BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
‘Oligopoli’ berasal dari kata oligos berarti ‘banyak’ dan polein berarti menjual. Oligopoli
adalah pasar dimana penawaran satu jenis barang. Umumnya jumlah perusahaan
lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Oligopoli memiliki struktur pasarnya
sendiri.
Struktur
pasar atau indusri oligopoli adalah pasar industri yang terdiri dari hanya
sedikit perusahaan (produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup)
besar untuk memengaruhi harga pasar. Produk dapat homogn atau terdiferensiasi.
Perilaku setiap perusahaan akan memengaruhi perilaku perusahaan laainya dalam industry.
Kondisi pasar oligopoly mendekati dengan kondisi pasar monopoli.
Para
ekonom pada umumnya hanya berbicara tentang empat bentuk pasar utama: persaigan
sempurna, monopoli, persaingan monopolistik dan oligopoli. Dari semua bentuk
pasar itu memerhatikan respon pembel, tetapi dalam oligopoli juga memerhatikan
para saingannya.
Keseimbangan
perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: sisi produksi dan sisi
penggunaan faktor produksi. Dalam upaya mencapai laba maksimum atau kerugian
minimum, jumlah output yang diproduksi dan tingkat harga yang ditetapkan
tergantung pada posisi perusahaan dalam pasar. Tetapi perusahaan hanya akan
mencapi kondisi optimum bila aloksai penggunaan faktor produksi (input)
juga efisien.
Untuk
memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan beberapa faktor produksi
pokok, yaitu:
·
Tenaga kerja,
dengan balas jasa berupa upah atau gaji ( wage/salary)
·
Barang modal
(mesin dan tanah), dengan balas jasa berupa sewa (rent)
·
Uang, dengan
balas jasa berupa bung (interest)
Jika dalam
pasar output keseimbangan tercapai bila permintaan sama dengan penawaran,
demikian halnya dalam pasar fakor produksi, pasaroutput dan pasar faktor
produksi. Karenanya pemahaman tentang mekanisme keseimbangan dalam pasar faktor
produksi amat diperlukan untuk mengevaluasi kinerja perekonomian.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana karakteristik Pasar Oligopoli?
2.
Apa saja faktor – faktor penyebab terbentuknya Pasar
Oligopoli?
3.
Apa yang
dimaksud dengan Keseimbangan
Oligopolis?
4.
Apa yang
dimaksud dengan Duopoli?
5.
Apa saja Konsep-Konsep Dasar faktor produksi?
6.
Apa saja faktor-faktor penentu permintaan terhadap faktor produksi?
7.
Apa yang
dimaksud dengan penawaran
faktor produksi?
8.
Apa yang
dimaksud dengan pasar tenaga
kerja berstruktur persaingan sempurna?
9.
Bagaimana
sistem pasar tenaga yang berstruktur Monopoli?
10. Apa yang dimaksud
dengan Monopsoni?
11. Apa yang dimaksud
dengan Monopoli
Bilateral?
12.
Apa yang
dimaksud dengan Pasar Tanah?
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Pasar Oligopoli
Unsur-unsur peting dalam
karakterisik oligopoli:
A. Hanya Sedikit Perusahaan dalam Industri (few number of firms)
Secara teorotis
sukar untuk menetapkan berapa jumlah perusahaan didalam pasar, agar dapat
dikatakan oligopoly. Namun untuk dasar analisis, biasanya jumlah perusahaan
(duopoli). Kekuatan perusahaan –perusahaan dalam industri dapat diukur dengan
menghitung berapa persen output dalam pasar oligopoli dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan yang dominan. Jika rasio konsentrasi empat perusahaan adalah 60%
output dalam industri dikuasai oleeh empat perusahaan terbesar. CR4 yang
semakin bersaing sempurna. Pasar suatu industri dinyatakan bersetruktur
oligopolistik apabila CR4 melebihi 40%. Kita bias juga mengukur derajat
konsentrasi delapan perusahaan (CR8) atau jumlah lainnya. Jika CR8%, berarti
80%, berarti 80% penjualaan output dalam industry dikuasai oleh delapan
perusahaan terbesar.
B. Produknya Homogeny atau Terindiferensiasi
(homogeny or differentiated product)
Dilihat dari sifat
output yang dihasilkan, pasar oligopoly merupakan peraihan antara persaingan
sempurna dengan monopoli. Perbedaan sifat output yang dihasilkan akan
memengaruhi perilaku perusahaan dalam upaya menncapai kondisi optimal (laba
maksimum). Jika dalam pasar persaingan sempurna perusahaan mengatur jumlah
output (output strategy) untuk mengatur tingkat laba, dalam pasar monopoli
hanya satu perusahaan yang mampu mengendalikan harga dan output, maka dalam
pasar oligopoly bentuk persaingan antarperusahaan adalah persaingan harga
(pricing strategy) dan non harga. Contoh pasar oligoopoli ya menghasilkan
produk diferensiasi adalah indusri mobil, rokok, film kamera. Sedankan yang
menghasilkan produk homogen adalah industri baja, pipa peralon, seng, dan
kertas.
C. Pengambilan Keputusn yang Saling
Memengaruhi (interdependence decisions)
Keputusan perusahaan dalam
menentukan harga dan jumlah output akan memegaruhi perusahaa lainnya, baik yang
sudah ada (existing firms) maupu yang masih di luar industry (potential firms).
Karenanya guna menahan perusahaan potensial untuk masuk industri, perusahaan
yang sudah ada meempuh strategi meetapkan harga jual tebatas (limting prices),
yang membat perusahaan menikmati laba super normal di bawah tingkat
maksimum.
D. Kompetisi Nonharga (non pricing competition)
Dalam upaya mencapai
kondisi optimal, perusahaan tidak hanya bersaig dalam harga, namun juga non
harga (non pricing competition). Betuk-bentuk kompetisi non harga antara lain
adalah pelayanan purna jual serta iklan untuk memberikan informasi, membentuk
citra yang baik terhadap perusshaan dan merek, serta memengaruhi perilaku
konsumen. Keputusan investasi yang akurat diperlukan agar perusahaan dapat
berjalan dengan tingkat efesiensi yang sangat tinggi. Tidak tertutup
kemungkinan perusahaan melakukan kegiatan inteljen industri untuk memperoeh
informasi keadaan, kekuatan dan kelemahan ppesaig nyaa maupun potensial.
Informasi-informasi in sangat penting terhadap pengabilan keputusan-keputusan
tertentu yang di ambil.
2.2 Factor-Faktor Penyebab Terbetuknya Pasar Oligopoli
Ada
dua faktor penting penyebab terbentuknya pasar oligopoli.
A. Efisiensi Skala
Besar
Dalam
dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industry mobil, semen,
kertas, pupuk dan peraatan mesin, umumnya berstruktur oligopoli. Teknologi
padat modal (capital intensive) yang
dibutuhkan dalam proses produksi menyebabkan efiensi (biaya rata-rata minimum)
baru tercapai bila output diproduksi dalam skala sangat besar. Dalam industri
mobil minimal 50.000 sampai 100.000 unit pertahun. Bila perusahaan memproduksi
tiga jenis mobil saja, output minimal seluruhnya antara 200.000 – 300.000 unit
pertahun. Selanjutnya bila biaya produksi per mobil puluhan juta rupiah, dana
yang dibutukan untuk berproduksi ratusan miliar rupiah pertahun. Jika dihitung
dengan biaya investasi awal, maka perusahaan yang ingin memasuki industri mobil
harus menyiapakan dana triliunan rupiah.
B. Kompleksital
Manajemen
Berbeda
dengan tiga struktur pasar lainnya (persaingan sempurna, monopoli, dan
persaingan monopolistik), struktur pasar oligopoly ditandai dengan kompetisi
harga dan non harga. Perusahaa juga harus cermat memperhitungkan setiap
keputusan agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari perusahaan
pesaingan. Karena itu dalam industry oligopoli, kemampuan keuangan yang besar
saja tidak cukup sebagai modal untuk bertahan dalam struktur industri yang
pesaingannya begitu kompleks. Tidak banyak perusahaan yang memiliki kemampuan
tersebut, sehingga dalam pasar oligopoli akhirnya hanya terdapat sedikit
produsen.
2.3 Keseimbangan Oligopolis
Perusahaan yang
bergerak dalam pasar oligopoli disebut oligopolis (oligopolist). Sebagai
produsen, keseimbangan terjadi bila laba maksimum tercapai. Analisis
keseimbangan oligopoli tidak menekankan dimensi waktu, melainkan kompetisi.
Perusahaan seimbang atau tidak seimbang bukan saja di lihat dari kemampuan
mengatur output dan harga, tetapi juga kemampuan memprediksi perilaku pesaing.
Karena itu oligopolis akan mencapai keseimbangan jika perusahaan dapat
melakukan apa yang dapat dilakukan dan tidak mempunyai alasan lagi untuk
mengubah jumlah output dan harga.
v Model Permintaan Yang Patah (Kinked Demand
Model)
Model ini dikembangkan oleh P.M Sweezy (1939). Dua pemikiran yang
penting adalah harga dalam pasar oligo besifat kaku (inflexible) dan
oligopolis mengambil keputusan berdasarka sikap (skenario) pesimis (pessimistic
way). Permintaan sangat elastis bila harga dinaikkan dan inelastis bila
harga diturunkan. Pengaruh ciri yang menonjol dalam motif pasar yang bersifat
oligopolistik adalah adanya ketegaran harga (price regidity)
2.4 Duopoli
Duopoli (duopoly)
adalah keadaan khusus dimana dalam pasar oligopoli hanya ada dua perusahaan.
Model ini dikembangkan untuk melihat lebih tajam interaksi antar perusahaan
dalam pasar oligopoli.
A. Model Cournot (Cournot Model)
Model ini dikembangkan Augustin Cournot (ekonom Prancis) tahun
1938. Dasar pengembangan model ini adalah keseimbangan duopolis tercapai bila
biaya marjinal adalah nol (MC=0). Dengan pembuktian matematis, duopolis
(apabila masing-masing perusahaan tidak saling berinteraksi) akan mencapai
keseimbangan output masing-masing perusahaan adalah separuh jumlah permintaan
pada hasil harga P=0
Masing-masing duopolis (perusahaan yang beroperrasi dalam duopoli)
mempunyai daya monopoli yang sama. Keputusan jumlah output yang diproduksi
duopolis berdasarkan asumsi bahwaoutput duopolis yang satu(saingannya) sudah di
putuskan dan tidak akan berubah.
B. Teori Permainan ( Game Theory)
Teori permainan (game theory) mencoba menjelaskan perilaku
perusahaan dalam pasar duopoli secara lebih realitis. Menurut teori ini
duopolis tidak selalu mengambil keputusan secara kompetitif, tetapi juga kerja
sama (cooperatif). Strategi manapun yang dipilih, dasar pertimbangannya
adalah berapa besar hasil yang diperoleh (pay off).
§ Model Dilema Narapidana (Prisoners’ Dilemma
Model)
Model ini ingin menjelaskan bagaiman sikap seseorang mengambil
keputusan dalam keadaan tidak dapat berkomunikasi dengan teman atau lawannya.
Model dibangun berdasarkan cerita bahwa dua narapidana tertangkap setelah
bekerja sama dalam melakukan kejahatan.hal yang harus dilakukan adalah apakah
mereka harus mengakui kejahatannya didepan polisi pemeriksa.
Model di lema narapidana dapat beradaptasi untuk menganalisis
keputusan masing-masing duopolis dalam menentukan harga jual.
2.5 Konsep-Konsep
Dasar Faktor Produksi
Beberapa konsep
dasar yang harus diketahui untuk analisis faktor produksi adalah:
·
Faktor produksi
sebagai permintaan turunan (derived demand)
·
Hubungan antar
faktor produksi (subsitusi atau komplemen)
·
Hukum
pertambahan hasil yang makin menurun (the law of diminishing return)
·
Efek substitusi
dan efek output (substitution and output effect)
A. Faktor Produksi Sebagai Permintaan Turunan (
Derived Demand)
Permintaan terhadap suatu barang dilakukan sebagai permintaan
turunan (derived demand) bila permintaan terhadap barang tersebut sangat
tergantung pada permintaan terhadap barang lain. Bahan bakar minyak (BBM)
dikatakan permintaan turunan, karena permintaan terhadapnya sangat tergantung
pada permintaan terhadap mobil. Secara umum, permintaan terhadap BBM meningkat
bila permintaan terhadap mobil meningkat. Permintaan terhadap gedung
perkantoran dikatakan permintaan turunan, karena permintaannya sangat
tergantung pada kegiatan dunia usaha. Makin baik kegiatan usaha, makin besar
permintaan terhadap gedung perkantoran.
Demikian halnya dengan tenaga kerja dan tanah. Permintaan terhadap
tenaga kerja sangat tergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Makin
besar permintan terhadap barang dan jasa, makin besar permintaan terhadap
tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Permintaan terhadap tanah
juga sangat tergantung pada permintaan barang dan jasa, misalnya jasa gedung
perkantoran. Makin besar permintaan terhadap jasa gedung perkantoran dan
perdagangan, permintaan terhadap tanah makin besar.
B. Faktor Produksi Substitusi dan Komplemen (Substitutable
and Complement Input)
Hubungan antar faktor produksi dikatakan bersifat substitusi bila
penambahan penggunaan faktor produksi yang satu mengurangi penggunaan faktor
produksi yang lain. Mesin merupakan substitusi tenaga kerja bila penambahan
penggunaan mesin mengurangi penggunaan tenaga kerja (manusia). Sebaliknya mesin
dan tenaga kerja dapat memiliki hubungan yang bersifat komplemen, bila
penambahan penggunaan mesin menambah penggunaan tenaga kerja.
C. Hukum Pertambahan Hasil yang Makin Menurun
(Law Of Diminishing Return)
Sama halnya dengan konsumsi, penambahan penggunaan faktor produksi
pada awalnya juga memberikan tambahan hasil yang besar, namun makin lama dengan
tingkat pertambahan yang makin menurun. Misalnya dalam proses pengolahan lahan
untuk penanaman palawija. Untuk satu hektar lahan, umumnya diselesaikan dalam
150 hari kerja orang (HKO). Jika lahan satu hektar dikerjakan seorang diri,
waktu yang di butuhkan adalah 150 hari kerja. Bila dua orang 75 hari kerja.
Tiga orang 50 haro kerja dan seterusnya. Semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan, pengolahan lahan semakin cepa selesai.
Hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan waktu yang digunakan
untuk pengolahan lahan tdak berbentuk garis lurus. Bila jumlah tenaga kerja
yang digunakan lebih sedikit atau sama dengan 3 orang, kita tidak dapat
mengatakan bahwa pengolahan lahan akan selesai sekurang-kurangnya 50 hari.
Sebab pertumbuhan ilalang yang begitu cepat, menyebabkan lahan yang sudah
diolah sebulan yang lalu sudah ditumbuhi ilalang atau rumput lagi. Jika tenaga
kerja lebih sedikit dari 3 orang, kemungkinan besar lahan sulit diolah.
D. Efek Substitusi dan Efek Output (Substitution
and Output Effect)
Analisis efek substitusi (substitution effect) dalam pasar
faktor produksi, analogis dengan efek substitusi pada teori perilaku konsumen.
Jika terjadi kenaikan harga sebuah faktor produksi, maka penggunaan input tersebut
dikurangi. Untuk menjaga tingkat output (pada isokuan yang sama), perusahaan
menggunakan lebih banyak faktor produksi lain yang harganya relatif lebih
murah.
Analisis efek output atau efek skala produksi (output effect),
analogis dengan efek pendapatan (income effect). Suatu faktor produksi
dikatakan normal(normal input), jika penambahan skala produksi menambah
penggunaan faktor produksi tersebut. Sebaliknya faktor produksi dikatakan
interior, bila penambahan skala produksi justru mengurangi penggunaan faktor
produksi (negative output effect analogis dengan negative incme effect).
2.6 Faktor-Faktor Penentu Permintaan
Terhadap Faktor Produksi
a. Harga Faktor Produksi
Yang dimaksud dengan harga faktor produksi adalah upah dangaji
untuk tenaga kerja atau sewa untuk barang modal dan tanah. Jika faktor produksi
bersifat normal, makin murah harganya, makin besar jumlah yang diminta. Dalam
kasus khusus, turunnya harga faktor produksi yang menurunkan jumlah yang
diminta (inferior). Atau pada saat harganya naik, permintaannya justru
meningkat (analogis barang Giffen).
b. Permintaan Terhaap Output
Makin besar skala produksi, makin besar permintaan terhadap input.
Kecuali input tersebut telah bersifat inferior.
c. Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain
Misalnya, permintaan terhadap faktor produksi substitutif (mesin)
meningkat, maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun. Bila tenaga kerja dan
mesin mempunyai hubungan komplemen, meningkatnya permintaan terhadap mesin
meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja.
d. Harga Faktor Produksi yang Lain
Pengaruh perubahan harga suatu faktor produksi terhadap permintaan
faktor produksi lainnya sangat berkaitan dengan sifat hubungan antar faktor
produksi. Permintaan terhadap suatu faktor produksi akan meningkat, bila harga
faktor produksi substitusinya makin mahal. Permintaan terhadap faktor produksi
akan menurun, jika harga faktor produksi komplemennya makin mahal.
e. Kemajuan Tekhnologi
Kemajuan tekhnologi mempunyai dampak yang mendua terhadap
permintaan faktor produksi. Dalam arti kemajuan tekhnologi dapat menambah atau
mengurangi permintaan terhadap faktor produksi. Jika kemajuan tekhnologi
meningkatkan produktivitas maka permintaan terhadap faktor produksi meningkat.
Kemajuan tekhnologi yang bersifat padat modal meningkatkan produktivitas barang
modal, sehingga permintaan terhadapnya meningkat. Sebaliknya kemajuan tersebut
menurunkan permintaan terhadap tenaga kerja, bla hubungan keduannya
substitutif. Kemajuan tekhnologi dapat meningkatkan permintaan terhadap tenaga
kerja, bila kemajuan tersebut meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
2.7 Penawaran Faktor Produksi
Ada perbedaan yang mencolo antara penawaran tenaga kerja dan
penawaran tanah. Penawaran tanah bersifat inelastis sempurna, karena jumlah
tanah terbatas. Apabila bila dikaitkan dengan kriteria kesuburan dan lokasi
tanah. Karena itu kurva penawaran tanah tegak lurus sejajar sumbu harga.
Penawaran tenaga kerja adalah total jumlah keinginan kerja (jam kerja) yang
diberikan oleh seluruh individu yang ingin bekerja (angkatan kerja) yang ada
dalam pasar. Hal ini analogs dengan penjumlahan output yang ingin ditawarkan
perusahaan dalam industri. Keputusan seseorang individu untuk bekerja berkaitan
dengan sejauh mana dia ingin mengalokasikan waktu untuk bekerja dan tidak
bekerja. Biaya ekonomi (opportunity cost) dari bekerja adalah kehilangan waktu
untuk tidak bekerja (leisure time) yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
yang menambah utilitas hidup. Sebaliknya biaya kesempatan dari tidak bekerja
adalah kehilangan pendapatan. Makin besar upah, makin besar biaya ekonomi untuk
tidak bekerja.
Pada awalnya, peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk
bekerja, karena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran
tenaga kerja pun meningkat. Tetapi sampai tingkat upah tertentu (W*), seseorang
merasakan merasakan waktu nilai hidupnya (utulitas hidupnya) telah menurun
karena hampir seluruh waktunya digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa
biaya kesempatan dari bekerj amat mahal. Lalu dia pun memutuskan untuk
mengurangi jam kerja. Keadaan ini digambarkan dengan kurva penawaran tenaga
kerja yang melengkung membalik (backward bending labour supply curve).
Penawaran total tenaga kerja adalah total penawaran individu (12.1.b).
Dalam masyarakat yang miskin, kurva penawaran tenaga kerja dapat
bersudut kemiringan (slope) negatif. Jika upah makin rendah, penawaran tenaga
kerja makin meningkat.
2.8 Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Persaingan Sempurna (Perfect
Competition Labour Market)
Dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna, pembeli (perusahaan)
maupun penjual (pemilik faktor produksi atau tenaga kerja) tidak dapat
memengaruhi harga pasar.
A. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model Satu Faktor Produksi Variabel
(One Variable Input Model).
Model permintaan tenaga kerja dalam suatu faktor produksi variabel
(one variable input model) mengasumsikan hanya tenaga kerja yang dapat
diubah-ubah jumlah penggunaannya. Keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan ditentukan
dengan membandingkan biaya marjinal dan penerimaan marjinal dari penambahan
satu tenaga kerja.
B. Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model Beberapa Faktor Produksi Variabel (Multi
Variables Input Model).
Model ini melonggarkan asumsi model di atas. Dengan demikian
penambahan penggunaan tenaga kerja dapat diimbangi dengan penambahan faktor
produksi lainnya (mesin).
2.9 Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Monopoli
Tenaga kerja dapat memiliki daya monopoli faktor produksi, misalnya
dengan membentuk serikat pekerja (Labour Union). Dengan daya monopoli, serikat pekerja dapat menentukan beberapa
tingkat upah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.10 Monopsoni (Monopsony).
Monopsoni (monopsony) adalah suatu keadaan dimana dalam pasar
faktor produksi (tenaga kerja) hanya ada satu pembeli (single buyer). Karena
posisinya sebagai pembeli tunggal, monoppsis (pemilik daya monopsoni) mempunyai
kemampuan menentukan upah.
2.11 Monopoli Bilateral (Bilaterral Monopoly)
Kondisi monopoli bilateral
(bilateral monopoly) terjadi bila pekerja memiliki daya monopoli, misalnya
melalui serikat pekerja, sementaa perusahaan memilik daya monopsoni. Dalam
keadaan demikian tingkat upah ditentukan melalui perundingan antara serikat
pekerja dan perusahaan.
Berikut
dijelaskan bahwa interval tingkat harga adalah antar Ws (tingkat harga yang
diinginkan monopsonis) dengan Wm (tingkat harga yang diinginkan monopolis).
Tingkat harga yang ditetapkan sangat tergantung posisi tawar menawar
(bargaining position) kedua pihak. Bila pihak monopsonis memiliki posisi yang
lebih kuat, tingkat upah akan mendekati atau sama dengan Ws. Begitu juga
sebaliknya, jika posisi pekerja lebih kuat, tingkat upah akan sama dengan Wm.
Namun bukan mustahil bila tingkat upah kesepakatan adalah Wp yang sama dengan
tingkat upah pada pasar persaingan sempurna.
2.12 Pasar
Tanah (Land Marke)
David Richardo (ekonom inggris abad
19) adalah ekonom pertama yang membahas mekanisme penetuan harga sewa tanah
untuk per. Menurutnya, harga sewa tanah sangat ditentukan oleh tingkat
produktivitas tanah. Makin produktif (subur), harga sewa tanah makin mahal.
Selanjutnya dia juga mengatakan bahwa tanah yang pertama kali digunakan adalah
tana yang paling subur. Tetapi kerena jumlah tanah subur relatif terbatas
(fixed suplied), maka jika kebutuhan pangan makin besar, permintaan tanah makin
besar pula sehingga tanah yang kurang subur pun disewa.
A . Model Sewa
Tanah Richardo (Richardian Model)
Untuk dapat mebuat model grafis dari
pemikiran Richardo, kita membuat beberapa asumsi:
1)
Berdasarkan
tingkat kesuburannya, tanah dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas subur,
sedang dan tidak subur.
2)
Jumlah tanah
yang subur lebih sedikit dari tanah yang sedang, dan jumlah tanah yang paling
banyak adalah tanah yang tidak subur.
Produktivitas tanah ditunjukkan dengan kurva MRP tanah, yang paling
subur MRPnya lebih baik dari yang kurang subur (MRP1>MRP2>MRP3).
Karena tanah yang paling subur jumlahnya paling sedikit dibanding yang kurang
subur, maka penawaran tanah yang paling subur relatif paling sedikit (S1<S2<S3),
menyebabkan harga sewa tanah yang paling subur lebih mahal dari yang lainnya (R1>R2>R3).
B.
Kontekstualisasi Model Richardo
Apa yang disampaikan Richardo lebih
dari seratus tahun yang lalu memberikan peralatan analisis kepada generasi kita
untuk memahami gejala membubungnya tingkat harga jual atau sewa tanah di era
modern ini. Apa yang diungkapkan Richardo mengajarkan bahwa karena penawaran
tanah inelastis sempurna, maka penentuan harga jual atau sewa semata-mata
ditentukan oleh sisi permintaan (demand
dermined prices). Sama halnya dengan faktor produksi lainnya, permintaan
tanah ditentukan oleh produktivitasnya (MRPL). Dalam era
modern, produktivitas tanah diukur dari seberapa besar uotput yang dihasilkan karena memproduksi dilokasi tersebut.
Misalnya untuk usaha sewa rumah, tanah yang dekat lokasi jalur transportasi
utama akan menghasilkan uang lebih banyak daripada perumahan yang berada
dipedalaman, karena permintaanya lebih besar. Mengapa permintaannya lebih
besar? Sebab bagi para penghuni rumah yang berada dalam jalur transportasi
utama akan menghasilkan biaya yang lebih murah daripada yang tidak berada dalam
jalur utama. Dengan cara berpikir yang sama dapat dipahami mengapa perkantoran,
hotel-hotel dan pusat-pusat perdagangan yang berada di pusat kegiatan ekonomi
dan bisnis harga, sewanya jauh lebih mahal dibanding di tempat-tempat lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur pasar atau indusri
oligopoli adalah pasar industri yang terdiri dari hanya sedikit perusahaan
(produsen). Pasar Oligopoli memiliki karakteristik diantaranya ialah
§ Hanya Sedikit Perusahaan dalam Industri
§ Produknya Homogeny atau Terindiferensiasi
§ Pengambilan Keputusn yang Saling
Memengaruhi
§ Kompetisi Nonharga
Untuk
memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan beberapa faktor produksi
pokok, yaitu:
·
Tenaga kerja,
dengan balas jasa berupa upah atau gaji ( wage/salary)
·
Barang modal
(mesin dan tanah), dengan balas jasa berupa sewa (rent)
·
Uang, dengan
balas jasa berupa bung (interest)
Jika dalam pasar output keseimbangan
tercapai bila permintaan sama dengan penawaran, demikian halnya dalam pasar
fakor produksi, pasaroutput dan pasar faktor produksi.
Faktor-Faktor Penentu Permintaan
Terhadap Faktor Produksi
a. Harga Faktor Produksi
b. Permintaan Terhaap Output
c. Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain
d.
Harga Faktor Produksi
yang Lain
e. Kemajuan Tekhnologi
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja,
Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. 2008.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/oligopoli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar