BAB
VI
6.1 Pembagian Akhlak
Secara
umum akhlak dalam perspektif ilmu dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: Akhlak Falsafi atau akhlak teoritik
yaitu akhlak yang menggali kandungan al quran dan as sunnah secara mendalam,
rasional untuk dirumuskan sebagai teori dalam bertindak. Akhlak falsafi juga mengompromikan ajaran-ajaran yang terkandung
dalam al-qur’an dan as sunnah dengan pemikiran pemikiran filosofis dan
pemikiran sufistik. Amir Syukur menyatakan bahwa akhlak falsafi cenderung mengedepankan pemahaman filosofis tentang
berbagai teori yang mengandung rumusan tentang konsep-konsep pergaulan manusia
dengan sesama manusia dan komunikasi dengan Allah Swt.
Akhlak Amali
atau akhlak praktis yaitu dalam arti yang sebenarnya, berupa perbuatan, sedikit
bicara dan banyak bekerja. Akhlak Amali
tidak banyak mengumbar janji melainkan memberi banyak bukti. Misalnya, akhlak
dalam beribadah dibuktikan dengan melaksanakan sholat, zakat, saum ramadhan,
banyak berzikir dan amalan-amalan lain yang mendatangkan kemaslahatan.
Akhlak fardhi
atau akhlak individu, yaitu perbuatan seseorang manusia yang tidak terkait
dengan orang lain. Akhlak individu sebagai awal dari hak asasi manusia dalam
berpikir, berbicara, berbuat, dan melakukan pengembangan diri. Akhlak ini
dilindungi oleh norma-norma yang berlaku, baik norma al quran dan as sunnah,
norma hukum maupun norma budaya. Misalnya, akhlak berpolitik dalam pemilihan
umum, akhlak dalam mengurus hak milik pribadi, akhlak dalam memilih agama yang
dianut, akhlak dalam meraih cita-cita, dan sebagainya.
Akhlak Ijtima’i
atau akhlak jamaah, yaitu tindakan
yang disepakati secara bersama-sama,misalnya akhlak organisasi, akhlak partai
politik, akhlak masyarakat yang normatif, dan akhlak yang merujuk pada adat
kebiasaan. Akhlak jamaah biasanya
didasarkan pada hasil musyawarah mufakat yang dipimpin oleh ketua atau pemimpin
yang diakui kredibilitas dan legalitasnya oleh semuan anggota masyarakat atau
organisasi tertentu. Setiap keputusan mengandung kehendak bersama dan akan
berdampak secara positif atau negatif kepada seluruh anggota masyarakat.
Misalnya,
MUI memutuskan bahwa merokok bagi anak kecil dan wanita yang sedang hamil
hukumnya haram. Fatwa tersebut disepakati bersama oleh seluruh pengurus dan
anggota MUI, dan yang harus memberi contoh adalah seluruh pengurus MUI,
misalnya berhenti merokok. Jika masih merokok, anggota MUI belum dapat
dikatakan sebagai orang yang konsisten dengan keputusan yang telah
ditetapkannya, meskipun keharaman merokok hanya bagi anak kecil,wanita hamil,
dan merokok di tempat umum yang akan merugikan orang -orang yang ada
disekitarnya.
Contoh
lainnya adalah keputusan musyawarah dalam muktamar ormas Islam yang kemudian
ditetapkan sebagai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ormas bersangkutan,
seperti hak dipilih menjadi ketua umum ormas Islam dibatasi hanya sampai dua
periode. Keputusan tersebut secara otomatis menjadi pedoman berakhlak bagi
seluruh anggota ormas tersebut. Jika tiba-tiba keputusan itu dilanggar , dapat
disebut sebagai akhlak yang terpuji secara jamaah.
6.2
Macam-Macam Akhlak
Macam-macam
akhlak berkaitan dengan tasawuf akhlaqi.
Yaitu tasawuf yang mengutamakan bentuk praktis dalam tingkah laku sesuai dengan
syariat yang diajarkan Allah SWT. Tasawuf yang benar bukan tasawuf yang
terlepas dari aturan al quran dan as sunnah. Tetapi tasawuf yang benar adalah
yang berpegang erat teguh utuh pada aturan-aturan agama yang menyatukan
prinsip-prinsip akidah dan syariat dalam beragama dan bermualah.
Aliran tasawuf mengutamakan
pendektan-pendekatan tertentu untuk mengapai kecintaan Allah SWT kepada
dirinya. Pengetahuan Allah SWT digapai 3 cara, yaitu:
1. Takhalli
sebagai langkah pertama yang harus di lakukan oleh orang sufi dengan cara
mengosongkan diri dari akhlak tercela serta memerdekaan diri dari hawa nafsu.
2. Tahalli
sebagai upaya mengisi jiwa akhlak yang terpuji. jiwa dikosongkan otak
dicuci,dan tindakan hawa nafsu.
3. Tajalli
yaitu terungkapnya cahaya kegaiban atau nur gaib. Manusia yang telah melakukan
kesadaran yang tertinggi dengan cara membiasakan kehidupannya dengan akhlak
yang terpuji.
Macam-macam akhlak juga
terbagi dua yaitu:
1. Akhlak
Berdasarkan Sifatnya, yaitu:
Akhlak terpuji atau
akhlak mulia yang di sebut dengan akhlakul karimah. Akhlakul karimah adalah
akhlak yanga di kehendaki oleh Allah SWT dan di contohkan oleh rasulullah SAW
Akhlak ini dapat di artikan sebagai akhlak orang-orang yang berimandan bertaqwa
kepada Allah SWT.
Akhlak
tercela atau akhlak yang dibenci yakni disebut akhlakul
al mazmumah. Akhlakul
madzmumah adalah akhlak
yang di benci Allah SWT, sebagaimana akhlak orang-orang kafir, orang-orang
musyrik,dan orang-orang munafik.
Allah berfirman dalam
surat al-fatihah ayat 1-7:
“Dengan menyebut nama Allah yang maha
pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam. Yang
maha pengasiah, maha penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada
Engkaulah, kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) orang-orang yang telah Engkau beri
ni’mat kepada mereka; (bukan) jalan mereka yang di murkai; dan bukan( pula
jalan) yang sesat.”
Surat al fatihah di atas menerangkan akhlak orang-orang
yang terpuji dan akhlak orang-orang yang tercela. Salah satunya, Menurut surat
ini orang-orang yang memiliki akhlak terpuji adalah orang-orang yang jika
mereka hendak melakukan sesuatu, mereka akan membaca basmallah terlebih dahulu.
Sedangkan orang-orang yang memiliki akhlak tercela tidak.
2. Akhlak
berdasarkan objeknya
Akhlak yang berhubungan
dengan Allah diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Mentauhidkan
Allah
Salah satu bentuk
akhlakul mahmudah adalah menauhidkan allah. yang dimaksud menauhidkan allah
adalah mempertegas keesan allah.
2) Takwa
kepada Allah
Kalimat “itaqillah” (berdakwalah kepada allah)
jika diterjamaahkan secara harfiyah akan menjadi jauhilah allah atau
hindarkanlah dirimu dari Allah. Tentunya hal ini mustahil dapat dilakukan
manusia. Ulama ulama berpendapat bahwa sesungguhnya satu kata yang tersirat
antara “Hindarkanlah”
dan “Allah”. Kata yang tersirat itu
adalah siksa/hukuman. Yang dimaksud mengindarilah Allah adalah menghindari
siksa/hukumannya.
3) Akhlak
terhadap diri sendiri
Diantara akhlak terpuji
terhadap diri sendiri adalah sebagai berikut:
Ø Sabar,
adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridaan tuhannya
dan menggantinya dengan bersungguh-sungguh.
Ø Syukur, merupakan sikap seseorang untuk
menggunakan Nikmat yang diberikan Allah SWT. Bentuk syukur ini ditandai dengan
keyakinan hati bahwa nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT.
4) Akhlak
terhadap keluarga
Ø berbakti
kepada orangtua
Berbakti kepada kedua orangtua
merupakan faktor utama di terimanya do’a seseorang juga merupaka amal saleh
paling utama yang di lakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali ayat al quran
atau hadits yang menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua orangtua. Oleh
karena itu, perbuatan terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk
selamanya dan di cintai oleh setiap insan setiap masa.
Salah
satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orangtua, di samping melaksanakan ketaatan
atas perintah allah SWT adalah
menghapus dosa-dosa besar. Hal itu sebagaimana tergambar dalam ucapan ali bin
abi tholib, demikian pula yang dikatakan ibnu abdul al-bar dari almakhul.
Ø Bersikap
baik kepada saudara
Dalam hubungan bersaudara
kita harus memiliki rasa saling menyayangi, karena agama kita pun memerintahkan
untuk berbuat baik kepada sanak saudara atau kaum kerabat sesudah menunaikan
kewajiban kepada Alloh SWT dan ibu bapak. Hidup rukun dan damai dangan saudara
dapat tercapai apabila hubunga tetap terjalin dengan saling pengertian dan
tolong-menolong.
Pertalian
kerabat itu di mulai dari yang lebih dekat dengan menurut tertibnya sampai
kepada yang lebih jauh. Kita wajib membantu mereka, apabila mereka dalam
kesukaran. Sebab, dalam hidup ini, hampir semua orang mengalami berbagai
kesukaran dan kegoncangan jiwa. Apabila mereka memerlukan pertolongan yang
bersifat benda, bantulah dengan benda. Apabila mereka mengalami kegoncangan
jiwa atau kegelisahan, cobalah menghibur mereka dan hubungan persaudaraan lebih
terkesan dan lebih dekat apabila saling menghargai satu sama lain.
5) Akhlak
terhadap masyarakat
Ø Berbuat
baik kepada tetangga
Tetangga adalah orang
yang terdekat dengan kita dekat bukan karna pertalian darah atau pertalian
persaudaraan bahkan mungkin tidak seagama dengan kita.dekat disini adalah orang
yang tinggal berdekatan dengan rumah kita. Ada atsar yang menunjukan bahwa
tetangga adalah empat puluh rumah dari setiap penjuru mata angin.dengan
demikian tidak diragukan lagi bahwa yang berdekatan dengan rumah mu adalah
tetangga.
6.3
Hikmah Mempelajari Ilmu Akhlaq
Ilmu
akhlak sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, ilmu
ini pantas untuk dipelajari dan dipahami secara mendalam.Kalau berpijak dari
ilmu, Ilmu akhlak berarti akhlaq yang berpijak dari pengetahuan yang digali
dari berbagai pendekatan dan hasil hasil penelitian. Pendekatan ilmiah dapat
dilakukan dengan menggali hikmah dari pengalaman kehidupan manusia, dari
perjalanan sejarah manusia dan kebudayaan, serta dari cara pandang manusia terhadap
lingkungan disekitarnya.
Pendekatan
tersebut adalah pendekatan empirik, yang berpegang pada pengalaman sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Dalam pendekatan empirik, kebenaran adalah segala
sesuatu yang telah dialami dan bersifat objektif. Visualitas kebenaran didukung
oleh pancaindra dan penyimpulan dari berbagai pengalaman manusia yang saling
berhubungan.
Karena
itu, sejarah masa lalu, kisah-kisah umat terdahulu, dan mungkin saja pemaknaan
dan penafsiran terhadap legenda dan mitos-mitos dapat diambil hikmah dan
dijadikan pelajaran oleh umat manusia sekarang dan yang akan datang. Sejarah
kehidupan merupakan cermin untuk melihat kelemahan manusia,untuk kemudian
memperbaikinya. Akhlak umat manusia terdahulu merupakan syariat yang terus
menerus disempurnakan atau direformasi dan direkronstuksi demi kepentingan masa
depan manusia.
Generasi
yang akan datang akan menimba hikmah kehidupan umat terdahulu, dan jika
generasi baru tidak peduli dan kurang pandai membaca situasi dan kondisi yang
akan datang, mereka akan menemukan masalah yang lebih berat dan mengalami
kesulitan untuk memecahkannya. Sebab itu, pandai-pandailah belajar dari sejarah
masa lalu agar setiap kebodohan dan ketertinggalannya tidak
dipelihara,melainkan digantikan oleh pola kehidupan yang lebih inovatif dan
konstruktif.
Tujuan
kita mempelajari ilmu akhlak dan permasalahnnya menyebabkan kita dapat
menetapkan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak
juga akan berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dari
perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan
rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui fikih, sedangkan rohani
dibersihkan secara batiniah melalui akhlak.
Dengan
mengetahui akhlak yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya dan mendapatan
manfaat juga keuntungan darinya, sedangkan dengan mengetahui yang buruk ia akan
terdorong untuk meninggalkannya dan terhindar dari bahaya yang menyesatkan. Jika
ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memliki kebersihan batin yang
pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji.
Diantara perbuatan yang
terpuji ini mendapatkan manfaat besar bagi kehidupan kita, yaitu :
1) Peningkatan
amal ibadah yang lebih baik dan khusyuk, serta
lebih ikhlas.
2) Peningkatan
ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam kehidupan sebagai individu dan
anggota masyarakat.
3) Peningkatan
kemampuan sumber daya diri agar lebih mandiri dan berprestasi.
4) Peningkatan
kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturahmi positif, dan membangun ukhuwah
atau persaudaraan dengan sesama manusia dan sesama muslim. Ukhuwah yang terus diwujudkan adalah:
(a) ukhuwah basyariah, yaitu persaudaraan antarmanusia yang
berprinsip pada persamaan derajat sebagai manusiaatau al musawwah, (b) ukhuwah
insaniyah,yaitu persaudaraan antarmanusia yang beretika dan saling memahami
diri dari segala kelebihan maupun kekurangannya, (c) ukhuwah wathaniyah,persaudaraan antar bangsa atau antarnegara,
sebagai bagian dari diplomasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan melalui prinsip
kemerdekaan,kesatupaduan insani, dan kesejajaran atau kesetaraan.
5) Peningkatan
penghambaan jiwa kepada Allah SWT. Yang menciptakan manusia dan alam jagad raya
beserta isinya. Kesadaran terdalam dari manusia adalah menyadari betapa diri
manusia sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan Allah SWT kecuali Allah SWT memberikan
kekuatan dan kemampuan kepada manusia untuk bertindak.
6) Peningkatan
kepandaian bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT. Atas segala nikmat
yang telah diberikannya tanpa batas dan
tanpa pilih bulu.
7) Peningkatan
strategi beramal saleh yang dibangun oleh ilmu yang rasional,yang akan
membedakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang taklid disebabkan oleh kebodohannya.
8) Dalam
berakhlak, manusia
yang mengaku muslim dan mukmin, hendaknya
bercermin pada akhlak Rasulullah SAW. Karena
beliau memiliki akhlak yang sangat luhur dan mulia. Beliau adalah orang yang
tanpa cacat karena selalu dijaga oleh Allah SWT.
9) Dengan
mempelajari ilmu akhlak, tindakan manusia akan diukur secara kualitatif dan
mempertimbangkan syariat yang benar, yang datang dari ajaran Allah SWT dan
Rasul-Nya.
6.4 Indikator Akhlak Terpuji dan Akhlak
Tercela
Pengertian indikator
menurut para ahli:
Ø Menurut
WHO, indikator adalah pariabel yang membantu
kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung
maupun tidak langsung
Ø Menurut
Darwin Syah, indikator adalah tanda atao ciri-ciri siswa sudah mampu memenuhi
kompetensi dasar yang di terapkan.
Ø Menurut
Wilson dan Sapanuchart, indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu
kejadian atau kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah
indikator bagi status gizi bayi tersebut.
Ø Menurut
buku petunjuk teknis standar pelayanan minimal idang kesehatan di
kabupaten/kota.
Indikator akhlak terpuji
dan akhlak tercela:
1. Baik
dan buruk menurut agama
Baik dan buruk akhlak
manusia dapat kita lihat dari prilaku sehari-harinya, karena perilaku manusia pasti berubah-ubah.
Manusia wajib mengetahui dan memahami makna baik dan buruk yang benar, karena
pada kenyataannya yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah.
begitupun sebaliknya, yang buruk menurut manusia belum tentu buruk buruk
menurut Allah, dan pada dasarnya akal pemikirang manusia dan kemampuan manusia
sangat terbatas.
Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah sama antara kebaikan
dengan kejahatan, tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan
diantara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik
itu) tidak di anugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar.”
Indikator utama dari
perbuatan yang baik adalah sebagai berikut:
Ø Perbuatan
yang di perintahkan oleh ajaran Allah dan rasulullah SAW yang termuat dalam
al-qur’an dan as-sunnah
Ø Perbuatan
yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat.
Ø Perbuatan
yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia.
Ø Indikator
perbuatan yang buruk atau akhlak yang tercela adalah sebagai berikut:
Ø Perbuatan
yang di dorong oleh hawa nafsu yang datangnya dari setan.
Ø Perbuatan
yang membahaykan kehidupan di dunia dan merugikan di akhirat.
Ø Perbuatan
yang menjadikan permusuhan dan kebencian.
Ø Al
quran banyak menyajikan ayat-ayat yang mengemukakan akhlak yang baik. Juga
menyajikan indikator akhlak secara langsung dalam ayat tersebut. Misalnya,
dalam al quran surat al furqon ayat:63
“Dan
hamba-hamba tuhan yang maha penyayang (ialah) orang-orang yang berjalan diatas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”
Dari ayat di atas dapat
di simpulkan indikator aklak yang baik yaitu tidak sombong, rendah hati dan
murah senyum.
Indikator akhlak terpuji
dalam filsafat:
Ø Pandangan-pandangan
tentang akhalak dalam kajian filsafat melahirkan berbagai aliran yang kemudian
di golongkan dalam aliran etika ataufilsafat etika.
Ø Indikator
akhlak baik dan buruk dalam ilmu
Ø Dalam
perspektif ilmu, akhlak yang benar adalah yang di dasarkan pada rasio. Oleh
karena itu manusia berakhlak harus rasional.
Ø Indikator
akhlak baik dan buruk perspektif budaya
Ø Budaya
berasal dari dua kata, yaitu “budi”
artinya akal dan “akal”
artinya kekuatan. Dengan demikian, budaya di artikan sebagai kekuatan akal.
Akhlak baik dan buruk dalam perspektif kebudayaan adalah dengan melihat dan
meneliti cara kerja dan cara berfikir manusia untuk mengembangkan kehidupannya
dari generasi ke generasi.
Ø Indikator
akhlak yang terpuji atau tercela menurut kebudayaan sifatnya sangat relatif
karena sistem normatif yang di jadikan standar baik dan buruk adalah tradisi
yang telah terlrmbaakan. Akan tetapi tradisi normatif ddapat berasal dari
berbagai sumber, yaitu agama, legenda, mitos dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar