1.
Landasan Akhlak
Dalam
Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat
seseorang itu baik atau buruk adalah
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah, itulah yang baik untukdijadikan pegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah, berarti tidak baik dan harus dijauhi.
Ketika
ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW., Aisyah menjawab
“akhlak Rasulullah adalah Al-qur’an.”
Maksud
perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan Rasulullah SAW., baik
yang zahir maupun yang batin senantiasa mengikti petunujuk dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala
perbuatan yang bruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Qur’an.
Kepentingan
akhlak dalama kehidupan manusia dinyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an menerangkan berbagai pendekata yang meletakkan Al-Qur’an sebagai
sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling jelas. Pendekatan
Al-Qur’an dalam menerangkan akhlak yang
mulia, bukan pendekatan teoretikal, melainkan dalam bentuk konseptual
dan penghayatan. Akhlak mulai dan akhlak buruk digambarkan dalam perwatakan
manusia, dalam sejarah dan dalam realitas kehidupan manusia semasa Al-Qur’an
diturunkan.
Al-Qur’an
menggambarkan akidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan
gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding
terbalik dengan perwatakan orang-orang kafir dan munafik yang jelek, zalim, dan
rendah hati. Gambaran akhlak mulia dan akhak keji begitu jelas dalam perilaku
manusia di sepanjang sejarah. Al-Qur’an juga menggambarkan perjuangan para
rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan
ketika mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang
menggagalkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan
murni itu.
Allah SWT. Berfirman:
Artinya:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan Kitab yang menerangkan(15) Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang
yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus(16).”
(Q.S. Al-Maidah [5]: 15-16)
2.
Kedudukan Akhlak
Dalam
Islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu sebagai
salah satu rukun agama Islam. Dalam
kaitan ini, Rasulullah SAW. Pernah ditanya, “Beragam itu apa?” Beliau menjawab,
“Berakhlak yang baik” (H.R. Muslim). Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat
ketika melihat bahwa salah satu sumber akhlak adalah wahyu.
Akhlak
memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yan bersifat individual maupun
kolektif. Tak heran jika kemudian Al-Qur’an memberi penekanan terhadapnya.
Al-Qur’an meletakkan dasar-dasar akhlak mulia. Demikian pula Al-Hadis telah
memberikan porsi cukup banyak dalam bidang akhlak. Menurut satu penelitian,
dari 60.000 hadis, 20.000 di antaranya berkenaan dengan akidah, sementara
sisanya (40.000) berkenaan dengan akhlak dan muamalah. Ini dapat dijadikan
sebagai bukti bahwa Al-Hadis, sebagaimana Al-Qur’an, sangat memerhatikan urusan
akhlak.
Di
antara hadis yang menekankan pentingnya akhlak adalah sabda Rasulullah SAW:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus
akhlaknya.”
(H.R. At-Tirmidzi)
“sesungguhnya,seorang mukmin akan
bisa mencapai derajat shalat malam dan orang yang puasa dengan akhlaknya yang
mulia.”
(H.R. Ahmad)
Islam menuntut setiap
pemeluknya untuk menjadikan Rasulullah SAW. Sebagai contoh dalam segala aspek
kehidupan. Khusus dalam akhlak, Allah AWT. Memuji beliau dengan diiringi
sumpah:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(Q.S. Al-Qalam [68]:4)
Nabi Muhammad SAW. Pun
menggambarkan bahwa orang yang palig sempurna keimanannya di antara umatnya
adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan demikian, sebagiannya seorang muslim
berusaha dan bersemangat untuk memiliki akhlak yang baik dan merujuk kepada
Rasulullah SAW. Dalam berakhlak.
Dalam kaitan dengan
kedudukan akhlak, Ibnu Maskawaih menerangkan,
“Islam pada hakikatnya adalah suatu aliran etika. Islam memperbaiki budi
pekerti manusia sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota
masyarakat pergaulan bersama. Islam menanamkan bibit cinta kasih sayang di
dalam jiwa manusia.”
Paparan
ini, dengan jelas menunjukkan bahwa risalah Islam memperjuangkan kesempurnaan,
kebaikan, dan keutamaan akhlak. Dengan demikian, Umat Islam merupakan model
terbaik bagi implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana deiperlihatkan dengan
baik oleh Rasulullah SAW. Dan para pengikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar