KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengelola rancangan organisasi” ini dengan
baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan pada kesempatan ini, kami
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah
membimbing, membantu, dan mendorong dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca, khususnya bagi kami sendiri dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai landasan dan kedudukan akhlak di dalam islam. Dan
kami juga sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini memang masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami berharapkan adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang nantinya,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca.
Bandung, 1
November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
.......................................................................................2
C.
Maksud dan
Tujuan .....................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
.......................................................................................3
1.
Sifat rancangan
organisasi..........................................................................3
2.
Prespektif
universal pada rancangan organisasi..........................................4
A. Model
Birokratis...................................................................................4
B. Model
Perilaku......................................................................................6
3.
Pengaruh
situsional terhadap rancangan organisasi ..................................9
A. Teknologi Inti......................................................................................10
B. Lingkungan..........................................................................................12
C. Ukuran
organisasi................................................................................13
D. Siklus Hisdup
Organisasi....................................................................14
4.
Strategi dan
rancangan organisasi.............................................................14
A. Strategi tingkat korporasi....................................................................15
B. Strategi tingkat
bisnis..........................................................................15
C. Fungsi
organisasional..........................................................................17
5.
Bentuk dasar
dari rancangan organisasi....................................................18
A. Rancangan Fungsional
(Bentuk-U).....................................................18
B. Rancangan Konglomerat
(Bentu-H)...................................................19
C. Rancangan Divisional
(Bentuk-M).....................................................20
D. Rancangan
Mtariks.............................................................................21
E.
Rancangan
Hibrida..............................................................................23
6.
Persoalan-persoalan
yang muncul dalam rancangan organisasi...............24
A.
Organisasi
Tim..............................................................................24
B.
Organisasi Virtual.........................................................................24
C.
Organisasi
Pembelajaran...............................................................25
D.
Persoalan dalam
Rancangan organisai internasional ..................26
BAB III PENUTUP.............................................................................................27
A. Kesimpulan................................................................................................27
B.
Saran
..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada era modern seperti sekarang ini, setiap
organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman yang
selalu berubah – ubah agar dapat terus unggul dalam persaingan dengan
organisasi lain. Dengan adanya tuntutan tersebut, suatu organisasi harus
memiliki suatu rancangan organisasi yang benar dan tepat.
Rancangan organisasi itu sendiri merupakan
keseluruhan rangkaian dari elemen struktural dan hubungan di antara
elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk mengelola organisasi secara total.
Organisasi merupakan cara dalam mengimplementasikan strategi dan rencana untuk
mencapai tujuan organisasi. Hampir semua organisasi mengalami perubahan secara
kontinu sebagai akibat faktor-faktor seperti situasi dan orang. Selain itu,
rancangan organisasi untuk organisasi yang lebih besar sangat kompleks dan
memiliki banyak tingkatan dan variasi. Manajer seharusnya tahu bahwa merancang
suatu organisasi merupakan proses keberlanjutan yang tidak pernah selesai.Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis mendeskripsikan sifat, perspektif
universal, pengaruh situasional, strategi bentuk dasar, serta
persoalan-persoalan yang muncul dalam rancangan organisasi sebagai salah satu
referensi dalam mengelola rancangan organisasi.
Hasil yang kurang memuaskan dalam melakukan
perubahan organisasi menimbulkansuatu rasa ingin tahu, apakah ada sesuatu yang
kurang tepat dalam pemahaman organisasi selama ini? Mungkin diperlukan suatu
pandangan baru dalam mengelola rancangan organisasi dalam era perubahan ini.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah-masalah yang akan dijadikan objek pembahasan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud denganrancangan
organisasi?
2. Bagaimanakah Prospektif universal pada
rancangan organisasi?
3. Bagaimanakah pandangan situsional
terhadap rancangan organisasi?
4. Apa sajakah stategi dan rancangan
organisasi?
5. Apa sajakah bentuk dasar dari rancangan
organisasi?
6. Apa sajakah persoalan-persoalan yang
muncul dalam rancangan organisasi?
C.
Maksud dan Tujuan
1)
Mendeskripsikan
sifat dasar dari rancangan dari organisasi
2)
Mengidentifikasikan
dan menjelaskan dua prespektif universal dasar dari rancangan organisasi
3)
Mampu
mengidentifikasikan dan menjelaskan beberapa pengaruh situasioal dari rancangan
organisasi
4)
Membahas
bagaimana suatu segi organisasi dan rancanganya saling berhubungan
5)
Mendeskripsikan
bentuk dasar dari rancangan organisasi yang mengkarakterterisasi banyak
organisasi
6)
Mendeskripsikan
persoalan yang timbul dalam rancangan organisasi.
D. Manfaat
Makalah ini dibuat agar penulis dan para pembaca bisa lebih mengerti
dan memahami bagaimana cara mengelola
dan merancang organisasi dengan baik dan benar dan Selain itu, diharapkan
kedepannya setelah mengetahui agardapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sifat Rancangan
Organisasi
Rancangan Organisasi(Organization design) adalah
keseluruhan rangkaian dari elemen structural dan hubungan di antara
elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk mengelola organisasi secara total.
Oleh karena itu, rancangan organisasi
merupakan cara dalam mengimplementasikan strategi dan rencana untuk mencapai
tujuan organisasi. Hampir semua organisasi mengalami perubahan secara kontinu
sebagai akibat faktor-faktor seperti situasi dan orang. Selain itu, rancangan
organisasi untuk organisasi yang lebih besar sangat kompleks dan memiliki
banyak tingkatan dan variasi. Manajer seharusnya tahu bahwa merancang suatu
organisasi merupakan proses keberlanjutan yang tidak pernah selesai. Maka
seharusnya menyadari bahwa rancangan organisasi untuk organisasi yang lebih
besar sangatlah kompleks. Ketika kita membahas rancangan organisasi, ingat dua
titik yang penting.
Ada dua titik penting dalam rancangan
organisasi yaitu :
a.
Organisasi
tidak dirancang dan kemudian di tinggalkan utuh. Sebagian besar organisasi
berubah hampir secara kontinu sebagai akibat dari faktor-faktor seperti situasi
dan orang
b.
Rancangan
organisasi untuk organisasi yang lebih besar sangat kompleks dan memiliki
banyak tingkatan variasi sehingga mendeskripsikan mereka tidak dapat dapat
dilakukan dalam suatu penjelasan yang lengkap dan penuh
Rancangan
organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan terus berubah. Kita ambil
contoh apa yang yang tampak pada organisasi yang sederhana seperti Tim Basbol
Braves. Tim manajemen braves harus menciptakan struktur yang bekerja dengan
baik bagi timnya sendiri. Mereka juga harus memasukkan sistem sistem manajemen
stadium, operasi liga kecil, fungsi kontak media, kelompok lisensi, dan beragam
aktivitas lainya. Rancangan yang mereka gunakan berbeda dari semua tim olah
raga lainya, demikian juga dari semua organisasi secara umum manajer seharusnya
tahu bahwa merancang suatu organisasi merupakan proses berkelanjutan yang tidak
pernah selesai. Merka seharusnya menyadari bahwa rancangan organisasi untuk
organisasi yang lebih besar sangatlah kompleks.
2.
Perspektif Universal pada Rancangan Organisasi
Untuk memecahkan masalah manajemen dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kontinjensi dan pendekatan
universal. Pendekatan kontinjensi menjelaskan bahwa perilaku manajerial yang
sesuai dengan suatu situasi tertentu tergantung pada elemen unik dalam situasi
tersebut sedangkan pendekatan Universal
berusaha untuk mengidentifikasikan suatu cara terbaik untuk mengelola organisasi.
Ingat! misalnya, bahwa prespektif universal berusaha untuk mengidentifikasikan
Fondasi untuk pemikiran kontemporer mengenai
rancangan organisasi dapat ditelusuri kembali kedalam dua prespektif universal
yaitu: model birokratis dan model perilaku.
A.
Model Birokratis
Max Weber seorang sosiologis jerman yang
berpengaruh merupakan seorang pelopor dari teori organisasi klasik. Inti
dari tulisan weber adalah model
birokratis dari organisasi. Perspektif
Weberian menyebutkan bahwa birokrasi (bureaucracy) adalah model rancangan organisasi yang berdasar pada
suatu sistem otoritas yang sah dan formal. Banyak orang yang mengasosiasikan
birokrasi dengan “benang merah”, kekakuan, dan pelemparan tanggung jawab.
Sebagai contoh berapa kali anda mendengar orang yang merujuk dengan sifat
menuduh pada “Birokrasi faderal”? dan banyak manajer Amerika Serikat percaya
bahwa birokrasi di pemerintahan jepang merupakan penghalang utama bagi
kemampuan perusahaan amerika serikat untuk melakukan bisnis disana.
Weber
memandang bentuk birokrasi dari organisasi sebagai logis, rasoinal, dan
efisien. Dia menawarkan model tersebut sebagai kerangka kerja di mana semua
organisasi seharusnya mencari suatu cara terbaik untuk melakukan berbagai hal.
Menurut Weber, birokrasi yang ideal menunjukkan lima karakteristik dasar:
a. Organisasi
seharusnya menerapkan pembagian tanaga kerja yang berbeda, dan setiap posisi
seharusnya diisi oleh seorang ahli.
b. Organisasi
seharusnya mengembangkan rangkaian peraturan yang konsisten untuk memastikan
bahwa kinerja tugas seragam.
c. Organisasi
seharusnya menentukan hierarki posisi atau jabatan yang menciptakan rantai
komando dari puncak organisasi ke dasar organisasi.
d. Manajer
seharusnya melakukan bisnis dengan cara
yang tidak personal dan mempertahankan jarak sosial antara mereka sendiri
dengan bawahan mereka.
e. Penerimaan
tenaga kerja dan kemajuan karir dalam organisasi seharusnya didasarkan pada
kecakapan teknis, dan karyawan seharusnya dilindungi dari pemecatan secara
sewenang-wenang.
Kekuatan utama dari model birokrasi adalah:
ü bahwa beberapa
elemennya (seperti ketergantungan pada peraturan dan penerimaan karyawan
berdasarkan keahlian) pada kenyataannya, sering meningkatkan efisiensi.
ü Birokrasi juga
membantu mencegah diskriminasi (karena setiap orang harus mengikuti aturan) dan
membuat prosedur dan praktek menjadi lebih jelas bagi semua orang.
kerugiannya
dari model birokrasi adalah:
ü model birokrasi
menghasilkan ketidakfleksibelan dan kekakuan, birokrasi juga sering kali
menghasilkan keacuhan terhadap proses manusia dan sosial dalam organisasi.
Model birokrasi
dari rancangan organisasi bergantung pada logika, rasionalisme dan prosedur
yang efisien. Banyak organisasi yang berusaha untuk menstandarisasiaturan dan
prosedur ini dengan menciptakan formulir- formulir untuk digunakan orang ketika
ketika melakukan tindakan atau meminta persetujuan.
Mungkin contoh terbaik dari birokrasi pada saat
ini adalah agen pemerintahan dan Universitas. Renungkanlah, misalnya
langkah-langkah yang harus anda lalui dan formulir-formulir yang harus anda isi
untuk memasuki universitas, meminta asrama, mendaftar setiap semester, mengubah
jurusan menyerahkan rencana kelulusan. Alasan prosedur-prosedur tersebut di
perlukan adalah bahwa universitas menangani sejumlah besar orang yang harus di
perlakukan sama dan adil. oleh
karena itu, aturan, peraturan, dan prosedur operasi standar diperlukan. Serikat
tenaga kerja yang besar juga biasanya diorganisasikan sebagai birokrasi.
Beberapa birokrasi, seperti U.S. Postal Service, berusaha untuk menggambarkan
diri mereka sendiri sebagai badan yang tidak terlalu meanisk dan tidak
personal. Strategi jasa pos adalah menjadi lebih berorientasi terhadap
pelayanan sebagai cara untuk melawan pesaing seperti Federal Express dan UPS.
B.
Model Perilaku
Model Perilaku
(Behavioural model) adalah model rangkaian organisasi yang konsisten
dengan gerakan hubungan manusia dan menekankan perhatian pada pengembangan
kelompok kerja dan perhatian mengenai proses interpersonal.
Rensis Linkert adalah
seorang peneliti manajemen mempelajari beberapa organisasi besar untuk
menentukan apa yang membuat beberapa organisasi lebih efektif dari organisasi
lainya. Kemudian Linkert mengembangkan kerangka kerja yang mengkarakterisasi
organisasi dalam konteks delapan proses penting dengan mengimplementasikan
model birokratis dan perilaku: (kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi,
pengambilan keputusan , penetapan tujuan, pengendalian, dan tujuan kinerja).
Keunggulan dari model perilaku yaitu:
ü Penekanan pada
perilaku manusiadengan memperhatikan nilai penting dari karyawan organisasi
Kelemahan dari
model perilaku yaitu:
ü Hanya
berpendapat hanya terdapat satu cara terbaik untuk merancang organisasi.
Model Perilaku
mengidentifikasikan dua jenis rancangan organisasi yang ekstrem yang disebut
Sistem 1 dan Sistem 4. Kedua rancangan tersebut berbeda dalam delapan proses
fundamental. Rancangan Sistem 1 dalam beberapa hal dianggap lebih kaku dan
tidak fleksibel.
Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
a.
Organisasi
Sistem 1
Proses
kepemimpinan tidak mencakup kepercayaan dan kerahasiaan. Bawahan tidak merasa
bebas untuk mendiskusikan masalah pekerjaan dengan atasan mereka, yang
sebaliknya tidak meminta ide dan opini mereka.
Proses motivasional
membuka jalan hanya bagi motif fisik, keamanan, dan ekonomi, melalui penggunaan
ketakutan dan sangsi. Sikap yang tidak menyenangkan terhadap organisasi muncul
di antara karyawan.
Proses
komunikasi adalah sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan
cenderung untuk terganggu, tidak akurat, dan di pandang dengan curiga oleh
bawahan.
Proses
interaksi tertutup dan dibatasi. Pendapat bawahan kurang diperhatikan dalam
menentukan tujuan, metode, dan aktivitas departemen.
Proses
keputusan hanya muncul pada puncak organisasi; relatif tersentralisasi.
Proses
penetapan tujuan dilokasikan pada puncak organisasi; tidak memberi kesempatan
akan partisipasi kelompok.
Proses
pengendalian tersentralisasi dan menekankan pada perbaikan dari tuduhan
kesalahan.
Tujuan kinerja
adalah rendah dan secara pasif dicari oleh manajer yang tidak membuat komitmen
untuk mengembangkan sumber daya manusia dari organisasi.
b.
Organisasi Sistem 4
Proses
kepemimpinan meliputi kerahasiaan dan kepercayaan yang dipersepsikan antara
atasan dan bawahan dalam semua hal. Bawahan merasa bebas untuk mendiskusikan
masalah pekerjaan dengan atasan mereka yang juga meminta ide dan opini mereka.
Proses motivasional
membuka jalan bagi serangkaian penuh motif melalui metode partisipasi. Sikap
mendukung organisasi dan tujuannya.
Proses
komunikasi adalah sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas
melalui organisasi ke atas, ke bawah, dan lateral. Informasi akurat dan tidak
terganggu.
Proses
interaksi terbuka dan ekstensif. Baik atasan maupun bawahan mampu mempengaruhi
tujuan, metode, dan aktivitas departemen.
Proses
keputusan muncul di semua tingkat melalui proses kelompok; relatif terdesentralisasi.
Proses
penetapan tujuan mendorong partisipasi kelompok dalam menetapkan objektif yang
tinggi, namun realistis.
Proses
pengendalian tersebar di sepanjang organisasi dan menekankan pengendalian
sendiri dan pemecahan masalah.
Tujuan kinerja
adalah tinggi dan secara aktif dicari oleh atasan yang mengenali kebutuhan
untuk membuat suatu komitmen penuh untuk mengembangkan, melalui pelatihan,
sumber daya manusia dalam organisasi.
Kekuatan model
ini adalah penekanan pada perilaku manusia dengan memperhatikan nilai penting
dari karyawan organisasi. Sedangkan kelemahannya adalah pendekatan perilaku
juga berpendapat bahwa hanya terdapat satu cara terbaik untuk merancang
organisasi, yaitu Sistem 4. Seperti yang kita lihat, bukti menyatakan dengan
dengan kuat bahwa tidak terdapat satu pun pendekatan terbaik terhadap rancangan
organisasi. Apa yang berlaku untuk satu organisasi mungkin tidak berlaku untuk
organisasi lain, dan apa yang berlaku untuk satu organisasi mungkin berubah
dengan berubahnya situasi organisasi tersebut. Oleh karena itu, model universal
seperti seperti birokrasi dan sistem 4 telah secara luas digantikan oleh model
yang lebih baru yang memperhitungkan faktor-faktor kontihensi. Di bagian
berikutnya, kami mengidentifikasikan beberapa faktor yang membantu menentukan
rancangan organisasi terbaik untuk suatu situasi tertentu.
Manajer
seharusnya memahami konsep dasar yang melekat pada model birokrasi dan perilaku
dari rancangan organisasi. Sementara menghargai kekuatan dan kelemahan mereka,
mereka seharusnya juga ingat bahwa model universal tidak benar-benar dapat di
terapkan pada organisasi saat ini.
3.
Pengaruh
Situasional pada Rancangan Organisasi
Pandangan
Situasional terhadap rancangan organisasi (situasional
view of organization design) berdasarkan asumsi bahwa rancangan optimal
untuk setiap organisasi bergantung pada serangkaian faktor situasional yang
relevan. Yaitu faktor situsionalmemainkan suatu peran dalam menentukan
rancangan organisasi terbaik untuk suatu situasi kusus. Dunia manajemen
mendeskripsikan bagaimana faktor situsional dapat mempengaruhi rancangan
organisasi di DaimlerChryler. Empat faktor situsional dasar-teknologi inti,
lingkungan, ukuran organisasi, dan siklus hidup organisasi-dibahas di sini.
Satu faktor situsional lainya yaitu strategi, dibahas di bagian berikutnya.
Empat faktor situasional dasar, yaitu:
a.
Teknologi Inti
Teknologi (Technology)
adalah proses konversi yang digunakan untuk mengubah input (seperti bahan baku
dan informasi) menjadi output (seperti produk atau jasa). Sebagian besar
organisasi menggunakan beberapa teknologi, Akan tetapi teknologi organisasi
yang paling penting adalah Teknologi Inti (core Technology). Walaupun
sebagian besar orang memvisualkan jalur perakitan dan mesin-mesin ketika mereka
memikirkan teknologi, istilah tersebut jug dapat di aplikasikan pada organisasi
jasa . sebagai contoh, perusahaan broker seperti Dean Witter menggunakan
teknologi untuk mengubah investasi uang menjadi laba dengan cara yang sama
seperti Union Carbide menggunakan sumber daya alam untuk membuat produk kimia.
Hubungan
antar teknologi dan rancangan organisasi
pertama kali ditemukan oleh Joan Woodward. Joan Woodward mempelajari seratus
perusahaan manufuktur si selatan inggris. Dia menggumpulkan organisasi mengenai
hal-hal seperti sejarah dari setiap orhanisasi, proses manufakturnya, formulir
dan prosedurnya, serta performansi keuanganya. Woodward mengharapkan untuk
menemukan suatu hubungan antara ukuran organisasi dan rancanganya, akan tetapi
hubungan semacam itu tidak muncul. Dan sebagai hasilnya dia mulai mencari
penjelasan lain untuk perbedaan-perbedaan tersebut. Penelitian dengan seksama
terhadap perusahan-perusahaan yang menjadi sampelnya mengarahkanya, untuk
menyadari adanya suatu hubungan potensi antara teknologi dan rancangan
organisasi. Analisis tindak lanjut tersebut mula-mula muncul mengarahkan
woodward untuk mengklasifikasikan organisasi menurut teknologi mereka.Tiga
bentuk dasar dari teknologi diidentifikasikan oleh Woodward:
Teknologi unit
atau batch kecil, yaitu produk dibuat sesuai dengan spesifikasi konsumen atau
diproduksi dengan kuantitas kecil. Contoh: Toko Percetakan seperti Kenko’s
(Alat Tulis Perusahaan)
Teknologi
produksi massal atau batch, yaitu produk dibuat dalam jalur perakitan dengan
mengombinasikan bagian-bagian komponen menjadi bagian lain atau produk jadi.
Contoh: Perusahan Elektronik Philips
Teknologi
proses kontinu, yaitu bahan baku mentah diubah menjadi suatu produk jadi
melalui serangkaian mesin atau proses transformasi. Contoh: Penyulingan Minyak
seperti Exxon dan Shell
Bentuk teknologi tersebut disebutkan dalam
urutan tingkat kompleksitas yang diasumsikan, yaitu teknologi unit atau batch
kecil dianggap sebagai yang paling tidak kompleks dan teknologi proses kontinu
dianggap paling kompleks. Woodward menemukan bahwa konfigurasi yang berbeda
dari rancangan organisasi dihubungkan dengan masing-masing teknologi.
Ketika teknologi menjadi lebih kompleks dalam
sampel woodward, jumlah tingkat manajemen meningkat (yaitu organisasi menjadi
lebih tinggi). Rentang manajemen eksekutif juga meningkat, demikian juga dengan
ukuran yang relatif dari komponen staffnya. Akan tetapi, rentang manajemen
pengawasan mula-mula meningkat dan kemudian menurun ketika teknologi menjadi
lebih kompleks terutama karena banyak pekerjaan pada teknologi proses kontinu
adalah otomatis. Lebih sedikit pekerja yang diperlukan akan tetapi keahlian
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut meningkat. Temuan-temuan ini
konsisten dengan pembahasan mengenai tentang manajemen di BAB 11 semakin
kompleks pekerjaan, seharusnya rentangmanajemen semakin sempit.
Pada tingkat analisis yang lebih umum,Woodward
menentukan bahwa kedua bentuk yang berlawanan (unit atau kecil dan proses
kontinu) cenderung utuk serupa dengan organisasi Sistem 4 Likert, sementara
organisasi rentang menengah (kumpulan besar atau produksi massal) menyerupai
birokratis atau Sistem 1. Woodward juga menemukan bahwa keberhasilan organisasi
berhubungan dengan sejauh mana organisasi mengikuti pola tertentu.sebagai
contoh, organisasi proses kontinu yang berhasil cenderung untuk menyerupai
organisasi sistem 4, sementara perusahaan yang kurang berhasil dengan teknologi
yang sama kurang menyerupai organisasi sistem 4. Oleh karena itu, teknologi
tampak memainkan peran yang penting dalam dalam menentukan rancangan
organisasi. Dengan semakin beragam dan kompleksnya teknologi dimasa mendatang,
manajer harus menjadi lebih lebih waspada akan dampak teknologi pada rancangan
organisasi.
b. Lingkungan
Elemen
lingkungan dan rancangan organisasi secara spesifik berhubungan dengan sejumlah
cara. Langkah pertama adalah mengidentifikasikan dua bentuk lingkungan
organisasi yang saling berlawanan; stabil (lingkungan yang relatif tetap
konstan selama berlalunya waktu) dan tidak stabil (merupakan subjek dari
ketidakpastian dan perubahan yang cepat). Organisasi di lingkungan yang stabil
memiliki jenis rancangan yang berbeda dari organisasi di lingkungan yang tidak
stabil. Dua jenis rancangan yang muncul adalah:
Organisasi
mekanistik
Yaitu serupa
dengan model birokratis atau sistem 1. Paling sering ditemukan di lingkungan
yang stabil. Bebas dari ketidakpastian, organisasi membuat struktur
aktivitasnya dalam cara yang dapat diramalkan dengan menggunakan aturan,
pekerjaan yang terspesialisasi, dan otoritas yang tersentralisasi.
Organisasi
organik
Yitu model
rancangan organisasi yang sangat fleksibel dan informal. Paling sering ditemukan
pada lingkungan yang tidak stabil dan tidak dapat diramalkan, dimana perubahan
yang konstan dan ketidakpastian biasanya menentukan tingkat aliran dan
fleksibilitas yang lebih tinggi.
Ide-ide ini
diperluas di Ameri Serikat oleh Paul J. Lawrence dan Jay W. Lorsch. Mereka
setuju bahwa faktor-faktor lingkungan mempengaruhi rancangan organisasi tapi
percaya bahwa pengaruh tersebut bervariasi antara unit yang berbeda pada
organisasi yang sama. Pada kenyataanya, meramalkan bahwa setiap unit
organisasional memiliki unitnya sendiri dan merespon dengan perkembangan
atribut unik. Lawrence dan losarch menyatakan bahwa organisasi dapat
dikarakteristikan dalam dua dimensi utama.
Salah satu dari
dimensi tersebut, difererensiasi (differentation) adalah sejauh mana organisasi
dapat dipecah menjadi sub unit. Perusahaan dengan banyak sub unit sangat
terdiferensiasi, perusahaan dengan beberapa sub unit memiliki tingkat
diferensiasi yang rendah. Dimensi yang
kedua, integrasi (integration) adalah tingkatan dimana berbagai sub unit harus
bekerja sama dalam cara terkoordinasasi. Sebagai contoh, jika setiap unit
bersaing dalam pasar yang berbeda dan memilik fasilitas produksinya sendiri,
unit tersebut mungkin memerlukan integrasi yang sedikit dengan unit lainya.
Lawrence dan loresh beralasan bahwa tingkat diferensiasi dan integrasi yang
diperlukan oleh organisasi tergantung pada stabilitas lingkungan yang dihadapi
oleh sub unit.
c. Ukuran Organisasi
Ukuran
organisasi juga merupakan faktor lain yang mempengaruhi rancanganya, ukuran
organisasi dapat di defisinikan sebagai jumlah total dari karyawan perusahaan
atau ekuivalen dengan karyawan. Tim peneliti di University of Aston di
Birmingham, Inggris mengungkapkan bahwa teknologi pada kenyataanya mempengaruhi
variabel stuktural dalam perusahaan kecil, mungkin karena semua aktivitas
mereka cenderung untuk terpusat di sekitar teknologi intinya. Akan tetapi, pada
perusahaan besar, hubungan teknologi- rancangan yang kuat terputus, sebagian
besar karena teknologi bukan merupakan sentral dari aktivitas yang
berkelanjutan dalam organisasi besar. Penelitian Aston menghasilkan sejumlah
generalisasi dasar. Ketika dibandingkan dengan organisasi kecil, organisasi
besar cenderung di karakterisasi oleh tingkat spesialisasi pekerjaan yang
tinggi, semakin banyak prosedur operasional, semakin banyak aturan, semakin
banyak peraturan, dan suatu tingkat desentralisasi yang lebih tinggi.
d. Siklus
Hidup Organisasi
Walau
tidak ada pola yang konsisten yang selalu menjelaskan perubahan dalam ukuran,
banyak organisasi mengalami kemajuan melalui empat tahap siklus hidup
organisasi (organizational life cycle). siklus hidup organisasi Merupakan pengembangan
dimana organisasi berevolusi ketika organisasi tumbuh dan matang; terdiri dari
4 tahap, yaitu:
1.
Kelahiran
(birth) dari organisasi
2.
Masa
kanak – kanak (youth) dikarakterisasi
oleh pertumbuhan dan ekspansi dari sumber-sumber daya organisasi.
3.
Masa
pertengahan (midlife) adalah suatu
periode dari pertumbuhan gradual berevolusi pada akhirnya menuju stabilitas.
4.
Kematangan
(maturity) adalah periode stabilitas,
pada akhirnya berevolusi menjadi penurunan.
Secara
umum, ketika suatu organisasi melalui suatu tahap ke tahap berikutnya,
organisasi menjadi lebih besar, menjadi mekanistik, dan menjadi lebih
terdesentralisasi.
Manajer
seharusnya ingat bahwa rancangan organisasi tidak statis atau universal. Oleh
karena itu penting bagi mereka untuk memahami bagaimana faktor-faktor
situasional seperti lingkungan teknologi, ukuran organisasi, dan siklus hidup
organisasi seharusnya dipertimbangkan ketika merancang suatu organisasi.
4.
Strategi dan
Rancangan Organisasi
Determinan
penting lain rancangan organisasi adalah strategi yang diadopsi oleh manajer
puncaknya. Secara umum, strategi korporasi
maupun strategi bisnis mempengaruhi rancangan organisasi. Fungsi organisasi
dasar seperti keuangan dan pemasarn juga dapat mempengaruhi rancangan organisasi
dalam beberapa kasus yang
terdiri dari:
a. Strategi Tingkat
Korporasi
Organisasi yang
mengadopsi pendekatan portofolio dalam mengimplementasikan strategi korporasi
harus memastikan bahwa rancangannya sesuai dengan strateginya tapi manajer
ditingkat korporasi perlu untuk memutuskan berapa banyak kebebasan pengambilan
keputusan yang diberikan kepada kepala dari setiap unit (suatu pertanyaan
desentralisasi) berapa banyak eksekutif tingkat korporasi yang diperlukan untuk
mengawasi operasi dari berbagai unit (suatu pertanyaan tentang manajemen) dan
informasi apa, jika ada, yang dibagikan diantara unit-unit tersebut (suatu
pertanyaan koordinasi).Organisasi dapat menerapkan berbagai
stategi tingkat korporasi. Sebagian pilihanya akan menentukan jenis rancangan
apa yang efektif. Sebagai contoh perusahaan yang menggunakan stategi produk
tunggal bergantung pada departementalisasi fungsional dan dapat menggunakan
rancangan mekanistik. Jika diversifikasi yang berhubungan ataupun yang tidak
berhubungan di gunakan untuk mendorong pertumbuhan, manager perlu memutuskan
bagaimana mengatur berbagai unit dalam payung organisasi. Sebagai contoh jika
perusahaan menggunakan diversivikasi yang berhubungan, maka perlu terdapat
tingkat koordinasi yang tinggi diantara berbagai unit untuk memanfaatkan
peluang dan sinergi yang melekat dalam stategi tersebut.Di pihak lain,
perusahaan mengunakan diversifikasi yang tidak berhubungan lebih mungkin untuk
tidak bergantung pada sistem pelaporan hirarki yang kuatpada sehingga menejer
korporasi dapat memonitor dengan lebih baik perfomansi dari unit induvidual
dalam perusahaan.
b. Strategi Tingkat Bisnis
Mempengaruhi rancangan dari bisnis individual
dalam organisasi dan juga keseluruhan dari organisasi itu sendiri. Organisasi
yang menetapkan strategi defender, misalnya, lebih mungkin
untuk berbentuk bertingkat dan tersentralisasi. Strategi persaingan generik
juga dapat mempengaruhi rancangan organisasi. Perusahaan yang menggunakan
strategi diferensiasi, misalnya, mungkin akan
menstruktur departemennya sehingga bisa digunakan sebagai dasar untuk
mendefinisikan produknya (misalkan, pemasaran dalam kasus citra manufaktur
dalam kasus kwalitas) lebih
mungkin untuk berbentuk bertingkat dan tersentralisasi, memiliki rentang
manajemen yang sempit, dan mungkin mengambil pendekatan fungsional dalam
departementalisasi.Dengan rentang manajemen yang lebih
luas, organisasi berusaha untuk menjadi sangat fleksibel dan beradaptasi dengan
pendekatanya dalam melakukan bisnis. Bisnis yang menggunakan stategi
penganalisis lebih mungkin untuk memiliki rancangan organisasi yang berbeda di
antara kedua ekstrem tersebut ( mungkin sebagai suatu organisasi sistem 2 atau
sistem 3 ). Dengan kenyataan bahwa suatu pereaksi pada intinya adalah kegagalan
strategi, dianggap strategi tidak secara logisberhubungan dengan rancanganya.
Stategi persaingan generik juga dapat mempengaruhi rancangan organisasi .
Perusahaan yang menggunakan stategi diferensasiasi, misalnya mungkin
akanmenstruktur departemenya sehingga bisa digunakan sebagai dasar dasar untuk
mendiferensasikan produknya ( misalkan pemasaran dalam kasus citra, manufaktur
dalam kasus kualitas). Strategi kepemimpinanbiaya membutuhkan komitmen yang
kuat terhadap efiensi dan pengendalian .Oleh karena itu,perusahaan lebih
tersentralisasi ketika perusahaan berusaha untuk mengendalikan biaya. Dalam
perusahaan yang menggunakan stategi fokus mungkin merancang dirinya sendiri di
seitar arah fokusnya (misalkan departemen talisasi lokasi jika perusahaan
memfokuskan kelompok konsumen).
Oleh karena itu perusahaan mungkin secara umum akan mengikuti
pendekatan birokratis terhadap rancangan organisasi. Sebaliknya,
jenis organisasi prospektor lebih mungkin untuk berbentuk datar dan
terdesentralisasi. Memiliki rentang manajemen dan mungkin mengambil pendekatan
fungsional dalam departemenalisasi yang sempit
Perusahaan yang menggunakan strategi
diferensiasi akan menstruktur departemennya sehingga bisa digunakan sebagai
dasar untuk mendiferensiasikan produknya. Strategi kepemimpinan biaya
membutuhkan komitmen yang kuat terhadap efisiensi dan pengendalian. Oleh karena
itu, perusahaan lebih tersentralisasi ketika perusahaan berusaha untuk
mengendalikan biaya. Perusahaan yang menggunakan strategi fokus akan merancang
dirinya sendiri disekitar arah fokusnya.
c. Fungsi
Organisasional
Hubungan antara strategi fungsional organisasi
dan rancangannya kurang jelas dan mungkin berada dibawah kewenangan tingkat
korporasi atau bisnis.Jika strategi produksi mengiinkan
manufaktur dilokasi yang berbeda, pengaturan rancangan organisasi perlu
memperhitungkan penyebaran geografis tersebut. Strategi sumber daya manusia
mungkin menginginkan tingkat desentralisasi yang lebih besar atau lebih rendah
dalam organisasi. Dan Jika strategi pemasaran perusahaan
memerlukan pemasaran dan promosi yang agresif, departemen yang terpisah mungkin
di perlukan untuk iklan, penjualan langsung, dan promosi. Jika strategi
keuangan mengiginkanya mengiginkan hutang yang rendah, perusahaan mungkin hanya
memerlukan departemen keuangan yang kecil. Jika strategi produksi menginginkan
manufaktur di lokasi yang berbeda, pengaturan rancangan organisasi perlu
memperhitungkan penyebaran geografis tersebut. Strategi sumber daya manusia
mungkin menginginkan tingkat desentralisasi yang lebih besar atau yang lebih
rendah sebagai cara untuk meningkatkan keahlian manajer baru pada tingkat yang
lebih rendah dalam organisasi. Dan strategi penelitian dan penhembangan
menginginkan berbagai rancangan untuk mengelola fungsi penelitian dan
pengembangan, misalnya mungkin memerlukan unit yang terpisah dari seorang wakil
presiden yang bertanggung jawab. Komitmen yang lebih sedikit terhadap
penelitian dan pengembangan mungkin dapat di capai hanya dengan seorang
direktur dan staf kecil. Strategi juga merupakan faktor yang penting dalam
menentukan rancangan terbaik suatu organisasi tertentu. Oleh karena itu,
manager seharusnya memahami dengan jelas baik strategi korporas, bisnis dan
strategi fungsional mereka dan bagaimana strategi tersebut mempengaruhi
rancangan organisasi yang paling baik untuk situasi tersebut.
5. Bentuk Dasar dari Rancangan Organisasi
Sebagian besar
rancangan berada pada satu dari empat kategori dasar. Dan yang lainya hanya merupakan
gabungan yang didasarkan atas dua atau lebih bentuk dasar.
A.
Rancangan
Fungsional (Bentuk-U)
Rancangan Fungsional (Bentuk-U) merupakan pengaturan
organisasi yang didasarkan pada pendekatan fungsional terhadap
departementalisasi seperti yang dijelaskan pada bab 11.
Rancangan ini telah dinamakan bentuk-U (U-form) (singkatan dari initer) oleh
ahli ekonomi Oliver E. Williamson. Agar organisasi beroprasi efisien dalam
rancangan ini, harus terdapat koordinasi yang signifikan antarorganisasi.
Integrasi dan koordinasi ini terutama merupakan tanggung jawab dari CEO dan
anggota manajemen senior. Secara umum, pendekatan ini memiliki kelebihan dan
kelemahan dasar yang dimiliki oleh departementalisasi fungsional. Di lain
pihak, pendekatan ini juga mengutamakan fokus terhadap fungsional dan bukan
fokus terhadap organisasi dan cenderung untuk beroperasi secara sentralisasi. Anggota dan
unit dalam organisasi dikelompokkan menjadi departemen-departemen fungsional
seperti pemasaran dan produksi. Agar organisasi beroperasi dengan efisien dalam
rancangan ini, harus terdapat koordinasi yang signifikan antara organisasi.
Integrasi dan koordinasi ini terutama merupakan tanggungjawab dari CEO dan
anggota manajemen senior.
Pendekatan
ini mengizinkan organisasi untuk menempatkan semua posisi penting dengan ahli
fungsional dan memfasilitasi koordinasi dan integrasi. Selain itu juga
mengutamakan fokus terhadap fungsional dan bukan fokus terhadap organisasional
dan cenderung untuk beroperasi secara sentralistis. Contoh WD-40 Company
(minyak pelumas)
B.
Rancangan
Konglomerat (Bentuk-H)
Rancangan konglomerat(conglomerate
design) digunakan oleh
organisasi yang terdiri dari serangkaian bisnis yang tidak berhubungan.
Oleh karena itu, rancangan bentuk –H (H-form design) pada intinya merupakan
suatu holding company yang dihasilkan dari verivikasi yang tidak berhubungan.
(H dalam istilah ini merupakan singkatan dari “holding”). Pendekatan ini
didasarkan pada bentuk produk dari departementalisasi. Setiap bisnis atau rangkaian
bisnis dioperasikan oleh seorang manajer umum yang bertanggung jawab atas laba
atau ruginya. Pada setiap manajer umum berfungsi secara independen terhadap
yang lainnya. Dalam organisasi bentuk-H,
seorang staf perusahaan biasanya mengevaluasi performansi dari setiap bisnis,
mengalokasikan sumber-sumber daya korporasi diseluruh perusahaan, dan mengambil
keputusan mengenai pembelian dan penjualan bisnis kekurangan mendasar dari
rancangan bentuk-H adalah kompleksitas yang terkait dengan banyaknya bisnis-bisnis
yang berbeda dan tidak saling berhubungan. Manajer biasanya menemukan bahwa
membandingkan dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas di sejumlah besar
operasi yang berbeda itu sulit.
Pada
intinya merupakan suatu holding company yang dihasilkan dari difesifikasi yang
tidak berhubungan. Setiap bisnis atau
rangkaian bisnis dioperasikan oleh seorang manajer umum yang bertanggungjawab
atas laba atau ruginya, dan setiap manajer umum berfungsi secara independen
terhadap yang lainnya. Dalam organisasi bentuk-H, seorang staf perusahaan
biasanya mengevaluasi performansi dari setiap bisnis, mengalokasikan
sumber-sumber daya korporasi diseluruh perusahaan dan mengambil keputusan
mengenai pembelian dan penjualan bisnis. Kekurangan mendasar dari rancangan
bentuk-H adalah kompleksitas yang terkait dengan banyaknya bisnis-bisnis yang
berbeda dan tidak saling berhubungan. Contoh: General Electrik (mesin pesawat
udara), peralatan rumah tangga, siaran, jasa keuangan, plastik dsb)
C.Rancangan Divisional (Bentuk-M)
Dalam rancangan divisional yang
menjadi semakin populer, bentuk produk dari organisasi juga digunakan akan
tetapi, berlawanan dengan rancangan bentuk-H, divisi-divisi yang ada saling
berhubungan. Oleh karena itu, rancangan divisional (divisional design), atau bentuk-M
(M-form) (singkatan dari “multidivisional”), didasarkan pada bisnis berganda
pada bidang-bidang yang berhubungan yang beroprasi dalam kerangka kerja
organisasi. Yang lebih besar. Rancangan ini dihasilkan dari strategi
diverivikasi yang berhubungan. Peluang
dalam koordinasi dan membagi sumber daya menyajikan satu dari keuntungan besar
dari rancangan betuk-M. Oleh karena itu, seorang pembeli dapat memeriksa
seluruh jalur produk suatu manufaktur, membeli beberapa rancangan untuk
jaringan the Limited, lainnya untuk Express, dan masih yang lainnya untuk
Lerner New york. Persaingan yang sehat antar divisi untuk mendapatkan sumber
daya dapat meningkatkan efektivitas, akan tetapi kerja sama juga harus
diingkatkan. Penelitian menyebutkan bahwa organisasi bentuk-M yang dapat
mencapai dan mempertahankan keseimbangan ini akan melampaui organisasi besar
berbentuk-U dan bentuk-H.
Rancangan divisional didasarkan pada bisnis
berganda pada bidang-bidang yang berhubungan yang beroperasi dalam kerangka
kerja organisasi yang lebih besar. Rancangan ini dihasilkan dari strategi
diveersifikasi yang berhubungan. Beberapa aktivitas sangat terdesentralisasi
hingga ketingkat divisional; lainnya tersentralisasi di tingkat korporasi.
Setiap divisinya dipimpin oleh seorang manajer umum dan beroperasi dengan
otonomi yang rasional, akan tetapi divisi juga mengkoordinasikan aktivitasnya
dengan sesuai.
Sasaran dasar dari rancangan bentuk-M adalah
untuk mengoptimalkan kompetisi internal dan korporatif. Contoh: Pepsico, The
limited, Hewlett-packard
D.Rancangan Matriks
Rancangan
matriks didasarkan pada dua dasar departementalisasi yang saling tumpang
tindih. Fondasi dari matriks adalah serangkaian departemen fungsional.
Serangkaian kelompok produk, atau departemen sementara, kemudian ditempatkan di
seluruh departemen fungsional. Karyawan di suatu matriks secara simultan
merupakan anggota dari departemen fungsional (seperti perancang) dan tim
proyek.
Di puncak organisasi adalah unit-unit fungsional yang dikepalai oleh wakil
presiden perancangan, produksi keuangan
dan pemasaran. Setiap manajer tersebut memiliki bawahan. Setiap manajer proyek
mengepalai kelompok proyek yang terdiri dari perwakilan atau pekerja dari
departemen fungsional. Kelompok proyek, atau tim ditugaskan pada proyek atau
program yang dipilih, sebagai contoh, perusahaan mungkin mengembangkan produk
baru. Perwakilan dipilih dari setiap bidang fungsional untuk bekerja sebagai
suatu tim dalam proyek baru. Martha Stewart juga telah menciptakan organisasi
matriks untuk bisnis gaya hidupnya yang berkembang. Perusahaan mula-mula
diorganisasikan secara luas ke dalam kelompok media dan merchandise,
masing-masing memiliki produk spesifik dan kelompok produk. Setiap kelompok ini ditargetkan pada
kebutuhan konsumen spesipik lain sebagainya.
Banyak organisasi lain juga telah menggunakan rancangan matriks.
Diantranya adalah, American Cyanamid, Monsanto Company, NRC, dan beberapa
organisasi seperti citobank dan perusahaan belanda, Philips, mengadopsi
rancangan matriks dan kemudian meninggalkannya.
Bentuk matriks dalam organisasi paling sering digunakan dalam satu dari
tiga situasi berikut. Pertama, matriks
mungkin berhasil jika terdapat tekanan
yang kuat dari lingkungan. Kedua, matriks mungkin sesuai ketika ketika sejumlah
besar informasi yang diperlukan diproses. Ketiga, rancangan matriks mungkin
dapat diterapkan ketika terdapat tekanan dari sumber daya yang digunakan
bersama. Terdapat baik kelebihan mauoun
kekurangan dalam rancangan matriks. Pertama, matriks meningkatkan fleksibilitas
karena tim dapat diciptakan, dibentuk ulang, dan dihilangkan sesuai kebutuhan.
Kedua, karena matriks mengasumsikan peran besar dalam pengambilan keputusan
anggota tim lebih mungkin untuk termotivasi tinggi dan terikat dengan
organisasi. Ketiga, karyawan dalam organisasi matriks memiliki peluang yang
besar untuk mempelajari keahlian baru. Keempat, adalah bahwa matriks
menyediakan cara yang efisien bagi organisasi untuk mengambil keuntungan penuh
dari daya sumber manusia. Kelima, anggota tim mempertahankan keanggotaan dari
unit fungsional mereka sehingga dapat berperan sebagai jembatan antara unit
fungsional dan tim, dan meningkatkan kerja sama. Keenam, rancangan matriks
memberikan manajemen puncak suatu alat desentralisasi yang berguna. Di lain
pihak, rancangan matriks juga memiliki
beberapa kelemahan besar. Karyawan mungkin tidak pasti mengenai hubungan
laporan, terutama jika mereka secara simultan ditugaskan pada manajer
fungsional dan kepada beberapa manajer proyek. Mereka juga mungkin lambat dalam
pembahasan dan tidak berfokus pada objektif utama mereka.
Rancangan organisasi matriks diciptakan dengan
menempatkan bentuk produk departementalisasi ke dalam organisasi fungsional
yang ada. Manajer proyek mengkoordinasikan tim karyawan yang ditarik dari
berbagai departemen fungsional berbeda. Oleh karena itu, matriks bergantung
pada struktur komando berganda. Bentuk matriks dalam rancangan organisasi
paling sering digunakan dalam satu dari tiga situasi berikut. Pertama, matriks
mungkin berhasil jika terdapat tekanan yang kuat dari lingkungan. Kedua,
matriks mungkin sesuai ketika sejumlah besar informasi yang diperlukan
diproses. Ketiga, rancangan matriks mungkin dapat diterapkan ketika terdapat
tekanan dari sumber daya yang digunakan bersama.
Kelebihan dari rancangan matriks yaitu:
pertama, matriks meningkatkan fleksibilitas karena tim dapat diciptakan,
dibentuk ulang, dan dihidangkan sesuai dengan kebutuhan. Kedua, karena matriks
mengasumsikan peran besar dalam pengambilan keputusan, anggota tim lebih
mungkin untuk termotifasi tinggi dan terikat dengan organisasi. Ketiga,
karyawan dalam organisasi matriks memiliki peluang yang besar untuk mempelajari
keahlian baru. Keempat, matriks menyediakan cara yang efisien bagi organisasi
untuk mengambil keuntungan penuh dari sumber daya manusianya. Kelima, anggota
tim mempertahankan keanggotaan dari unit fungsional mereka sehingga mereka
dapat berperan sebagai jembatan antara unit fungsional dan tim, dan
meningkatkan kerjasama tim. Keenam, rancangan matriks memberikan manajemen
puncak suatu alat desentralisasi yang
berguna. Sedangkan kelemahannya yaitu karyawan mungkin tidak pasti
mengenai hubungan pelaporan terutama jika mereka secara simultan ditugaskan
pada manajer fungsional dan kepada beberapa manajer proyek. Keadaan akan
semakin rumit jika beberapa manajer melihat matriks sebagai bentuk anarki
dimana mereka memiliki kebebasan yang terbatas. Dalam suatu matriks, lebih
banyak waktu diperlukan untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan tugas. Contoh: General motors, The Chase Manhattan
Bank.
E.Rancangan
Hibrida
Beberapa organisasi menggunakan rancangan yang
merepresentasikan hibrida dari dua atau lebih bentuk umum dari rancangan
organisasi.Sebagai contoh, organisasi mungkin memiliki lima
divisi yang berhubungan dengan divisi yang tidak berhubungan, membuat rancangan
berupa persilangan antara bentuk-M dan suatu bentuk-H. Sebagian besar perusahaan memiliki sutu
rancangan organisasi dasar sebagai suatu fondasi untuk mengelola bisnis tapi
mempertahankan fleksibilitas yang cukup sehingga modifikasi sementara atau
permanen yang dapat dibuat untuk tujuan strategis.
Tentu
saja, hanya sedikit perusahaan yang menggunakan rancangan dalam bentuk
murninya; sebagian besar perusahaan memiliki satu rancangan organisasi dasar
sebagai suatu pondasi untuk mengelola bisnis tapi mempertahankan fleksibilitas
yang cukup sehingga modifikasi sementara atau permanen yang dapat dibuat untuk
tujuan strategis. Setiap kombinasi dari faktor-faktor menunjukkan bentuk
rancangan yang sesuai untuk perusahaan tersebut.
Manajer perlu memahami berbagai bentuk dasar dari rancangan
organisasi, demikian juga dengan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing.
Sebagai tambahan, sangat penting bagi pembuat keputusan kunci untuk mengetahui
situasi terbaik agar dapat menggunakan setiap pendekatan. Lebih lanjut, mereka
seharusnya tidak mengikuti setiap pendekatan dengan terlalu kaku, tetapi
konsisten dengan model hibrid, manajer seharusnya mengambil dan memilih yang
terbaik dai setiap model rancangan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
untuk mereka sendiri.
6. Persoalan yang Muncul dalam Rancangan Organisasi
A. Organisasi
Tim
Organisasi tim
merupakan pendekatan terhadap rancangan organisasi yang bergantung hampir
secara eksklusif terhadap tim jenis –proyek, dengan sedikit atau tanpa hierarki
fungsional yang mendasari. Dalam organisasi semacam ini, orang mengalir dari
proyek ke proyek sesuai kebutuhan akan keterampilan mereka dan permintaan dari
proyek tersebut. Pendekatan ini mengizinkan organisasi untuk mengubah arah,
mengeksplorasi ide-ide baru, dan mencoba metode baru tanpa konteks organisasi
birokratis yang kaku. Walau sedikit organisasi yang benar-benar telah mencapai
tingkat kesesuaian ini, Apple Computer dan Xerox adalah salah satu perusahaan
yang bergerak menuju arah itu.
B. Organisasi Virtual
Organisasi virtual adalah organisasi yang memiliki
sedikit struktur formal atau tidak memiliki struktur formal. Organisasi semacam
ini pada umumnya hanya memiliki sedikit karyawan permanen dan sangat sedikit
staf dan fasilitas kantor pusat administratif. Organisasi muncul hanya untuk
merespon kebutuhannya.Dengan berubahnya kebutuhan oganisasi,
manajernya membawa pekerja sementara, meminjam fasilitas, dan mengambil dari
luar pelayanan dukungan dasar untuk memenuhi permintaan dari setiap situasi
yang unik. Dengan berubahnya situasi, perubahan tenaga kerja sementara identik
dengan beberapa orang meninggalkan organisasi dan orang lainnya masuk
organisasike organisasi. Fasilitas dan jasa yang disubkotrakkan kepada orang
lain yang berubah. Oleh karena iu, organisasi muncul hanya untuk merespons
kebutuhannya. Dan semakin lama, organisasi virtual melakukan sebagian
besar-jika tidak semua-bisnis secara online.
C.
Organisasi
Pembelajaran
Organisasi pembelajaran merupakan suatu
organisasi yang berusaha mendorong pembelajaran selama seumur hidup dan
pengembangan pribadi dari semua karyawannya, sementara secara kontinu merubah
dirinya sendiri untuk merespon perubahan permintaan dan kebutuhan. Sementara
manajer mungkin mendekati konsep organisasi pembelajaran dari berbagai
perspektif, kualitas yang meningkat, perbaikan yang kontinu, dan pengukuran
performansi seringkali merupakan tujuan. Idenya adalah strategi yang paling
konsisten dan paling logis untuk mencapai perbaikan yang kontinu adalah dengan
secara konstan memperbaiki bakat, keahlian, dan pengetahuan karyawan. Organisasi
dengan pendekatan ini percaya bahwa hanya pembelajaran yang konstan oleh
karyawan yang dapat membuat perbaikan secara kontinu benar-benar muncul.Di
tahun-tahun belakangan ini, banyak organisasi yang berbeda telah mengimplemen-
takan pendekan ini. Sebagai contoh, Shell Oil Company baru-baru ini membeli
pusat konferensi eksekutif di sebelah utara kantor pusatnya di Houston. Pusat
tersebut memiliki memiliki ruang kelas dan teknologi instruksional modern,
fasilitas penginapan, restoran, dan fasilitas rekreasi seperti lapangangolf,
kolam renang, dan lapangan tenis. Manajer lini di perusahaan dirotasi melalui
Shell Learning Center, demikian fasilitas falisitas tersebut disebut, dan
berperan sebagai staf pengajar. Tugas pengajaran tersebut dapat berlangsung
beberapa bulan. Pada waktu yang sama, karyawan Shell secara rutin menghadiri
program, seminar, dan akivitas yang berhubungan untuk mempelajari informasi
terkini yang mereka perlukan untuk berkontribusi secara lebih efektik ke
perusahaan. Topik seminar telah berkisar dari manajemen waktu hingga implikasi
Disabilities Act terhadap bangsa Amerika. Untuk menyeimbangkan pekerjaan dan
permintaan keluarga, hingga teori perdagangan internasional.
D.Persoalan
dalam Rancangan Organisasi Internasional
Persoalan lain yang muncul dalam rancangan
organisasi adalah tren menuju bisnis internasional. Persoalan yang relefan
dengan rancangan organisasi adalah bagaimana merancang perusahaan yang dapat
menangani secara efektif kekuatan internasional dan bagaimana bersaing dalam
pasar global. Perusahaan yang bersaing di pasar internasional harus menciptakan
rancangan organisasi yang sesuai dengan situasi unik perusahaan itu sendiri. Perusahaan
yang ingin berekspansi secara internasional sering kali merasa perlu untuk
memperbaiki rancangan organisasinya ketika perusahaan tumbih. Sebagai contoh ,
invacare, adalah perusahaan manufuktur kursi roda dan peralatan yang lain untuk
pekerja yang cacat. Akan tetapi karena kondisi kerja yang berbeda dan peraturan
pemerintah di berbagai negara, invacare memiliki unit-unit yang berbeda untuk
merancang dan mengkonstruksi kursi rodanya untuk negara-negara seperti Jerman,
Inggris, dan Prancis. Manajer seharusnya waspada akan persoalan yang muncul
dalam rancangan organisasi. Mereka perlu mempersiapkan diri untuk memanfaatkan
pemikiran dan trobosan terbaru yang berkaitan dengan dengan rancangan
organisasi untuk mengimbangi pesaing mereka. Tentu saja, mereka seharusnya
berhati-hati dalam mengadopsi yang manapun dengan terlalu cepat dan terjatuh dengan cara yang tidak efektif.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa organisasi hanyalah merupakan alatatau wadah tempat pimpinan
atau manajer dan bawahanya melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu
tujuan yang di inginkan secara bersama. Organisasi adalah suatu hasil dari
pelaksanaan pengoorganisasian. Agar pengoorganisasian dapat berjalan dengan
lancar maka diperlukan adanya suatu pengelolaan rancangan organisasi. Adapun
mengelolaan tersebut diantaranya dengan membuat strategi dan mengantisipasi
persoalan-persoalan yang muncul. Oleh karena itu, apabila pengoorganisasian di
laksanakan dengan baik, maka akan di hasilkan organisasi yang baik pula. Dengan
demikian tujuan daripada organisasi pun akan dapat dicapai dengan relatif
mudah.
B.
SARAN
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah. Dan dalam
penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar
dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat menjadi lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Giffin. 2004. Manajemen jilid1 Edisi 7. Jakarta:Erlangga
Sudirman, Dedi.1999. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung:CV.
Armico.
Rhobins, Stephen dan Mary C. 2010. Manajemen Edisi 10.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pranata
Draft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi 5 Jilid 1. Jakarta:
Airlangga
Siswanto, HB. Dr. 2007. Pengantar manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara
Silalahi. 1996. Pengantar Manajemen. Teori dan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta
Astutidw.blogspot.co.id/2013/01/makalah-pengantar-manajemen-mengelola.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar