Rabu, 04 Januari 2017

Pasar Oligopoli dan Pasar Faktor Produksi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
‘Oligopoli’ berasal dari kata oligos berarti ‘banyak’ dan polein berarti menjual. Oligopoli adalah pasar dimana penawaran satu jenis barang. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Oligopoli memiliki struktur pasarnya sendiri.
            Struktur pasar atau indusri oligopoli adalah pasar industri yang terdiri dari hanya sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup) besar untuk memengaruhi harga pasar. Produk dapat homogn atau terdiferensiasi. Perilaku setiap perusahaan akan memengaruhi perilaku perusahaan laainya dalam industry. Kondisi pasar oligopoly mendekati dengan kondisi pasar monopoli.
            Para ekonom pada umumnya hanya berbicara tentang empat bentuk pasar utama: persaigan sempurna, monopoli, persaingan monopolistik dan oligopoli. Dari semua bentuk pasar itu memerhatikan respon pembel, tetapi dalam oligopoli juga memerhatikan para saingannya.
Keseimbangan perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: sisi produksi dan sisi penggunaan faktor produksi. Dalam upaya mencapai laba maksimum atau kerugian minimum, jumlah output yang diproduksi dan tingkat harga yang ditetapkan tergantung pada posisi perusahaan dalam pasar. Tetapi perusahaan hanya akan mencapi kondisi optimum bila aloksai penggunaan faktor produksi (input) juga efisien.
Untuk memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan beberapa faktor produksi pokok, yaitu:
·         Tenaga kerja, dengan balas jasa berupa upah atau gaji ( wage/salary)
·         Barang modal (mesin dan tanah), dengan balas jasa berupa sewa (rent)
·         Uang, dengan balas jasa berupa bung (interest)
Jika dalam pasar output keseimbangan tercapai bila permintaan sama dengan penawaran, demikian halnya dalam pasar fakor produksi, pasaroutput dan pasar faktor produksi. Karenanya pemahaman tentang mekanisme keseimbangan dalam pasar faktor produksi amat diperlukan untuk mengevaluasi kinerja perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana karakteristik Pasar Oligopoli?
2.      Apa saja faktor – faktor penyebab terbentuknya Pasar Oligopoli?
3.      Apa yang dimaksud dengan Keseimbangan Oligopolis?
4.      Apa yang dimaksud dengan Duopoli?
5.      Apa saja Konsep-Konsep Dasar faktor produksi?
6.      Apa saja faktor-faktor penentu permintaan terhadap faktor produksi? 
7.      Apa yang dimaksud dengan penawaran faktor produksi?
8.      Apa yang dimaksud dengan pasar tenaga kerja berstruktur persaingan sempurna?
9.      Bagaimana sistem pasar tenaga yang berstruktur Monopoli?
10.  Apa yang dimaksud dengan Monopsoni?
11.   Apa yang dimaksud dengan Monopoli Bilateral?
12.  Apa yang dimaksud dengan Pasar Tanah?


.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Pasar Oligopoli
Unsur-unsur peting dalam karakterisik oligopoli:

A.    Hanya Sedikit Perusahaan dalam Industri (few number of  firms)
            Secara teorotis sukar untuk menetapkan berapa jumlah perusahaan didalam pasar, agar dapat dikatakan oligopoly. Namun untuk dasar analisis, biasanya jumlah perusahaan (duopoli). Kekuatan perusahaan –perusahaan dalam industri dapat diukur dengan menghitung berapa persen output dalam pasar oligopoli dikuasai oleh perusahaan- perusahaan yang dominan. Jika rasio konsentrasi empat perusahaan adalah 60% output dalam industri dikuasai oleeh empat perusahaan terbesar. CR4 yang semakin bersaing sempurna. Pasar suatu industri dinyatakan bersetruktur oligopolistik apabila CR4 melebihi 40%. Kita bias juga mengukur derajat konsentrasi delapan perusahaan (CR8) atau jumlah lainnya. Jika CR8%, berarti 80%, berarti 80% penjualaan output dalam industry dikuasai oleh delapan perusahaan terbesar.

B.     Produknya Homogeny atau Terindiferensiasi (homogeny or differentiated product)
            Dilihat dari sifat output yang dihasilkan, pasar oligopoly merupakan peraihan antara persaingan sempurna dengan monopoli. Perbedaan sifat output yang dihasilkan akan memengaruhi perilaku perusahaan dalam upaya menncapai kondisi optimal (laba maksimum). Jika dalam pasar persaingan sempurna perusahaan mengatur jumlah output (output strategy) untuk mengatur tingkat laba, dalam pasar monopoli hanya satu perusahaan yang mampu mengendalikan harga dan output, maka dalam pasar oligopoly bentuk persaingan antarperusahaan adalah persaingan harga (pricing strategy) dan non harga. Contoh pasar oligoopoli ya menghasilkan produk diferensiasi adalah indusri mobil, rokok, film kamera. Sedankan yang menghasilkan produk homogen adalah industri baja, pipa peralon, seng, dan kertas.

C.     Pengambilan Keputusn yang Saling Memengaruhi (interdependence decisions)
Keputusan perusahaan dalam menentukan harga dan jumlah output akan memegaruhi perusahaa lainnya, baik yang sudah ada (existing firms) maupu yang masih di luar industry (potential firms). Karenanya guna menahan perusahaan potensial untuk masuk industri, perusahaan yang sudah ada meempuh strategi meetapkan harga jual tebatas (limting prices), yang membat perusahaan menikmati laba super normal di bawah tingkat maksimum.   

D.    Kompetisi Nonharga (non pricing competition)
            Dalam upaya mencapai kondisi optimal, perusahaan tidak hanya bersaig dalam harga, namun juga non harga (non pricing competition). Betuk-bentuk kompetisi non harga antara lain adalah pelayanan purna jual serta iklan untuk memberikan informasi, membentuk citra yang baik terhadap perusshaan dan merek, serta memengaruhi perilaku konsumen. Keputusan investasi yang akurat diperlukan agar perusahaan dapat berjalan dengan tingkat efesiensi yang sangat tinggi. Tidak tertutup kemungkinan perusahaan melakukan kegiatan inteljen industri untuk memperoeh informasi keadaan, kekuatan dan kelemahan ppesaig nyaa maupun potensial. Informasi-informasi in sangat penting terhadap pengabilan keputusan-keputusan tertentu yang di ambil.

2.2 Factor-Faktor Penyebab Terbetuknya Pasar Oligopoli
            Ada dua faktor penting penyebab terbentuknya pasar oligopoli.
A.    Efisiensi Skala Besar
            Dalam dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industry mobil, semen, kertas, pupuk dan peraatan mesin, umumnya berstruktur oligopoli. Teknologi padat modal (capital intensive) yang dibutuhkan dalam proses produksi menyebabkan efiensi (biaya rata-rata minimum) baru tercapai bila output diproduksi dalam skala sangat besar. Dalam industri mobil minimal 50.000 sampai 100.000 unit pertahun. Bila perusahaan memproduksi tiga jenis mobil saja, output minimal seluruhnya antara 200.000 – 300.000 unit pertahun. Selanjutnya bila biaya produksi per mobil puluhan juta rupiah, dana yang dibutukan untuk berproduksi ratusan miliar rupiah pertahun. Jika dihitung dengan biaya investasi awal, maka perusahaan yang ingin memasuki industri mobil harus menyiapakan dana triliunan rupiah.
B.     Kompleksital Manajemen
            Berbeda dengan tiga struktur pasar lainnya (persaingan sempurna, monopoli, dan persaingan monopolistik), struktur pasar oligopoly ditandai dengan kompetisi harga dan non harga. Perusahaa juga harus cermat memperhitungkan setiap keputusan agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari perusahaan pesaingan. Karena itu dalam industry oligopoli, kemampuan keuangan yang besar saja tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam struktur industri yang pesaingannya begitu kompleks. Tidak banyak perusahaan yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga dalam pasar oligopoli akhirnya hanya terdapat sedikit produsen.

2.3 Keseimbangan Oligopolis
Perusahaan yang bergerak dalam pasar oligopoli disebut oligopolis (oligopolist). Sebagai produsen, keseimbangan terjadi bila laba maksimum tercapai. Analisis keseimbangan oligopoli tidak menekankan dimensi waktu, melainkan kompetisi. Perusahaan seimbang atau tidak seimbang bukan saja di lihat dari kemampuan mengatur output dan harga, tetapi juga kemampuan memprediksi perilaku pesaing. Karena itu oligopolis akan mencapai keseimbangan jika perusahaan dapat melakukan apa yang dapat dilakukan dan tidak mempunyai alasan lagi untuk mengubah jumlah output dan harga.
v  Model Permintaan Yang Patah (Kinked Demand Model)
Model ini dikembangkan oleh P.M Sweezy (1939). Dua pemikiran yang penting adalah harga dalam pasar oligo besifat kaku (inflexible) dan oligopolis mengambil keputusan berdasarka sikap (skenario) pesimis (pessimistic way). Permintaan sangat elastis bila harga dinaikkan dan inelastis bila harga diturunkan. Pengaruh ciri yang menonjol dalam motif pasar yang bersifat oligopolistik adalah adanya ketegaran harga (price regidity)
2.4 Duopoli
Duopoli (duopoly) adalah keadaan khusus dimana dalam pasar oligopoli hanya ada dua perusahaan. Model ini dikembangkan untuk melihat lebih tajam interaksi antar perusahaan dalam pasar oligopoli.
A.    Model Cournot (Cournot Model)
Model ini dikembangkan Augustin Cournot (ekonom Prancis) tahun 1938. Dasar pengembangan model ini adalah keseimbangan duopolis tercapai bila biaya marjinal adalah nol (MC=0). Dengan pembuktian matematis, duopolis (apabila masing-masing perusahaan tidak saling berinteraksi) akan mencapai keseimbangan output masing-masing perusahaan adalah separuh jumlah permintaan pada hasil harga P=0
Masing-masing duopolis (perusahaan yang beroperrasi dalam duopoli) mempunyai daya monopoli yang sama. Keputusan jumlah output yang diproduksi duopolis berdasarkan asumsi bahwaoutput duopolis yang satu(saingannya) sudah di putuskan dan tidak akan berubah.
B.     Teori Permainan ( Game Theory)
Teori permainan (game theory) mencoba menjelaskan perilaku perusahaan dalam pasar duopoli secara lebih realitis. Menurut teori ini duopolis tidak selalu mengambil keputusan secara kompetitif, tetapi juga kerja sama (cooperatif). Strategi manapun yang dipilih, dasar pertimbangannya adalah berapa besar hasil yang diperoleh (pay off).
§  Model Dilema Narapidana (Prisoners’ Dilemma Model)
Model ini ingin menjelaskan bagaiman sikap seseorang mengambil keputusan dalam keadaan tidak dapat berkomunikasi dengan teman atau lawannya. Model dibangun berdasarkan cerita bahwa dua narapidana tertangkap setelah bekerja sama dalam melakukan kejahatan.hal yang harus dilakukan adalah apakah mereka harus mengakui kejahatannya didepan polisi pemeriksa.
Model di lema narapidana dapat beradaptasi untuk menganalisis keputusan masing-masing duopolis dalam menentukan harga jual.
2.5 Konsep-Konsep Dasar Faktor Produksi
Beberapa konsep dasar yang harus diketahui untuk analisis faktor produksi adalah:
·         Faktor produksi sebagai permintaan turunan (derived demand)
·         Hubungan antar faktor produksi (subsitusi atau komplemen)
·         Hukum pertambahan hasil yang makin menurun (the law of diminishing return)
·         Efek substitusi dan efek output (substitution and output effect)

A.     Faktor Produksi Sebagai Permintaan Turunan ( Derived Demand)
Permintaan terhadap suatu barang dilakukan sebagai permintaan turunan (derived demand) bila permintaan terhadap barang tersebut sangat tergantung pada permintaan terhadap barang lain. Bahan bakar minyak (BBM) dikatakan permintaan turunan, karena permintaan terhadapnya sangat tergantung pada permintaan terhadap mobil. Secara umum, permintaan terhadap BBM meningkat bila permintaan terhadap mobil meningkat. Permintaan terhadap gedung perkantoran dikatakan permintaan turunan, karena permintaannya sangat tergantung pada kegiatan dunia usaha. Makin baik kegiatan usaha, makin besar permintaan terhadap gedung perkantoran.
Demikian halnya dengan tenaga kerja dan tanah. Permintaan terhadap tenaga kerja sangat tergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Makin besar permintan terhadap barang dan jasa, makin besar permintaan terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Permintaan terhadap tanah juga sangat tergantung pada permintaan barang dan jasa, misalnya jasa gedung perkantoran. Makin besar permintaan terhadap jasa gedung perkantoran dan perdagangan, permintaan terhadap tanah makin besar.
B.     Faktor Produksi Substitusi dan Komplemen (Substitutable and Complement Input)
Hubungan antar faktor produksi dikatakan bersifat substitusi bila penambahan penggunaan faktor produksi yang satu mengurangi penggunaan faktor produksi yang lain. Mesin merupakan substitusi tenaga kerja bila penambahan penggunaan mesin mengurangi penggunaan tenaga kerja (manusia). Sebaliknya mesin dan tenaga kerja dapat memiliki hubungan yang bersifat komplemen, bila penambahan penggunaan mesin menambah penggunaan tenaga kerja.
C.     Hukum Pertambahan Hasil yang Makin Menurun (Law Of Diminishing Return)
Sama halnya dengan konsumsi, penambahan penggunaan faktor produksi pada awalnya juga memberikan tambahan hasil yang besar, namun makin lama dengan tingkat pertambahan yang makin menurun. Misalnya dalam proses pengolahan lahan untuk penanaman palawija. Untuk satu hektar lahan, umumnya diselesaikan dalam 150 hari kerja orang (HKO). Jika lahan satu hektar dikerjakan seorang diri, waktu yang di butuhkan adalah 150 hari kerja. Bila dua orang 75 hari kerja. Tiga orang 50 haro kerja dan seterusnya. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, pengolahan lahan semakin cepa selesai.
Hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan waktu yang digunakan untuk pengolahan lahan tdak berbentuk garis lurus. Bila jumlah tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit atau sama dengan 3 orang, kita tidak dapat mengatakan bahwa pengolahan lahan akan selesai sekurang-kurangnya 50 hari. Sebab pertumbuhan ilalang yang begitu cepat, menyebabkan lahan yang sudah diolah sebulan yang lalu sudah ditumbuhi ilalang atau rumput lagi. Jika tenaga kerja lebih sedikit dari 3 orang, kemungkinan besar lahan sulit diolah.
D.    Efek Substitusi dan Efek Output (Substitution and Output Effect)
Analisis efek substitusi (substitution effect) dalam pasar faktor produksi, analogis dengan efek substitusi pada teori perilaku konsumen. Jika terjadi kenaikan harga sebuah faktor produksi, maka penggunaan input tersebut dikurangi. Untuk menjaga tingkat output (pada isokuan yang sama), perusahaan menggunakan lebih banyak faktor produksi lain yang harganya relatif lebih murah.
Analisis efek output atau efek skala produksi (output effect), analogis dengan efek pendapatan (income effect). Suatu faktor produksi dikatakan normal(normal input), jika penambahan skala produksi menambah penggunaan faktor produksi tersebut. Sebaliknya faktor produksi dikatakan interior, bila penambahan skala produksi justru mengurangi penggunaan faktor produksi (negative output effect analogis dengan negative incme effect).
2.6 Faktor-Faktor Penentu Permintaan Terhadap Faktor Produksi
a.       Harga Faktor Produksi
Yang dimaksud dengan harga faktor produksi adalah upah dangaji untuk tenaga kerja atau sewa untuk barang modal dan tanah. Jika faktor produksi bersifat normal, makin murah harganya, makin besar jumlah yang diminta. Dalam kasus khusus, turunnya harga faktor produksi yang menurunkan jumlah yang diminta (inferior). Atau pada saat harganya naik, permintaannya justru meningkat (analogis barang Giffen).
b.      Permintaan Terhaap Output
Makin besar skala produksi, makin besar permintaan terhadap input. Kecuali input tersebut telah bersifat inferior.
c.       Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain
Misalnya, permintaan terhadap faktor produksi substitutif (mesin) meningkat, maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun. Bila tenaga kerja dan mesin mempunyai hubungan komplemen, meningkatnya permintaan terhadap mesin meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja.
d.      Harga Faktor Produksi yang Lain
Pengaruh perubahan harga suatu faktor produksi terhadap permintaan faktor produksi lainnya sangat berkaitan dengan sifat hubungan antar faktor produksi. Permintaan terhadap suatu faktor produksi akan meningkat, bila harga faktor produksi substitusinya makin mahal. Permintaan terhadap faktor produksi akan menurun, jika harga faktor produksi komplemennya makin mahal.
e.       Kemajuan Tekhnologi
Kemajuan tekhnologi mempunyai dampak yang mendua terhadap permintaan faktor produksi. Dalam arti kemajuan tekhnologi dapat menambah atau mengurangi permintaan terhadap faktor produksi. Jika kemajuan tekhnologi meningkatkan produktivitas maka permintaan terhadap faktor produksi meningkat. Kemajuan tekhnologi yang bersifat padat modal meningkatkan produktivitas barang modal, sehingga permintaan terhadapnya meningkat. Sebaliknya kemajuan tersebut menurunkan permintaan terhadap tenaga kerja, bla hubungan keduannya substitutif. Kemajuan tekhnologi dapat meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja, bila kemajuan tersebut meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
2.7 Penawaran Faktor Produksi
Ada perbedaan yang mencolo antara penawaran tenaga kerja dan penawaran tanah. Penawaran tanah bersifat inelastis sempurna, karena jumlah tanah terbatas. Apabila bila dikaitkan dengan kriteria kesuburan dan lokasi tanah. Karena itu kurva penawaran tanah tegak lurus sejajar sumbu harga. Penawaran tenaga kerja adalah total jumlah keinginan kerja (jam kerja) yang diberikan oleh seluruh individu yang ingin bekerja (angkatan kerja) yang ada dalam pasar. Hal ini analogs dengan penjumlahan output yang ingin ditawarkan perusahaan dalam industri. Keputusan seseorang individu untuk bekerja berkaitan dengan sejauh mana dia ingin mengalokasikan waktu untuk bekerja dan tidak bekerja. Biaya ekonomi (opportunity cost) dari bekerja adalah kehilangan waktu untuk tidak bekerja (leisure time) yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan yang menambah utilitas hidup. Sebaliknya biaya kesempatan dari tidak bekerja adalah kehilangan pendapatan. Makin besar upah, makin besar biaya ekonomi untuk tidak bekerja.
Pada awalnya, peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk bekerja, karena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran tenaga kerja pun meningkat. Tetapi sampai tingkat upah tertentu (W*), seseorang merasakan merasakan waktu nilai hidupnya (utulitas hidupnya) telah menurun karena hampir seluruh waktunya digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa biaya kesempatan dari bekerj amat mahal. Lalu dia pun memutuskan untuk mengurangi jam kerja. Keadaan ini digambarkan dengan kurva penawaran tenaga kerja yang melengkung membalik (backward bending labour supply curve). Penawaran total tenaga kerja adalah total penawaran individu (12.1.b).
Dalam masyarakat yang miskin, kurva penawaran tenaga kerja dapat bersudut kemiringan (slope) negatif. Jika upah makin rendah, penawaran tenaga kerja makin meningkat.

2.8 Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Persaingan Sempurna (Perfect Competition Labour Market)
            Dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna, pembeli (perusahaan) maupun penjual (pemilik faktor produksi atau tenaga kerja) tidak dapat memengaruhi harga pasar.
A.    Permintaan Tenaga Kerja  Dalam Model Satu Faktor Produksi Variabel (One Variable Input Model).
Model permintaan tenaga kerja dalam suatu faktor produksi variabel (one variable input model) mengasumsikan hanya tenaga kerja yang dapat diubah-ubah jumlah penggunaannya. Keputusan penggunaan  tenaga kerja oleh perusahaan ditentukan dengan membandingkan biaya marjinal dan penerimaan marjinal dari penambahan satu tenaga kerja.
B.     Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model  Beberapa Faktor Produksi Variabel (Multi Variables Input Model).
Model ini melonggarkan asumsi model di atas. Dengan demikian penambahan penggunaan tenaga kerja dapat diimbangi dengan penambahan faktor produksi lainnya (mesin).




2.9 Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Monopoli
            Tenaga kerja dapat memiliki daya monopoli faktor produksi, misalnya dengan membentuk serikat pekerja (Labour Union). Dengan daya monopoli,  serikat pekerja dapat menentukan beberapa tingkat upah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.10 Monopsoni (Monopsony).
            Monopsoni (monopsony) adalah suatu keadaan dimana dalam pasar faktor produksi (tenaga kerja) hanya ada satu pembeli (single buyer). Karena posisinya sebagai pembeli tunggal, monoppsis (pemilik daya monopsoni) mempunyai kemampuan menentukan upah.
2.11 Monopoli Bilateral (Bilaterral Monopoly)
            Kondisi monopoli bilateral (bilateral monopoly) terjadi bila pekerja memiliki daya monopoli, misalnya melalui serikat pekerja, sementaa perusahaan memilik daya monopsoni. Dalam keadaan demikian tingkat upah ditentukan melalui perundingan antara serikat pekerja dan perusahaan.
Berikut dijelaskan bahwa interval tingkat harga adalah antar Ws (tingkat harga yang diinginkan monopsonis) dengan Wm (tingkat harga yang diinginkan monopolis). Tingkat harga yang ditetapkan sangat tergantung posisi tawar menawar (bargaining position) kedua pihak. Bila pihak monopsonis memiliki posisi yang lebih kuat, tingkat upah akan mendekati atau sama dengan Ws. Begitu juga sebaliknya, jika posisi pekerja lebih kuat, tingkat upah akan sama dengan Wm. Namun bukan mustahil bila tingkat upah kesepakatan adalah Wp yang sama dengan tingkat upah pada pasar persaingan sempurna.
2.12 Pasar Tanah (Land Marke)
            David Richardo (ekonom inggris abad 19) adalah ekonom pertama yang membahas mekanisme penetuan harga sewa tanah untuk per. Menurutnya, harga sewa tanah sangat ditentukan oleh tingkat produktivitas tanah. Makin produktif (subur), harga sewa tanah makin mahal. Selanjutnya dia juga mengatakan bahwa tanah yang pertama kali digunakan adalah tana yang paling subur. Tetapi kerena jumlah tanah subur relatif terbatas (fixed suplied), maka jika kebutuhan pangan makin besar, permintaan tanah makin besar pula sehingga tanah yang kurang subur pun disewa.

A . Model Sewa Tanah Richardo (Richardian Model)
            Untuk dapat mebuat model grafis dari pemikiran Richardo, kita membuat beberapa asumsi:
1)      Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas subur, sedang dan tidak subur.
2)      Jumlah tanah yang subur lebih sedikit dari tanah yang sedang, dan jumlah tanah yang paling banyak adalah tanah yang tidak subur.

Produktivitas tanah ditunjukkan dengan kurva MRP tanah, yang paling subur MRPnya lebih baik dari yang kurang subur (MRP1>MRP2>MRP3). Karena tanah yang paling subur jumlahnya paling sedikit dibanding yang kurang subur, maka penawaran tanah yang paling subur relatif paling sedikit (S1<S2<S3), menyebabkan harga sewa tanah yang paling subur lebih mahal dari yang lainnya (R1>R2>R3).
B. Kontekstualisasi Model Richardo
            Apa yang disampaikan Richardo lebih dari seratus tahun yang lalu memberikan peralatan analisis kepada generasi kita untuk memahami gejala membubungnya tingkat harga jual atau sewa tanah di era modern ini. Apa yang diungkapkan Richardo mengajarkan bahwa karena penawaran tanah inelastis sempurna, maka penentuan harga jual atau sewa semata-mata ditentukan oleh sisi permintaan (demand dermined prices). Sama halnya dengan faktor produksi lainnya, permintaan tanah ditentukan oleh produktivitasnya (MRPL).                                    Dalam era modern, produktivitas tanah diukur dari seberapa besar uotput yang dihasilkan karena memproduksi dilokasi tersebut. Misalnya untuk usaha sewa rumah, tanah yang dekat lokasi jalur transportasi utama akan menghasilkan uang lebih banyak daripada perumahan yang berada dipedalaman, karena permintaanya lebih besar. Mengapa permintaannya lebih besar? Sebab bagi para penghuni rumah yang berada dalam jalur transportasi utama akan menghasilkan biaya yang lebih murah daripada yang tidak berada dalam jalur utama. Dengan cara berpikir yang sama dapat dipahami mengapa perkantoran, hotel-hotel dan pusat-pusat perdagangan yang berada di pusat kegiatan ekonomi dan bisnis harga, sewanya jauh lebih mahal dibanding di tempat-tempat lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Struktur pasar atau indusri oligopoli adalah pasar industri yang terdiri dari hanya sedikit perusahaan (produsen). Pasar Oligopoli memiliki karakteristik diantaranya ialah
§  Hanya Sedikit Perusahaan dalam Industri
§  Produknya Homogeny atau Terindiferensiasi
§  Pengambilan Keputusn yang Saling Memengaruhi
§  Kompetisi Nonharga
Untuk memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan beberapa faktor produksi pokok, yaitu:
·         Tenaga kerja, dengan balas jasa berupa upah atau gaji ( wage/salary)
·         Barang modal (mesin dan tanah), dengan balas jasa berupa sewa (rent)
·         Uang, dengan balas jasa berupa bung (interest)
Jika dalam pasar output keseimbangan tercapai bila permintaan sama dengan penawaran, demikian halnya dalam pasar fakor produksi, pasaroutput dan pasar faktor produksi.
Faktor-Faktor Penentu Permintaan Terhadap Faktor Produksi
a.       Harga Faktor Produksi
b.      Permintaan Terhaap Output
c.       Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain
d.       Harga Faktor Produksi yang Lain
e.       Kemajuan Tekhnologi





DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/oligopoli












Tidak ada komentar:

Posting Komentar