Rabu, 04 Januari 2017

Teori Kepemimpinan



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu teori pun yang dirasakan paling sempurna.
            Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat batasan tentang pengertian tersebut. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting bagi manajer. Para manajer merupakan pemimpin (dalam organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak perlu menjadi manajer. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sadangkan manajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi.
            Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/ bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Pemimpin ada dua yaitu pemimpin formal, yaitu orang yang oleh organisasi ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan denganya untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin informal, yaitu orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja teori pembentukan kepemimpinan?
2.      Apa saja teori kepemimpinan?

C.    Tujuan
           
            Berangkat dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis bertujuan memberikan pemahaman mengenai:
1.      Agar mengetahui teori pembentukan kepemimpinan
2.      Agar mengetahui teori kepemimpinan



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Pembentukan Kepemimpinan
            Berdasarkan pengalaman kajian empirik dan analisa para ahlia ada tiga teori tentang timbulnya kepemimpinan  yaitu:
1.    Teori Genetik, dimana seseorang telah ditakdirkan untuk memiliki bakat-bakat kepemimpinan sejak ia dilahirkan sebagai suatu keturunan menurut kodrat alam.
2.    Teori Sosial, yaitu seseorang bisa menjadi pemimpin apabila ia dididik  dan diberi pengalaman tentang kepemimpinan.
3.    Teori Ekologis, teori ini lahir sebagai respon terhadap kedua teori diatas dimana seseorang akan menjadipemimpin yang baik, apabila sejak lahirnya dikaruniai bakat kepemimpinan yang dikembangkan secara teratur dan pengalaman-pengalaman kerja sehingga bakatnya berkembang menjadi kepribadiannya.[1][1]
            Sebenarnya untuk lahirnya seorang pemimpin yang jitu, dapat memenuhi seluruh persyaratan yang diharapkan sukar sekali. Juga untuk memperoleh seorang pemimpin itu tidak mudah, begitu saja dicetak atau diproduksi dibangku sekoloah/pendidikan tetapi kematangan seorang pemimpin itu akan dipengaruhi oleh : (1). Nilai-nilai dan sikap pribadi. (2). Pengetahuannya. (3). Kecerdasannya. (4). Komunisakasi dan ekologi yang memperhatikan adanya interaksi antara lingkungan dan manusia itu baik lingkungan biologis, sosial maupun fisik.
            Ukuran sejati seorang pemimpin ialah kesangguapannya dalam mendapatkan orang-orang lain bertindak, untuk membantu hasil-hasil yang akan dituju. Dasar pemimpin yang baik ada tiga (3). Dugaan yang menjadi faktor utama dalam kemajuan yaitu : (1). Seseorang bisa mendapatkan salah satu sumber kepuasan yang tak terhingga misalnya didalam pekerjaannya yang dilakukannya. (2). Dapat menciptakan syarat-syarat yang akan membantu bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan. (3). Orang-orang ingin memikul tanggung jawab. Efektifitas pemimpin akan langsung berhubungan dengan mutu keputusan-keputusan yang diambilnya. Dengan cepat mencapai sasaran yang telah ditetapkan, tanpa adanya penghamburan baik biaya maupun teknis-teknis penyelenggaraan. Kecakapan kepemimpinan seseorang itu menurut banyak ditentukan oleh : 1). Kondisi kemasakan kepemimpinan (Leadhership Maturity Conditions). 2). Hbungan antar pergaulan pemimpin (Leadership Human Relationship). 3). Tugas kewajiban  kepemimpinan (Function Of Leader).  (Wiyono Hadikusumo : 1973).
            Dalam hal kemasakan kepemimpinan itu seseorang akan ditentukan oleh suatu tingkat dmana terdapat pendewasaan dirinya dengan kesadaran penghayatan serta berminat mempelajari segala sesuatu kekurangannya. Dalam hal ini akan Nampak sesuatu kewibawaan serta kedewasaan apabila pada suatu waktu ia mengenai persoalan, maka nampaklah pada dirinya suatu sikap kematangan emosional yang dapat menguasai jiwanya dalam berbuat sesuatu, seperti : (1) Pandangan yang terarah pada persoalan yang dihadapi dengan kesiapan untuk menyelesaikannya. (2) Kepercayaan akan kemampuan untuk dihadapi dengan antusias untuk dirinya. (3) Rasa tanggung jawab atas perbuatannya. (4) Dasar pertimbangan yang objektif dan tidak meragukan. (5) Mau melakukannya dengan melakukan pengorbanan yang terjadi pada dirinya. (6) Serta kewibawaan yang memancar pada dirinya dimana orang-orang merasa hormat dan segan kemampuan. Arti kepemimpinan yang efektif adalah sikap atas sikap dan perilaku bawahan. Sehingga ia dalam sikap serta perbuatannya tidak ada yang tercela serta percaya akan kemampuan yang ada pada dirinya. Dalam hubungan kemanusaiaan, serta pemimpin dan bawahannya atau dengan para pemimpin yang lainnya hal itu terjadi sebagai pelajaran manusia sosial. Dimana harus disadari bahwa manusia tidak bisa hidup menyendiri terlepas dari yang lainnya. Yang jelas ia pasti akan membutuhkannya. Apalagi bagi seseorang yang dinamakan pemimpin itu harus mengadapi para bawahannya, mereka sebagai manusia mempunyai perasaan yang sama. Hubungan-hubungan sosial adalah hubungan-hubungan batin yang senantiasa terjadi dengan spontan apabila ada sejumlah manusia berada bersama-sama disuatu tempat atau sewaktu-waktu, maka sadar maupun tidak hubungan ini akan terdapat. Sebab hakikat manusia itu adalah merupakan jalinan individualitas dan makhluk sosial. Kita harus mengetahui hal ikhwal pembantu-pembantu yang dekat, mereka nanti akan mencontoh, dengan demikian sikap dan cara pemimpin akan ditiru dilapisan-lapisanbawah. Sebagai penolong daya ingat, buatlah sistem kartu dari pekerjaanya setiap dirinya pekerja yang memuat keterangan-keterangan hal ikhwal dirinya. Sebelum berhubungan dengan seseorang bacalah dahulu kartu yang bersangkutan dan wujudkan dalam pembicaraan bahwa kita benar-benar menaruh perhatian pimpinan dirinya (sikap jiwa empathy). Kalau pekerja merasa atau mendapat kesan bahwa dirinya diperhatikan oleh dirinya, maka ia merasa lebih rela bekerja dengan sungguh-sungguh bahkan memberikan lebih daripada yang diwajibkan, akhirnya bisa menimbulkan kesediaan mengarungi samudera dan lautan apapun untuk pimpinannya itu. Inilah pertanda adanya human relation yang ideal, pertanda-pertanda lain dengan adanya relation yang baik suasana psikologi yang subur bagi perusahaan dan menyenangkan pesertanya, adanya keikhlasan yang baik antar pemimpin dan bawahannya serta adanya usaha untuk merundingkan secara damai dalam kerukunan kerja. Faktor komunikasi timbal balik serta disiplin hidup dalam bekerja menimbulkan gairah kerja untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam hal ini fungsi dan tugas kepemimpinan sudah sewajarnya diketahui pimpinan bahwa ia tahu wewenang yang diterimanya dengan disertai tanggung jawab dan pertanggung jawabannya. Tugas utamanya terfokus pada upaya memberikan visi, motivasi, inspirasi, atasan serta memfasilitasi dalam kerja sama untuk menentukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sehingga para bawahan bisa mencapai tujuannya.
            Semua fungsi ini harus bisa diketahui oleh seorang pimpinan, ia tidak bisa mengelakan dirinya bahwa dirinya tidak tahu semua itu. Ia bukan ditentukan oleh posisinya tapi oleh fungsinya sebagai pemimpin serta kompetensi kepemimpinan yang dimilikinya.[2][2]

B.     Teori Kepemimpinan
Ada beberapa teori kepemimpinan yang dikemukakan anatara lain:
1.      Teori Sifat
            Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
a.       pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b.      sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
c.       kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.  
            Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.[3][3]
2.      Teori Perilaku
            Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.       konsiderasi dan struktur inisiasi
            Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b.      berorientasi kepada bawahan dan produksi
            perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.[4][4]
            Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
            Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443).
3.      Teori Situasional
            Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
1.      Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
2.      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
3.      Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
4.      Norma yang dianut kelompok
5.      Rentang kendali
6.      Ancaman dari luar organisasi
7.      Tingkat stress
8.      Iklim yang terdapat dalam organisasi.
            Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
4.      Teori orang-orang terkemuka
            Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
5.      Teori lingkungan
            Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
6.      Teori personal situasional
            Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
7.      Teori interaksi harapan
            Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
8.      Teori humanistik
            Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
9.      Teori pertukaran
            Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.[5][5]

  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a)      Teori pembentukan kepemimpinan
            Teori pembentukan kepemimpinan menurut Dr. Sondang P. Siagian ada 3 :
1.      Teori genetik
2.      Teori sosial
3.      Teori ekologis
b)      Teori kepemimpinan
            Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seni perilaku pemimpin di konsep kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang sejarah kepemimpinan, sebab musabab munculnya pemimpin, tipe dan gaya kepemimpinan serta syarat-syarat kepemimpinan.
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan selalu berkaitan dengan 3 hal antara lain :
1. Kekuasaan
2. Kewibawaan
3. Kemampuan
Macam-macam teori kepemimpinan menurut H. Koontz dan C.O. Donnel dalam bukunya principles of manajement :
1.      Teori penganut sifat
2.      Teori penganut situasi
3.      Teori pengikut pemimpin
4.      Teori lingkungan
5.      Teori tentang perilaku
6.      Teori tentang humanistik
7.      Teori tentang interaksi harapan
8.      Teori tentang pertukaran
9.      Teori tentang siklus hidup
B.     Saran
            Dalam sebuah organisasi keberadaan pemimpin memang sangat penting karena pemimpin sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan suatu organisasi. Oleh karena itu, setelah pembaca memahami isi makalah yang dibuat, penulis berharap teori dalam kepemimpinan bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.





[1][1] Ukas Maman , Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi,  2004,  Agnini Bandung.


[2][2] M. Karjadi, Kepemimpinan ( Leadership ), Bogor, 1987.

[3][3] Drs. Soeharto Rujiatmojo, Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia, 1984, Jakarta.

[4][4] Dr. Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998.



[5][5] Dr. Winardi, SE, Asas-Asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1979.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar