- PENDAHULUAN
Setelah
khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan
politik islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya
tercabik-cabik dalam beberapa Kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur
akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di
situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat
kekuasaan islam yang lain.
Setelan
Bani Abbas mengalami kehancuran, umat islam bangkit kembali dengan adanya
kerajaan-kerajaan Usmani, Mughal dan Safawi. Kerajan-kerajaan tersebut
merupakan tiga kerajaan terbesar pada masa itu. Akan tetapi dalam
perjalanannya, ketiga kerajaan tersebut juga mengalami kemunduran dan
kehancuran. Apa penyebab kehancuran dan kemunduran ketiga kerajaan tersebut ?.
Makalah
ini akan membahas bagaimana kehancuran dan kemunduran tiga kerajaan besar bagi
umat islam tersebut yaitu kerajaan safawi, mughal dan usmani.
- PEMBAHASAN
- Sejarah Singkat Kerajaan (Usmani, Mughal Dan Safawi)
- Kerajaan Usmani.
Pendiri
kerajaan ini adalah dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan
daerah utara Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke
Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan
atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan
serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah
barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka
orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Di sana, di bawah
pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk
yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka,
Sultan Alaudin mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dengan memilih kota Syukud
sebagai ibu kota.1
Ertoghrul
meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman.
Putra Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah antara
tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada Sultan
Aliuddin II dengan keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang
Kerajaan Saljuk dan sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian
terpecah-pecah dalam beberapa Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah,
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang
sering disebut juga Usman I.
Setelah
Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan
dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu
kota Kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M)
Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M,
Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M)
daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali di duduki Kerajaan
Usmani.2
- Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan
safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, di dirikan pda waktu
yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan usmani. Nama Safawiyah diambil
dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu rerus
dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu
dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.3
Safi
Al-Din berasal dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan
hidupnya. Ia keturunan dari iman syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya
bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan
julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus
meertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut torekat ini sangat teguh memegang
ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi
oran-orang ingkar.4
- Kerajaan Mughal di India
Kerajaan
mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di
antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda.
Kerajaan mughal bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua India. Awal
kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada masa kalifah Al-Walid, dari
Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah
di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.5
Kerajaan
Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526,
apabila dia mengalahkan Ibrahim
Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran
pertama Panipat. Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan Humayun, tetapi di bawah Akbar,
ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga akhir
pemerintahan Aurangzeb. Selepas kemangkatan Aurangzeb
pada tahun 1707,
kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah di benua India selama 150 tahun berikutnya. Dalam
tahun 1739
ia dikalahkan oleh tentera Persia di bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun 1756
tentera Ahmad Shah merompak Delhi sekali lagi. Kekalahan
terakhir ditangan Empire British pada tahun 1857,
walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa kuasa
pemerintahan sebenar.6
- KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
- Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal
Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu safi
mirza (1628-1642 M), abas II (1642-1667 M), sulaiman (1667-1694 M), Husain
(1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa
raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang,
tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada
kehancuran.
Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi, antara lain:
- Para Pemimpin yang lemah.
Safi Mirza, cucu abbas I,
adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar
kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh abbas I
segera menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah afganistan ) lepas
dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu
dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara baghdad direbut oleh kerajaan
Usmani.
- Para Pemimpin suka minum-minuman keras.
Abbas
II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan
meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota
Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang
pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya.
Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah
Husein yang alim. Pengganti sulaiman ini meberi kekuasaan yang besar kepada
para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadapa penganut aliran
Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga
mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.7
- adanya dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat proses kehancuran kerajaan Safawi.
- konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah.8
- karena pasukan ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.9
- adanya konflik internal kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.10
- Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah
satu setengah abad dinasti mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran. Kekutan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat
jpusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu semakin lama semakin
mengancam. Sememntara itu pedagang inggris untuk pertamakalinya diizinkan oleh
Jehangir menanamkan modal di india, dengan didukung oleh kekutan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul
tapi dapat diatasi. Pemberontakan ini bermula dari tindakan aurangzeb yang
dengan keras menerapkan pemikiran Puritanismenya. Setelah ia
wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya.
Ada
bebrapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu
setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M, yaitu :
- Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
- Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
- Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
- Terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.11
- Kemunduran Kerajaan Usmani
Setelah
Sultan Al-Qanuni wafat ( 1566 M) kerajaan turki usmani mulai mengalami fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh
Salim II (1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada
laut kerajaan usmani dengan armada laut Bundukia , angkatan sri paus, dan
sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari sepanyol.
Pertempuran ini, Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia
dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III
pada tahun 1575 M tunisia dapat direbut kembali.
Banyak
faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemundruan, diantaran
adalah :
- Wilayah kekuasaan yang sangat luas. Administrasi pemerintahan yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi kerajaan Usmani tidak beres.12
- Heterogenitas penduduk. Dengan luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan agama dari berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
- Kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya, akibatnya pemerintah menjadi kacau dan tidak kondusif.
- Budaya pungli atau kalau penulis boleh katakan dengan istilah “korupsi sudah membudaya”. Setiap jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.13
- Pemberontakan tentara Jenissari. Jernissari adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas dalam ekspansi militer dalam memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara Jenissari sendiri melakukan pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826.14
- Merosotnya ekonomi. Hal ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran digunakan untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja negara banyak.
- Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan pengembangan kekuatan militer.
Demikian
beberapa faktor kemunduran atau kehancuran kerajaan Usmani, yang pada waktu
bersamaan pula, menjadi awal dari kekuatan-kekuatan Eropa untuk menduduki
wilayah-wilayah yang pernah diduduki oleh kerajaan Usmani.
- Kemajuan Eropa (Barat)
Bersama
waktunya dengan kemunduran tigakerajaan Islam di periode pertengahansejarah
Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan ”Barat” saja). Sedangkan mengalami
kemajuan dengan pusat. Hal ini berbanding terbalik dengan masa klasik sejarah
Islam. Ketika itu, perabadan Islam dapat dikatakan paling maju, memamncarkan
sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa sedang berada dalam kebodohan dan
keterbelakangan.
Kemajuan
Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode
berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran masuknya peradaban Islam ke
Eropa itu adalah perang Salib, Sacilia, dan yang penting adalah Spanyol Islam.
Ketika islam mengalami kejayaan di Spanyol, banyak orang eropa yang belajar ke
sana kemudian menerjemahkan karya – karya ilmiah umat islam. Hal ini dimulai
sejak abad ke-12 M. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka
mendirikan universitas dengan meniru pola islam dan mengejarkan ilmu yang
dipelajari di universitas-universitas islam itu. Dalam perkembangan selanjutnya
keadaan ini melahirkan renaissance, repormasi, dan rasionalisme di
Eropa.
Gerakan-gerakan
renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke -16
dan 17 merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad
ke-17 itu pula, dunia islam mulai mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaisans,
eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan
kegelapan.
Dengan
organisasi dan persenjatan moderen pasukan perang Eropa mampu melancarkan
pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam, seperti ketika kerajaan
usmani berhadapan dengan kekuatan-kekuatan eropa dan kerajaan mughal berhadapan
dengan inggris. Daerah-daerah kekuasaan islam lainnya mulai berjatuhan ketangan
eropa, seperti asia tenggara, bahkan mesir, salah satu pusat peradaban islam
terpenting diduduki Napoleon Bonaparte dari Prancis pada tahun 1798 M.
Benturan-benturan
antara kerajaan Islam dengan kekuatan eropa itu menyadarkan umat islam bahwa
mereka memang sudah jauh tertinggal dari Eropa. Kesadaran itulah yang
menyebabkan umat islam terpaksa harus banyak belajar dari Eropa. Perimbangan
kekuatan umat islam dan eropa berubah dengan cepat. Di antara kemajuan Eropa
dan kemunduran islam terbentang jurang yang sangat lebar dan dalam. Dalam
perkembangan berikutnya, daerah-daerah Islam hampir seluruhnya berada di bawah
kekuasaan bangsa Eropa.15
- KESIMPULAN
Dari uraian
singkat tentang kemunduran tiga kerajaan besar islam (Usmani, Mughal dan
Syafawi) di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut
merupakan kerajaan islam terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang
setelah Bani Abbas mengalami keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota
Baghdad ke tangan bangsa Nongol pada tahun 1258 M, setelah itu umat islam
mengalami kemunduran. Umat islam bangkit kembali dengan adanya kerajaan Usmani
yang mendiami daerah Nongol dan daerah utara Cina, kemudaian kerajaan Safawi di
Persia dan kerajaan Mughal di India.
Akan tetapi,
dalam perjalanannya ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang
paling urgen penyebab kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah:
adanya dekadensi moral yang melanda para pemimpin; semua
pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan; adanya tradisi korupsi; perebutan kekuasaan; dan
terjadinya stagnasi militer.
- PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan kami sadar
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran
dan kritik dari pembaca budiman, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Sejarah Umat Islam III, Jakarta:
Bulan Bintang, 1981, hlm. 71-73.
Hasan, Husain Ibrahim, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989
Salabi, Ahmad, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Imperium Turki Usmani, Jakarta: Kalam Mulia, 1988
Yatim, Badri, Sejarah Oeradaban
Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
2
Badri Yatim, Sejarah Oeradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 131.
9
Pasukan Qisilbash adalah pasukan baru yang disiapkan secara latihan dan
melalui pendidikan formal.
12
Ahmad Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Imperium Turki Usmani, Jakarta:
Kalam Mulia, 1988, hlm. 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar