak bukan hanya untuk mengetahui ‘’apa itu akhlak, atau ilmu akhlak?’’ ,akan tetapi untuk mendorong dan memengaruhi kita supaya membentuk hidup suci serta menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dalam hidup.













2.3    Pengertian Manfaat
Pengertian manfaat kegunaaan atau paedah yang di peroleh dari kegiatan yang kita lakukan.  

2.4    Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Sebagian manfaat dari mempelajari ilmu akhlak adalah untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia, menuntun kepada kebaikan, memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur tata cara hidup bertetangga, mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara, serta tujuan dan manfaat lain dari mempelajari ilmu akhlak akan dipaparkan lebih detail di bawah ini.
A.       Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan manusia
Orang yang beriman dan berilmu (termasuk di dalamnya adalah ilmu akhlak), akan lebih utama daripada orang yang tidak beriman dan berilmu. Sebab dengan pengetahuan ilmu akhlak, seseorang akan lebih sadar mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang mengantarkan kepada kebahagiaan dan mana yang menjerumuskan kepada kesesatan dan kesengsaraan untuk dirinya. Dengan demikian seseorang akan selalu berusaha untuk bisa memilih dan melakukan kebaikan atas petunjuk Allah dan memperoleh keridloan Allah swt. sehingga bisa menjauhkan diri dari hal-hal yang tersela dan dimurkai oleh Allah swt.
Firman Allah swt dalam Al-Qur'an :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ
Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
(QS. Al-Qalam : 4)
Ayat dan dalil hadits tersebut di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw telah memperoleh pengetahuan tentang akhlak dari al Qur'an, kemudian beliau melaksanakannya sehingga beliau menjadi manusia yang berakhlak mulia.
B.        Mempelajari ilmu Akhalak akan Menyempurnakan Iman
Akhlak mulia adalah merupakan manifestasi dari kesempurnaan iman seseorang. Karena akhlak mepelajari atau mengajarkan sikap atau budi pekeri yang baik. Sebagaimana dalil hadits Nabi Muhammad saw.
yang artinya :
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Turmidzi)
Dalam keterangan hadits di atas, menjelaskan bahwa orang yang sempurna imannya adalah orang yang baik akhlaknya. Bukan orang yang pintar, kaya, berpangkat atau pun orang yang berpenampilan islami akan tetapi orang yang paling sempurna imannya adalah mereka yang berakhlak karena akhlak adalah mahkota seseorang itu sendiri.
C.                  Memperoleh Kesempurnaan pada Hari Akhir
        Manfaat dan tujuan yang lain dari mempelajari ilmu akhlak adalah akan mendapatkan akhlak mulia. Dengan mendapatkan akhlak yang mulia, maka akan memperoleh derajat yang terhormat di .
Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw. Artinya :
“Tiada sesuatu yang lebih berat timbangan seseorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan Allah sangat benci kepada orang yang kotor (keji) mulutnya dan kelakuannya”. (HR. Turmidzi)


D.         Memenuhi hajat pokok keluarga

        Akhlak juga merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan spiritual sebagaimana kebutuhan pokok yang lain, seperti kebutuhan makanan, minuman, tempat tinggal dan kebutuhan pokok yang lain. Maka akhlak merupakan faktor yang penting dalam membina dan menegakkan kehidupan keluarga yang sejahtera lahir dan batin.

       Sebuah keluarga yang tidak terbina dengan baik akhlaknya dengan akhlak yang baik, maka tidak akan merasakan kehidupan yang bahagia, karena akan dijauhkan dari pengaruh atau pergaulan orang banyak. Akhlak yang mulia dan baik itulah yang akan menjamin keharmonisan hidup dalam rumah tangga, menjalincinta kasih semua pihak. Dan dengan akhlak yang mulia dapat dijadikan sebagai benteng apabila datang malapetaka yang melanda kehidupan dalam rumah tangga.

E.       Membina kerukunan hidup bertetangga.

        Dengan mempelajari ilmu akhlak mempunyai tujuan dan manfaat dapat membina kerukunan hidup bertetangga. Dalam kehidupan bertetangga., diperlukan budi pekerti atau akhlak yang baik, mulia dan luhur. Sebab kerukunan hidup antara tetangga itu hanya akan terjadi apabila setiap orang saling hormat-menghormati,  dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan tetangga,
Sebagai mana Rosul bersabda yang artinya : Tidak akan masuk orang yang membuat tetangganya tidak tentram karena kejahatannya. (HR. Nukhari-Muslim)

F.       Membina Remaja

       Dari dulu hingga sekarang banyak sekali masalah kenakalan-kenakalan remaja seperti penyalah gunaan obat, narkotika, perkelahian, dan lain sebagainya. Hal ini adalah disebabkan karena kurangnya atau tidak terbinanya akhlak di kalangan remaja.

Pada umumnya remaja-remaja yang terlibat berbagai kenakalan-kenakalan remaja adalah remaja yang tidak mengenal akhlak yang baik, mulia dan luhur. Sebaliknya para remaja yang berprestasi, sopan santun dan berhasil mencapai cita-cita mereka adalah dikarenakan tercapai tujuan dan manfaat dari akhlak yang mulia dan luhur budi pekertinya. Hal yang demikian tentunya karena adanya pembinaan akhlak yang baik di kalangan remaja dalam hal sopan santun, bertata krama dan lain sebagainya.

G.        Membina pergaulan umum

        Tujuan dan manfaat ilmu akhlak adalah untuk membina pergaulan umum. Akhlak menempati posisi dan peranan yang penting dalam kehidupan dan tata pergaulan umum. Salah satu contoh dapat dikemukakan : setiap orang yang dapat diterima sebagai karyawan atau pekerja baik dalam perusahaan swasta ataupun pemerintah adalah mereka yang dapat menunjukkan surat keterangan yang menyatakan bahwa mereka berkelakuan baik atau dalam istilah sekarang adalah SKCK (Surat keterangan cakap kelakuan).

Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan dari pergaulan umum. Dan dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang baik,mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.

H.         Mensukseskan pembangunan negara

         Tujuan dan manfaat selanjutnya mempelajari ahklak adalah dapat mensukseskan pemabngunan negara. Akhlak merupakan salah satu faktor yang wajib ada atau mutlak dalam pembanguan bangsa dan karakter bangsa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya pembangunan akan lebih baik apabila pemimpin dan warganya berakhlak mulia sehingga pembangunan negara akan sukses dan tercapai dengan baik. Sebaliknya, apabila akhlak para pemimpin dan warganya rusak (misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, keadilan tidak merata, dll), maka niscaya pembangunan di suatu yang diharapkan sukses dan berhasil baik tidak akan tercapai. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syauqi Bey, dalam gubahan syairnya :
وإنما الأمم الأخلاق ما بقيت فإن همُ ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya : suatu bangsa dikenal (jaya) karena akhlaknya. Bila akhlaknya rusak, maka rusaklah bangsa itu."

          Dapat dikatakan bahwa kejayaan atau kehancuran suatu bangsa terletak pada akhlaknya. Apabila suatu bangsa berakhlak mulia, maka tersohorlah bangsa itu. Namun apabila bangsa itu rusak akhlaknya maka rendahlah (hancurlah) nama suatu bangsa.

I. Menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara

         Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan manfaatnya adalah dapat menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara di dunia. Apabila para pemimpin dunia berakhlak baik, mulia dan bijaksana, niscaya masyarakat dunia akan merasakan kebahagiaan dan perdamaian. Namun sebaliknya, apabila pemimpin dunia itu rusak akhlaknya, maka akan besar sekali kemungkinannya dimana-mana akan terjadi peperangan yang tentunya akan membawa banyak korban baik harta maupun jiwa.

Apabila akhlak mulia ini tidak dimiliki oleh para pemimpin dunia dan juga warga masyarakat dunia seluruhnya maka akan membawa kehancuran dunia baik di darat. laut maupun udara. Hal yang demikian ini adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab akibat pengaruh dari hawa nafsu jahat yang tidak terkendalikan.

Sebagaimana dijelaskan dan diterangkan dalam Kitabullah Al-Qur'an yang berbunyi :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ  '

Artinya :” Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum : 41)

Dengan demikian jelaslah bahwa kehidupan di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari akhlak para pemimpinnya. Apabila dunia ini dipimpin oleh orang yang berakhlak mulia, maka roda perjalanan kehidupan dunia ini akan aman, sejahtera dan sentosa.

2.5    Manfaat mempelajari ilmu akhlak
Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Bagi orang yang berakhlak baik, berbuat baik adalah satu ekpresi, bukan transaksi, oleh karena itu perbuatan baiknya mengalir begitu saja tanpa harus mempertimbangkan untung rugi. Yang dimaksud dengan perbuatan adalah kegiatan fisik atau mental yang dilakukan secara sengaja dan bertujuan. Perbuatan bisa berujud aktifitas gerak, bisa juga berwujud diam tanpa gerak. Tidak berbuat dan tidak berkatakata yang dilakukan secara sengaja adalah suatu perbuatan yang bernilai akhlak.
Oleh karena itu, bagi orang yang berakhlak, perkataannya, perbuatannnya dan diamnya diukur secara cermat, kapan harus berkata dan kapan harus diam, kapan harus bertindak dan kapan harus berdiam diri. Akhlak mengandung dimensi vertikal, horizontal dan internal, oleh karena itu kemanfaatan hidup berakhlak dirasakan oleh masyarakat dan oleh orang yang bersangkutan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Bagi orang yang berakhlak baik, berbuat baik adalah satu ekpresi, bukan transaksi, oleh karena itu perbuatan baiknya mengalir begitu saja tanpa harus mempertimbangkan untung rugi. Yang dimaksud dengan perbuatan adalah kegiatan fisik atau mental yang dilakukan secara sengaja dan bertujuan. Perbuatan bisa berujud aktifitas gerak, bisa juga berwujud diam tanpa gerak.
Tidak berbuat dan tidak berkatakata yang dilakukan secara sengaja adalah suatu perbuatan yang bernilai akhlak. Oleh karena itu, bagi orang yang berakhlak, perkataannya, perbuatannnya dan diamnya diukur secara cermat, kapan harus berkata dan kapan harus diam, kapan harus bertindak dan kapan harus berdiam diri. Akhlak mengandung dimensi vertikal, horizontal dan internal, oleh karena itu kemanfaatan hidup berakhlak dirasakan oleh masyarakat dan oleh orang yang bersangkutan. 

Diantara manfaat hidup berakhlak bagi individu yang berakhlak adalah: 
1.        Dapat menikmati ketenangan hidup.
 Ketenangan dalam hidup diperoleh oleh orang yang tidak memiliki konflik batin, konflik interest. Konflik batin timbul disebabkan oleh ketidak mampuan seseorang berakrab-akrab dengan diri sendiri, dengan kemampuan diri sendiri, dengan apa yang telah dimiliki. Pusat perhatian orang berakhlak ialah pada bagaimana menjadikan dirinya bermakna, bermakna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa serta kemanusiaan sesuai dengan nilai yang diajarkan oleh Allah Sang Pencipta.
Dari segi ini orang yang berakhlak selalu bekerja keras tak kenal lelah untuk orang lain, yang dampaknya pulang kepada diri sendiri, yaitu tidak hirau terhadap kesulitan pribadinya. Secara internal orang berakhlak selalu mensyukuri nikmat Allah kepada dirinya sehingga ia merasa telah diberi banyak dan banyak memiliki. Dari itu ia selalu berfikir untuk memberi dan sama sekali tidak berfikir untuk menguasai apa yang telah dimiliki orang lain. 
2.        Tidak mudah terguncang oleh perubahan situasi.
Perubahan merupakan sunnatullah dalam kehidupan. Terkadang perubahan terjadi dengan amat cepat, membalik keadaan begitu rupa, yang selama ini berkuasa jatuh terhina, yang terhina naik ke atas panggung, yang selama ini ditabukan justeru berubah menjadi perilaku umum setiap hari, yang mudah menjadi sulit, sebaliknya yang semula mustahil menjadi sangat gampang. Bagi orang yang berakhlak, perubahan itu tak lebih hanya sunnatullah kehidupan, sementara sunnatullah itu sendiri justru tidak berubah.
Oleh karena itu, bagi orang yang berakhlak, yang menjadi perhatian adalah bukan perubahannya, tetapi yang tidak berubah, yaitu kaidah-kaidah sunnatullah, seperti kebenaran akan jaya dan kebatilan akan runtuh, bahwa setiap kesulitan akan membawa kemudahan, bahwa kejujuran akan mendatangkan keberkahan, bahwa yang yang buruk, meski disembunyikan akan terbuka, bahwa yang baik meski sedikit akan diakui juga , bahwa merendahkan diri akan mendatangkan kemuliaan dan bahwa kesombongan akan berakhir dengan kehancuran. Bagi orang berakhlak dengan akidah tersebut diatas, ia akan memandang perubahan situasi justem dengan perspektif sunnatullah yang tidak berubah. Oleh karena itu, ia tetap tenang di tengah perubahan zaman. 
3.        Tidak mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan.
Yang kita jalani memang benar-benar merupakan realitas, tetapi tak jarang apa yang ditawarkan kepada kita dan apa yang sedang kita ikuti sebenarnya bukan realitas tetapi hanya fatamorgana belaka. Bahwa untuk menjadi pandai orang harus belajar adalah realitas, bahwa untuk mencapai ke tingkat sosial tertentu orang harus berjuang melalui tahap-tahap pekerjaan adalah realitas, bahwa untuk menjadi kaya orang harus berusaha secara ulet serta membutuhkan waktu adalah realitas. Sebaliknya untuk menjadi pintar mendadak, menjadi kaya mendadak, untuk mencapai kedudukan tinggi secara mendadak adalah lebih sering merupakan fatamorgana yang menipu.
Bagi orang yang berakhlak, fatamorgana kehidupan tidak menarik baginya, karena ia justeru tertantang untuk mengatasi kesulitan secara realistis. Orang yang berakhlak tahu persis makna sabar, yaitu tabah hati tanpa mengeluh, dalam menghadapi cobaan dan rtintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam kerangka mencapai tujuan. Orang sabar tahu persis bahwa menggapai tujuan bukan suatu yang mudah karena untuk itu membutuhkan waktu dan keuletan dalam menghadapi rintangan. Hanya orang dalam keadaan lemah mental atau tertekan sajalah yang mudah tertipu oleh fatamorgana kehidupan, kepada sesuatu yang nampaknya sangat menjanjikan tetapi sebenarnya tipuan belaka. 
4.        Dapat menikmati hidup dalam segala keadaan.
 Sudah menjadi sunnatullah bahwa hidup manusia mengalami pasang dan surut, terkadang beruntung, di lain kali merugi, terkadang disambut oleh banyak orang, di lain kali dimaki dan bahkan diusir oleh orang banyak. Bagi orang yang berakhlak, karena prinsip hidup lurus yang selalu dipegang, maka ia selalu siap menghadapi keadaan surut maupun keadaan pasang. Di waktu beruntung ia bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berbagi rasa syukurnya kepada orang lain dan tidak menghambur-hamburkan keberuntungannya.
Meski keberuntungan melimpah ruah, orang berakhlak tetap hidup wajar, tidak berlebihan dan tetap menjadi dirinya. Ketika sedang mengalami surut dalam hidupnya ia sabar, tidak mengeluh dan menerima apa adanya. Meski dalam keadaan serba kekurangan secara materi, orang yang berakhlak masih tetap memiliki keindahan dalam hidupnya karena ia tetap bisa melakukan sesuatu yang bermakna. Adapun orang yang tak berakhlak ketika beruntung ia lupa daratan berfoya-foya dengan keberuntungannya, dan ketika jatuh merugi ia lupa ingatan, sedih berkepanjangan, stress dan ada yang bunuh diri
Salah satu ciri khas ilmu adalah bersifat pragmatis. Suatu ilmu harus mempunyai fungsi atau faedah bagi manusia. Ditemukan teori-teori ilmu, lebih menambah wawasan dalam bertindak atau berproses. Kegunaan ilmu untuk dapat mengetahui rahasia-rahasia yang dapat diperhitungkan baik dan buruknya suatu langkah yang dijalani.
Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
a)             Mendapatkan tempat yang baik di dalam masyarakat.
b)            Akan disenangi orang dalam pergaulan.
c)             Akan dapat terpelihara dari hukuman yang bersifat manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
d)            Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
e)             Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.
Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik mana yang buruk. Dapat menepatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya yang menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad,taufik dan hidayah sehingga bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagian hidup setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan selalu mendapat rida Allah, selalu disenangi oleh sesama makhluk.
Untuk mendapatkannya yaitu meraih kebahagiaan, kesejahteraan dan rida Allah tidak begitu mudah. Manusia harus dapat membandingkan mana yang buruk dan mana yang baik. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang dapat berpegang pada kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan keluruan. Lebih lanjut seseorang dapat memilih yang baik dan kemudian meninggalkan tindakan yang buruk.
Orang uang sudah mencapai pemilihan terhadap kebaikan. Diupayakan ada proses keyakinan dan menjadikan dirinya kontinuitas (terus menerus) dalam tindakan untuk membiasakan diri pada kebaikan, akhirnya akan menumbuhkan kegemaran.
Seseorang yang mendapat kebahagiaan karena akibat tindakan yang baik dan benar, dan berakhlak baik maka akan memperoleh:
1)             Irsyad : Artinya dapat membedakan antara amal yang baik dan amal yang buruk
2)             Taufiq: Perbuatan kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Dan dengan akal yang sehat
3)             Hidayah: Berarti seseorang akan gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mulia karena karunia yang diberikan Allahb kepadanya, berupa akal pikiran dan karena membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya yang mempunyai 2 (dua) jalur hubungan. Jalur pertama, adalah jalur huubungan vertikal, yakni hubungan antara manusia sebagai makhluk ciptaan yang menciptakan  (Al-Khalik) yaitu Allah SWT.
Hubungan dengan Allah kewajiban bagi umat manusia, karena statusnya sebagai makhluk yang tentunya harus mengabdi dan menghamba kepada Tuhan, Al-khalik yang telah menciptakannya. Sebagaimana tersebut diebutkan  dalam Al-Quran, surat Az-Zariyat ayat 56:
dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar menyembah kepada-ku” (Q.S. Az-Zariyat:56).
Jalur kedua adalah jalur hubungan horisontal, yakni hubungan antara manusia dengan sesamanya. Hubungan manusia dengan sesamanya adalah merupakan kodrat atau pembawa dari manusia itu sendiri, karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk bermasyarakat yang suka bergaul. Adanya perintah Tuhan agar manusia salaing kenal mengenal, salih berkasih sayang dan saling tolong menolong.

Alllah berfirman:
“manusia itu adalah umat yang satu”. (Q. S. Al-Baqarah:213)
“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seoang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sling kenalmengenal. Sesungguhya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pengenal”. (Q.S. Al-Hujarat:13).
“ditimpakan ataas mereka kehinaan (kesengsaraan) di mana saja mereka berada, kecuali bila selalu mengadakan hubungan dengan allah dan manusia”. (Q.S. Ali Imran:112).
            Kedua jalur hubungan tersbut diatur dalam apa yang dinamakan dengan “amal saleh” atau lebih tegasnya disebut dengan “akhlak”. Maka akhlak adalah sangat penting bagi manusia dan juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
     Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Sebab  seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilanglah derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia dan turunlah kederajat binatang, bahkan tanpa akhlak, manusia akan lebih hina, lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas. Dan manusia yang demikian ini adalah sangat berbahaya. Oleh  karena itulah kalau suatu negara yang masing-masing manusianya sudah  tidak berakhlak, maka kehidupan bangsa dan masyarakat tesebut  menjadi kacau balau dan berantakan.
Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal atau haram. Hal ini karena yang berperan dan fungsi adalah pada diri masing-masing elemen syahwat (nafsu)-nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran. Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mulkasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak adam) lengkap dengan elemen akal an syahwat (nafsu), maka barang siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya, hewan melata itu lebih baik dari pada manusia itu.sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya diatas malaikat.
Pentingnya akhlak dan ilmun akhlak bagi manusia. Menurut Drs. Barmawi Umari disebutkan bahwa:
a)             Ilmu akhlak dapat mengetahui batasan anatra yang baik dengan yang huruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatny, yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
b)             Berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufiq dan hidayah yang dengan demikian      maka Insyaallah kita akan berbahagia di duniadan di akhirat.
Puncaknya, sudah tentu untuk memperoleh yang baik, kita harus dapat membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Dan setelah dapat membedakannya, maka kita harus milih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Serta menggerjakan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan kegemaran.
Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa hasil atau hikmah dan faedah dari akhlak, adalah sebagai berikut:
a.        Meningkatkan derajat manusia
Tujuan illmu pengetahuan adalah meninmgkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental spritual. Antara manusia yang beirlmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya orang yang tidak berilmu pengetahuan. Orang yang memiliki keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi. Hal ini diterangkan dalam Al-Quran:
katakanlah (hai Muhammad): adalah sama orang-orang yang  berilmu pengetahuan  dengan orang-yang tidak berillmu pengetahuan? Sesungguhnya orang-orang yang berusahalah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Aumar:9).
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu di antar kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan kepada derajat yang tinggi. Dan Allah tahu betul apa-apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11).


b.        menuntun kepada kebaikan
ilmu akhlak bukan sekadar memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, mempengaruhi dan menodorongh kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebijakan yang mendapatkan manfaat bagi manusia.
Tetapi kehadiran ilmu akhlak mutlak diperlukan laksanakan kehadiran dokter yang berusaha menyembuhkan penyakit.
Aristoteles (384-322 SM), seorang ahli fikir Yunani menandaskan: apa yang berhubungan dengan keutamaan tidak cukup sekedar mengetahui apa keutamaan itu? Bahkan harus ditambahkan dengan melatihnya dan mengerjakannya, atau mencari jalan lain untuk menjadikan diri kita sebagai orang-orang utama dan baik.
Contoh Rasulullah SAW. Justru karena beliau mengetahui akhlak, maka jadilah beliau sebagai manusia yang paling mulia akhlaknya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran.

“sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur”. (Q.S. Al-Qalam: 4).

Sahabat Anas R.A menyatakan:
Adalah Rasulullah Saw. Manusia yang paling baik perangainya”. (H.R Bukhari dan Muslim).

Abdulullah bin Umar R.A meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Pernah besabda:
 “sesungguhnya yang paling baik diantara kamu ilalah yang paling akhlaknya” (H.R Bukhari dan Muslim)

An-nawwas bin Sam’an RA. Berkata: saya bertanya kepada Rasulullah Saw. Tentang bakti dan dosa, maka jawab Nabi Saw.: “bakti itu ialah budi pekerti, dan dosa itu ialah semua yang meragukan dalam hati, dan tidak suka diketahui orang”.
Keterangan tersebut jelaskan bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu yang mengundang kepada kebaikan, serta memberikan tuntunan kepadanya.

c.         Manifestasi kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan melahirkankesempuranaan akhlak. Perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi dari pada kesempurnaan iman.
Abu Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah Saw.
“orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu yang terbaik kepada isterinya”. (H.R At-Turmuzi).

d.        Keutamaan di hari kiamat
Dalam beragai hadis bahwa Rasulullah Saw. Menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempati kedudukan yang terhormat di hari kiamat.
Dari Abu Hurairah RA. Nabi Saw. Bersabda:
“tiada sesuatu yanng lebih berat dalam timbangan seseorang mukmin di hari kiamat daripada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan kelakuan”. (H.R At-Turmuzi).

Abu Hurairah memberitahukan:
“Rasulullah ditanya tentang kelakuan apa yang paling banyak memasukan orang ke dalam surga? Rasulullah menjawab: Takwa kepada Allah dan keindahan akhlak. Dan ketika beliau ditanya, tentang apakah yang paling banyak memasukan orang ke dalam neraka? Rasullulah menjawab: mulut dan kemaluan”. (H.R. Al-Turmuzi).

Abu Ummah Al-bahili R.A. berkata: Rasulullah Saw. Bersabda:
“saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertngahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun begurau. Dan menjamin satu rumah di bagian yang tinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya”. (H.R. Abu Dawud).
           
e.         Kebutuhan pokok dalam keluarga
Sebagaimana halnya dengan makanan, minuman, pakaian, dan perumahan merupakan kebutuhan material yang primer dalam suatu keluarga, maka akhlak adalah kebutuhan primer dari segi moral. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakan keluarga sejahtera.
Keluarga yang tidak dibona dengan tonggak akhlak yang baik, maka tidaj akan dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah. Sebaliknya terkadang suatu keluarga serba kekurangan dalam prekomian rumah tangganya namun dapat berbahagia karena faktor akhlak tetap dipertahankan seperti apa yang tercemin dalam rumah tangga Rasulullah Saw. Akhlak yang luhur itulah yang mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu waktu datang melanda, dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak.
Tegasnya, akan meranahlah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan berbahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak.

f.          Membina kerukunan antar tetangga
Dimulai dari lingkungan keluarga kita, meningkat kepada lingkungan yang lebih luas, bahkan hubungan antar tetangga, mutlak diperlukan akhlak yang baik. Pergaulan yangn baik inilah buah dari akhlakul karimah.
Pentingnya akhlakul karimah, karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak mengindahkan kode etika. Islam mengajarkan agar antaraa tetangga dibungun jembatan emas berupa silahturahmi, mahabbah dan mawaddah. Nabi dengan telitinya memperhatikan masalah ini, sampai-sampai beliau anjurkan, janagan merasa malu menghadiahkan kepada tetangganya sekalpun hanya berupa kaki kambing atau kuah gulai.

g.        Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan bernegara
akhlak adalah faktor mutlak dalam nation dan character building. Suatu bangsa atau negara akan jaya, apabila warga negaranyaa terdiri dari oang-orang atau masyarakat yang berakhlak mulia. Sebalilknya negara akan hancur apabila warganya terdiri dari orang-orang yang bejat akhlaknya.

h.        Dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Jika dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli-ahli hikmah seolah-olah dunia tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka selalu menggemakan panggilan akhlakul karim, menyeru umat manusia memiliki pribadi yang baik bagi luhur.
Sebaliknya dunia ini selalu berada dalam keurusuhan, pertentangan, dan permusuhan sampai mengalirkan darah. Dalam sejarah yang lalu telah terjadi perang dunia sampai dua kali . bahkan sekarang manusia cemas dan diliputi ketakutan akan terjadinya perang dunia III. Kita lihat negara-negara super power berlomba-lomba membuat senjata yang sewaktu-waktu dapat memunaskan manusia.
Masalah ini tidak lepas dari karakter atau akhlak para pemimpin, di mana dia bertindaksebagi penggerak dan pelakunya. Dinyatakan Allah dalamAl-Quran:

“telah nyata kerusakan di darat dan di laut, disebabkan usaha tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian ari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S.Ar Rum: 41).

Jika seandainya pemimpin-pemimpin dari suatu negara terdiri dari orang-orang yang tidak berakhlak yanng baik, maka merekaakan menjalankan roda kekuasaannya semacam imperialisme dan kolonisme yang tentu akan merusak hidup sekitarnya. Sebagaimana dilukiskan dalam Al-Quran riwayat ratu Bulqis ketika bertanya keadaan Nabi Sulaiman As. Yang berbunyi:
“Dia berkata: sesungguhnya raja-raja itu apabila memasuki suatu negeri: niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikaan penduduknya yang mulia menjadi hina dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat”. (Q.S. An-Naml: 34).

Demikianlah beberapa hikmah dan faedah dari akhlak apabila ditegakkan, akan membentuk masyarakat menjadi suci, selalu menghasilkan kebaikan dan kesempunaan dalam semua aspek kehidupkan mausia.




















 Kesimpulan
Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti dalam islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia.
 manfaat dari mempelajari ilmu akhlak adalah untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia, menuntun kepada kebaikan, memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur tata cara hidup bertetangga, mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara, serta tujuan dan manfaat lain dari mempelajari ilmu akhlak bisa di  terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar