BAB
V
5.1 Pengertian Ilmu Akhlak
Ada
dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan ). Dari sudut kebahasaan,
akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu ismu mashdar ( bentuk infinitif )
dari kata akhlaq, yikhliqu, ikhlaqan.
Akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, baik itu pebuatan
baik ataupun perbuatan buruk. Sedangkan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang membahas
tentang perbuatan-perbuatan manusia dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan,
kemudian menetapkan apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik atau
perbuatan buruk.
Kata
akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khulqun yang berati budi pekerti. Jika
melihat penggunaan hadits Rasul SAW, maka benar arti akhlak berati budi
pekerti. Dengan demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan berati
budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang
menjadi tabiat.
Imam
al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan perkembangan.” Adapun pengertian ilmu akhlak adalah
ilmu atau ajaran baik buruk secara akal dan moralitas berdasarkan adat istiadat
ataupun agama.
Akhlak
adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu
baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama
islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia,bagaimana
cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat
dikemukakan contohnya:
1. Perbuatan baik termasuk
akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.
2. Perbuatan itu sesuai
dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena membicarakan ilmu
yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan. Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak
yaitu terdapat dalam (Q.S. Al-Ahzab, 33:21)
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Sedangkan pengertian
akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli :
Ø Ibnu
Maskawaih
Menyebutkan bahwa akhlak
yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan
tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.
Ø Prof.
Dr. Ahmad Amin
Akhlak menurut Prof. Dr.
Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang
harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang
harus di perbuat.
Didalam
buku akhlak dalam berbagai dimensi,
akhlak yaitu sifat-sifat yang berurat berakar dalam diri manusia, serta
berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik
atau buruknya dalam pandangan manusia.
Dorongan
jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan
batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1) Tabiat (pembawaan), yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak
dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri (gharizah) dan faktor warisan
sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya.
2) Akal pikiran, yaitu
dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu,
mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai
sesuatu yang lahir (yang nyata)
3) Hati nurani, yaitu
dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai
hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan
(ilham) dari Allah SWT.
Rasulullah sallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ
الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ
الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ»
"Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam
tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari
orang Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling
mulia, tiada yang bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah
aku dari amalan dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku
dari hal yang buruk selain Engkau". [Sunan An-Nasa'i:
Sahih].
Hadist
tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu, terutama untuk umat
islam saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin seorang muslim, mencerminkan
kesucian hati dan fikirannya, sedangkan akhlak buruk mencerminkaan seseorang
yang telah gelap hatinya sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang baik dan
buruk baginya karena keburukan itu telah mendarah daging dalam dirinya.
Beberapa ciri-ciri khusus
dari akhlak yaitu:
1) Akhlak
mempunyai suatu sifat yang teranam kuat di dalam jiwa atau lubuk hati seseorang
yang menjadi kepribadiannya dan itu akan membuat berbeda dengan orang
lain.
2) Akhlak
mengandung perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam keadaan
bagaimana pun juga. Dengan kata lain akhlak merupakan adat kebiasaan yang
selalu dilakukan oleh seseorang.
3) Akhlak
mengandung perbuatan yang dilakukan karena kesadaran sendiri, bukan karena di
paksa, atau mendapatkan tekanan dan intimidasi dari orang lain.
4) Akhlak
merupakan manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas, tidak di buat-buat.
Selain dari kata akhlak,
ada beberapa kata yang sama dengan kata akhlak yaitu:
1. Etika
Kata etika berasal dari
yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi didalam kamus bahasa
indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut
arti tata adat. Oleh karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia.
Tetapi etika menurut filsafat yaitu menyelidiki mana yang baik, dan mana yang
buruk menurut perbuatan manusia.
2. Moral
Berasal
dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia
yang sejalan dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Meskipun etika dan moral mempunyai kesamaan pengertian dalam
percakapan sehari-hari, namun dari sisi lain mempunyai unsur perbedaan,
misalnya :
1) Istilah
etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang ada. Karena itu, etika merupakan
suatu ilmu.
2) Istilah
moral digunakan utnuk memberikan criteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena
itu, moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
3. Kesusilaan
dan Kesopanan
Kesusilaan berasal dari
bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “su”
yang berarti lebih baik, dan kata “sila”
berarti prinsip atau aturan hidup. Jadi kesusilaan adalah dasar-dasar aturan
hidup yang lebih baik.
Sedangkan kesopanan
berasal dari bahasa Indonesia yang berasal dari kata sopan yang artinya tenang,
beradab, baik dan halus (perkataan ataupun perbuatan).
Istilah
Etika dan ilmu akhlak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan
istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlak sama pengertianya sebagai
suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu
ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Istilah
akhlak dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat dilihat perbedaanya bila
dipandang dari objeknya di mana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap tuhan
dan sesama manusia, sedangkan moral, kesusilan dan kesopanan hanya
menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlak
sifatnya teosentris meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan
makluk-makluk lain, namun tujuan utamanya hanya karena Allah SWT semata. Tetapi
kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja
karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian saja).
Dapat
disimpulkan yang dimaksud dengan ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar, kemauan sendiri,
tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan yang pura-pura.
5.2
Ruang Lingkup Ilmu Akhlak
Ruang
lingkup ilmu akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia,
kemudian menetapkannya apakah perbuatan itu tergolong baik atau tergolong
buruk. Ilmu Akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam
upaya mengenal tingkah laku manusia, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan
dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang. Jika kita katakana baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan
adalah ukuran normatif.
Ilmu
akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau
perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi
pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai
atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong
baik atau buruk.
Pokok-pokok
masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia
yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun sosial. Tapi sebagian orang
juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia, namun perlu
ditegaskan bahwa yang dijadikan obyek kajian ilmu akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, sebenarnya mendarah
daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus sehingga
mentradisi dalam kehidupannya.
Dengan
demikian objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan seseorang. Perbuatan tersebut
selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini
Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:
“Bahwa
objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan
tersebut ditentukan baik atau buruk”.
Dengan
demikian terdapat akhlak yang bersifat perorangan dan akhlak yang bersifat
kolektif. Dengan
demikian perbuatan yang bersifat alami, dan perbuatan yang dilakukan dengan
tidak senganja, atau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlaki, karena dilakukan
tidak atas dasar pilihan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang
berbunyi:
”Bahwasanya
Allah memaafkanku dan ummatku yang berbuat salah, lupa dan dipaksa”.
( HR. Ibnu Majah dari Abi Zar )
Dengan
memperhatikan keterangan tersebut di atas kita dapat memahami bahwa yang
dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak
terpaksa dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan yang pura-pura.
Perbuatan-perbuatan yang demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk.
Untuk menilai apakah perbuatan itu baik atau buruk diperlukan pula tolak ukur,
yang baik atau buruk menurut siapa, dan apa ukurannya.
Imam Al-Ghazali membagi
tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:
1. Keburukan
akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya,
sehingga pelakunya disebut al jahil.
2. Perbuatan
yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena
nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al jahil al dhollu.
3. Keburukan
akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah
kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya
disebut al jahil al dhollu al fasiq.
4. Perbuatan
buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak
terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan
menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al jahil al dhollu al fasiq al syarir.
Menurut
Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga
masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak
bisa dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk
memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum.
Sebab kalu dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal
yang mengorbankan orang banyak.
Banyak
sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki
akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar, bersyukur,
bertawakal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya.
Anjuran-anjuran itu sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasihat
bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan.
Jadi
sekarang kita bisa memahami yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan
sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan perbuatan
yang pura-pura. Perbuatan-perbuatan demikian selanjutnya diberi nilai baik atau
buruk. Dr. Abdullah dalam buku Dustur al
Akhlaq fi al Islam, membagi ruang lingkup akhlak kedalam lima macam aspek
kehidupan, yaitu:
Ø Akhlak perorangan
Akhlak ini dibagi
menjadi :
1) Semua
hal yang diperintahkan (al-awamir).
2) Segala
yang dilarang (al-nawahi).
3) Hal-hal
yang diperbolehkan (al-mubahat).
4) Akhlak
dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi
al-idhthirar).
Ø Akhlak
keluarga
Akhlak ini juga terbagi
menjadi :
1) Kewajiban
timbal balik orang tua dan anak (wajibat
nahwa ushul wa al furu).
2) Kewajiban
suami & isteri (wajibat baina al azwaj).
3) Kewajiban
terhadap kerabat dekat (wajibat nahwa al aqarib).
Ø Akhlak
bermasyarakat
Akhlak ini
meliputi :
1) Hal-hal
yang dilarang (al makhdzurat).
2) Hal-hal
yang diperintahkan (al awamir).
3) Kaidah-kaidah
adab (qawa’id al adab).
Ø Akhlak
bernegara
Akhlak ini
meliputi :
1)
Hubungan antara pemimpin dan rakyat (al ‘alaqah baina al rais wa al sya’b).
2)
Hubungan luar negeri (al alaqah al kharijiyyah).
Ø Akhlak
beragama
Akhlak ini
meliputi kewajiban terhadap Allah SWT.
Ruang
lingkup di atas dipandang sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan.
Secara vertikal hubungan dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama
manusia. Jika ruang lingkup akhlak tersebut
dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat
dibagi menjadi :
1) Akhlak
(tata krama) kepada Allah SWT.
2) Akhlak
kepada Rasul Allah SAW.
3) Akhlak
untuk diri pribadi.
4) Akhlak
dalam keluarga.
5) Akhlak
dalam masyarakat.
6) Ahlak
bernegara.
5.3 Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak
Tujuan
mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan
ibadah atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia
(sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan
masing-masing” atau ungkapan, “Agama
adalah urusan masjid, di luar itu terserah semau gue”. Maka jangan
heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak
benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang
yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat.
Sebenarnya
manusia itu mampu untuk menyelidiki gerakan jiwanya, perkataan dan
perbuatannya, lalu memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk. Maka dengan mempelajari ilmu akhlak,
manusia akan mampu mengekspresikan perbuatan, tingkah laku, perkataan yang yang
baik dan bijak.
Sebenarnya
pelajaran akhlak merupakan penjabaran dari takwa sebagai manifestasi penerapan
akidah dan praktik ibadah, sehingga dengan mempelajarinya manusia diharapkan
mampu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk menuju ridha Allah SAW.
Apa yang dilakukan oleh manusia mungkin bersangkutan dengan dirinya sendiri,
keluarga dan masyarakat.
Setelah
manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian diresapkan di
dalam hati sehingga perbuatannya akan timbul dari kesadaran sendiri, bukan
paksaan dari luar. Lalu seseorang itu akan tersadar bahwa dirinya adalah
makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Sebagaimana Ahmad Amin mengatakan :
”Dengan
mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya, kita lalu dapat memilih mana
perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan
berbuat dholim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya
termasuk baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk”.
Selanjutnya
Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk
membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur Cahaya Tuhan.
Selain
itu Ilmu Akhlak juga akan berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri
manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki
jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui fikih,
sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak. Jika ini tercapai,
maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan
perbuatan yang terpuji. Dari perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan
masyarakat yang damai, harmonis, rukun, sejahtera lahir dan batin, yang
memungkinkan ia dapat beraktivitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.
Ilmu
akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai
berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dia miliki itu akan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan
sebagainya namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu
akan disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di muka bumi
ini.
Jelaslah
bahwa faedah akhlak itu bukan hanya dirasakan manusia dalam kehidupan
perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga,
bermasyarakat, dan bernegara. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat
kemanusiaannya, bahkan akan lebih rendah derajatnya dari pada binatang.
Memang
naluri manusia yang paling kuat adalah ingin mempertahankan hidupnya di dunia
ini, meskipun disadarinya bahwa hidup di dunia ini terbatas, karena setiap manusia
akan merasakan mati. Lebih dari itu dan yang membedakannya dengan binatang,
bahwa setiap manusia ingin mencapai kehidupan yang lebih baik dari masa
mendatang, meskipun juga kehidupan yang lebih baik adalah relatif. Dengan
akalnya manusia dapat menyediakan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan untuk jangka waktu yang cukup lama, dan mampu meningkatkan segala
kebutuhannya itu baik kuantitasnya maupun kualitasnya tidak seperti halnya
binatang, cukuplah terpenuhi keinginannya pada waktu itu saja.
Apabila
suatu umat atau bangsa telah tinggi ilmunya namun akhlaknya lenyap dari
masing-masing pribadinya, maka kehidupannya akan kacau balau, masyarakat akan
jadi berantakan, sebab kekacauan dan kejahatan tidak dapat diobati dengan ilmu
saja. Perhatikan sya’ir Syauqi Bek yang artinya:
“Sesungguhnya
bangsa itu jaya selama mereka masih mempunyai akhlak yang mulia. Apabila akhlak
(yang baik) telah hilang, maka hancurlah bangsa itu.”
Untuk
menghindarkan dari kehancurannya suatu bangsa, berikhtiar dan berdo’a agar
akhlak baik itu dikenal, difahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari oleh warganya, orang tua bagi anak-anaknya, dan para pemimpin bagi
para bawahannya. Kita perhatikan firman Allah SWT dalam surat Al Ra’d ayat 11
yang artinya:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kehancuran suatu kaum, maka tidak
ada yang sanggup mencegahnya. Dan tiada pelindung mereka selain Allah.”
Ilmu
akhlak ini diperlukan dalam rangka memberantas penyakit kejahatan, kekejian,
kemungkaran, kedzaliman, kemaksiatan, pemerasan dan gejala-gejala keburukan
lainnya yang ada pada diri manusia. Salah satu dari tujuan dan faedah
mempelajari akhlak dan Ilmu Akhlak adalah dengan Ilmu Akhlak diharapkan manusia
menyadari bagaimana wajib mereka hidup, bukan bagaimana mereka hidup. Manusia
mampu menyelidiki gerak jiwanya, perkataan dan perbuatan apa yang
dibiasakannya, sampai mampu menemukan mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk. Demikian pula dengan Ilmu Akhlak, diharapkan
manusia mampu menyelidiki aturan-aturan yang menguasai perbuatannya dan
menyelidiki tujuan akhir bagi dirinya.
Pelajaran
akhlak sebenarnya merupakan perincian dari pada takwa sebagai hiasan penerapan
akidah dan ibadah. Dengan mempelajari akhlak, diharapkan manusia terbiasa
melakukan yang baik dikerjakan dan yang buruk ditinggalkan dengan tetap
menuju mardat Allah. Perbuatan ini menyangkut dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Artinya setelah manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang
buruk itu kemudian diresapkan di dalam hati sehingga pengalamannya akan timbul
dari kesadaran sendiri bukan paksaan dari luar, dan merasakan bahwa dirinya
sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial.
5.4 Manfaat Mempelajari Ilmu akhlak
Sebenarnya
manusia itu mampu untuk menyelidiki gerakan jiwanya, perkataan dan
perbuatannya, lalu memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk. Maka dengan mempelajari ilmu akhlak,
manusia akan mampu mengekspresikan perbuatan, tingkah laku, perkataan yang yang
baik dan bijak. Sebenarnya pelajaran akhlak merupakan penjabaran dari takwa
sebagai manifestasi penerapan akidah dan praktik ibadah, sehingga dengan
mempelajarinya manusia diharapkan mampu mengerjakan yang baik dan meninggalkan
yang buruk menuju ridha Allah SWT.
Apa
yang dilakukan oleh manusia mungkin bersangkutan dengan dirinya sendiri,
keluarga dan masyarakat. Setelah manusia mengetahui mana yang baik dan mana
yang buruk, kemudian diresapkan di dalam hati sehingga perbuatannya akan timbul
dari kesadaran sendiri, bukan paksaan dari luar.
Ahmad Amin mengatakan: “Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan
permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya
sebagai yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil
termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang
kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan menginkari utang termasuk
perbuatan buruk”.
Seseorang
yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan
baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik
dan perbuatan yang buruk.
Ilmu
akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai
berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki
IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia
miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia.
Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki
pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka
semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana
dimuka bumi.
Demikian
juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan
ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha
menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari
berbagai perbuatan yang dapat membahayakan dirinya.
Akhlak
juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk
lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan
haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia
adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal
pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan
bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen
akal dansyahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya mengalahkan
akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya bila manusia
dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas
malaikat.
Menurut
Mustafa Zahri: untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan
amarah sehingga hati menjadi suci bersih seperti cermin yang dapat menerima Nur
Tuhan. Jika
tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan
batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan
terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni
lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai
kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.
Orang yang berakhlak
karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan,
antara lain:
1) Mendapat
tempat yang baik di dalam masyarakat.
2) Akan
disenangi orang dalam pergaulan.
3) Akan
dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan.
4) Orang
yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan delam memperoleh
keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
5) Jasa
manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan
kesukaran.
Orang yang berakhlak
dapat memperoleh irsyad, taufiq, dan
hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.
Menurut Drs. Barmawi
Umari disebutkan bahwa:
1) Ilmu
akhlak, dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan
sesuatu pada tempatnya, yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang
sebenarnya.
2) Berakhlak,
dapat memperoleh irsyad, taufiq dan hidayah yang dengan demikian maka Isya
Allah kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan
bahwa manfaat dari akhlak, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan
derajat manusia
Tujuan ilmu pengetahuan
ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental
spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan
orang yang tidak berilmu pengetahuan. Hal ini diterangkan dalam al quran: (Q.S.
Az-Zumar: 9)
“Katakanlah
(hai Muhammad): “Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan
orang-orang yang tidak mberilmu pengetahuan?” Sesungguhnya orang-orang yang
berusahalah yang dapat menerima pelajaran.”
2. Menuntun
kepada kebaikan
Ilmu akhlak bukan sekedar
memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi
dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan
dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Sebagai contoh Rasulullah
SAW. Justru karena beliau mengetahui akhlak, maka jadilah beliau sebagai
manusia yang paling mulia akhlaknya, sebagaimana dinyatakan dalam al quran:
(Q.S. Al-Qalam: 4)
“Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dengan
keterangan tersebut jelaslah bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu yang
mengandung kepada kebaikan, serta memberikan tuntutan kepadanya.
3. Menifestasi
kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan
melahirkan kesempurnaan akhlak. Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak
adalah manifestasi daripada kesempurnaan iman. Sebaiknya tidaklah dipandang
orang itu beriman dengan sungguh-sungguh jika akhlaknya buruk.
Dalam hubungan ini, Abu
Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah SAW.
“orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan
sebaik-baik di antara kamu ialah yang terbaik kepada istrinya.”(H.R.
At-Tirmizi)
4. Keutamaan
dari hari kiamat
Disebutkan dalam berbagai
hadis bahwa Rasulullah SAW menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur akan
menempati kedudukan yang terhormat dari hari kiamat.
“Tiada
sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin dari hari kiamat
daripada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan
kelukan.” (H.R. At-Tirmizi)
5. Kebutuhan
pokok dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor
mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan
akhlak yang baik, tidak dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah
ruah. Akhlak yang luhur itulah yang mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta
dan kasih sayang semua pihak.
Tegasnya
akan meranalah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan
bahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak.
6. Membina
kerukunan antar tetangga
Pentingnya akhlakul
karimah di sini cukup jelas, karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh
karena tidak mengindahkan kode etika. Islam mengajarkan agar mengajarkan agar
antara tetangga dibangun jembatan emas berupa silaturahmi.
7. Untuk
mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Akhlak adalah faktor
mutlak dalam nation dan character building. Suatu bangsa dan negara akan jaya,
apabila warga negaranya terdiri dari orang-orang/masyarakat yang berakhlak
mulia.
8. Dunia
betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Dari dahulu sampai
sekarang, dunia selalu penuh dengan orang-orang baik dan orang-orang jahat.
Jika dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli-ahli hikmah seolah-olah
dunia tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka itu selalu
menggemakan penggilan akhlakul karimah, menyeru umat manusia memiliki pribadi
yang baik lagi luhur.
Sebaliknya
dunia inipun selalu berada dalam kerusuhan, pertentangan dan permusuhan sampai
mengalirkan darah. Masalah ini hakikatnya tidak lepas dari karakter atau akhlak
para pemimpin, di mana dia bertindak sebagai penggerak dan pelakunya. Tepat
sekali apa yang dinyatakan Allah dalam al quran:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)." (Q.S. Ar. Rum: 41)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar