BAB I
PENDAHULAN
PENDAHULAN
Perkembangan hukum Islam setelah Rasulullah SAW wafat berkambang begitu
pesat. Hal itu dikarenakan pola pikir umat Islam dalam berpendapat tentang
hukum berbeda-beda. Umat islam mengalami dilematis dalam menetapkan hukum
setelah Rasulullah wafat, karena begitu banyak masalah-masalah hukum baru yang
muncul yang belum ada nashnya dalam Alquran dan Hadis. Dengan demikian
muncullah berbagai pendapat mengenai hukum tentang suatu hal. Dalam islam hal
seperti ini dibolehkan dengan syarat harus dimusyawarahkan dengan ulama-ulama
yang lain atau dengan kata lain berijtihad. Jika kita tidak mampu berijtihad
dikarenakan keterbatasan pengetahuan kita, makakita harus mengikuti ijtihad
dari salah seorang mujtahid yang ia percayai. Hali ini sejalan dengan firman
Allah dalam surat An-Nahlayat 42, yang artinya “ bertanyalah dari ahli zikir/
ulama jika kamu tidak mengerti”[1][1]. Dari situlah muncul
hukum-hukum islam dari hasil ijtihad para ulama, yang mana lahirlah yang
disebut mazhab.
Dari penjelasan di atas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai
mazhab-mazhab fiqih tersebut. Yang mana ruang lingkupnya meliputi : pengertian
mazhab fiqih, lahirnya mazhab-mazhab fiqih, mazhab-mazhab fiqih yang sudah
punah, dan mazhab-mazhab fiqih yang masih eksis. Itu lah beberapa subpokok
bahasan yang akan dibahas dalam makalah ini. Selanjutkan diharapkan dengan
pembahasan tersebut dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terutama
mengenai mazhab-mazhab fiqih yang masih dalam ruang lingkup perkembangan hukum
islam.
Dalam pembahasan makalah ini tentulah jauh dari kata sempurna. Itu
dikarenakan keterbatasam kami dalam mengetahui mmazhab-mazhab, yang mana kami
hanya berpedoman pada beberapa referensi saja. Oleh karena itu mohon koreksi
dari berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mazhab Fiqih
Menurut bahasa, mazhab berasal dari sighah masdar (kata sifat) dan isim
makan (kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhy
“dzahaba” yang berarti “pergi”. Bisa juga berarti al-ra’yu yang
artinya “pendapat”.
1. Menurut Said Ramadhany al-Buthy, mazhab adalah jalan pikiran
(paham/pendapat) yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan suatu
hukum Islam dari Al-Quran dan hadits.
2. Menurut K.H.E. Abdurrahman, mazhab dalam
istilah islam berarti pendapat, paham atau aliranseorang alim besar
dalam Islam yang digelari Imam seperti Imam Abu Hanifah, mazhab Imam Ibn
Hanbal, mazhab Imam syafi’i mazhab Imam Maliki, dan lain-lain.
3. Menurut A. Hasan, mazhab adalah sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat
seorang alim besar dalam urusan agama, baik dalam masalah ibadah ataupun
lainnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan mazhab menurut istilah, meliputi dua pengertian, yaitu :
a. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang imam
mujtahid dalam menetapkan hukum atau peristiwa berdasarkan Al-quran dan Hadis.
b. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum suatu
peristiwa yang diambil dari Al-Quran dan Hadis.
Jadi mazhab adalah poko kpikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam.
Selanjutnya imam mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya menjadi
kelompok umat islam yang mengikuti cara Istinbath Imam Mujtahid tertentuatau
mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang
masalah hukum Islam.
Adapun pengertian mazhab menurut para ulama fiqih yang perlu kita ketahui. Menrut ulama
fiqih mazhab adalah sebuah metodologi
fiqih khusus yang dijalan oleh seorang ahli fiqih mujtahis, yang berbeda dengan
ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan
ilmu furu’[3][3]. Masalah yang bisa
menggunakan metode ijtihad adalah yang termasuk istilah dzonni atau prasangka ,
bukan hal yang qoth’i atau pasti.
Itulah penjelasan mengenai pengertian mazhab yang pada intinya memiliki
makna yang sama. Lahirnya mazhab ini tidak bisa terlepas dari perkembangan
huku-hukum islam sebelumnya yaitu pada masa Rasulullah dan sahabat. Bila pada
masa Nabi sumber fiqih adalah Al-Quran, maka pada masa sahabat dikembangkan
dengan dijadikannya petunjuk Nabi dan Ijtihad sebagai sumber penerapan fiqih.
Sesudah masa sahabat, penetapan fiqih dengan menggunakan Sunnah dan Ijtihad ini
sudah begitu berkembang dan meluas[4][4]. Yang kemudian kita
mengenal mazhab-mazhab fiqih. Mazhab dalam fiqih ada beberapa macam, hal ini
dikarenalan adanya perbedaan pendapat dalam berijtihad seorang ulama.
B.
Lahirnya Mazhab-mazhab Fiqih
Manusia diberikan daya pikir, daya cipta, nalar dan daya mempergunakan
ijtihad. Maka sesuai dengan tabiat dan naluri manusia itu sendiri, timbullah
berbagai macam pendapat dalam menhadapai suatu masalah. Hal ini tidak mungkin
dihilangkan atau dihindari karena naluri manusia menghendaki yang demikian[5][5]. Itulah yang melatar
belakangi lahirnya mazhab-mazhab dalam dunia Islam. Seperti yang dijelaskan
sebelimnya bahwa mazhab adalah hasil Ijtihad seorang Mujtahid, yang mana dari
para Mujtahid itu terdapat perbedaan-perbedaan pendapat dalam menetapkan sebuah
hukum yang belum ada nashnya dalam Al-Quran dan Hadis.
Sejak kira-kira pertengahan abad pertama hijriyah sampai awal abad ke
empat, tidak kurang dari 19 aliran hukum sudah tumbuh dalam Islam. Kenyataan
ini saja cukuplah menunjukkan betapa ahli-ahli hukum kita dahulu tak
putus-putusnya bekerja untuk disejalankan dengan kebutuhan-kebutuhan peradaban yang
terus tumbuh[6][6].
Pada masa Tabi’-tabi’in yang dimulai pada awal abad kedua Hijriyah,
kedudukan Ijtihad sebagai Istinbath hukum semakin bertambah kokoh dan
meluas, sesudah masa itu muncullah mazhab-mazhab dalam bidang hukum Islam.
Adapun faktor yang menentukan perkembangan hukum Islam sesudah Rasulullah
wafat, yaitu:
1. Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, mencakup wilayah-wilayah
semenanjung Arab, Irak, mesir, Syam, Persi dan lain-lain.
2. Pergaulan kamu muslimin dengan bangsa yang ditaklukannya. Mereka
terpengaruh oleh budaya, adat istiadat serta tradis bangsa tersebut.
3. Akibat jauhnya negara-negara yang ditaklukan itu dengan ibu kota Khalifah
(pemerintahan) Islam, membuat gubernur, para hakim dan para ulama harus
melakukanijtihad guna memberikan jawaban terhadap problem dan masalah-masalah
baru yang dihadapi.
Dalam perkembangannya, mazhab-mazhab itu tidak sama. Ada yang mendapatkan
sambutan dan memiliki pengikut yang mengembangkan dan meneruskannya, namun
adakalanya suatu mazhab kalah pengaruhnya oleh mazhab-mazhab yang lain, dan
pengikutnya menjadi surut. Oleh karenaya ada mazhab-mazhab yang masih eksis dan
dianut oleh umat muslim sampai saat ini diantaranya : mazhab Hanafi, mazhab
Maliki, mazhab Syafi.i, mazhab Hanbali, mazhab Syi’ah, dan mazhab Dhahiri[7][7]. Adapun mazhabyang telah
punah antara lain: mazhab Al-Auza’iy, mazhab Al-Zhahiry, mazhab al-Thabary, dan
mazhab al-Laits.
Dari perkambangan mazhab yang tetap eksis sampai sekarang memilik dampak
yang positif di kalangan umat Islam, yang mana umat Islam tidak bingung lagi
dalam melakukan hal-hal yang belum ada nashnya dalam Alquran atau sunnah.
Mereka sudah memiliki pegangan yang dapat dipercaya, sehingga tidak ada
keraguan dalam menjalankan kehidupan ini. Disamping memiliki dampak yang
positif, perkembangan mazhab tersebut juga memilik dampak negatif. Setelah
munculnya mazhab-mazhab dalam hukum Islam dan hasil Ijtihad para Imam mazhab
telah banyal dibukukan, ulama sesudahnya lebih cenderung untuk mencari dan
menetapkan produk-produk ijtiadiyah para mujtahid sebelumnya, meskipun mungkin
sebagian dari hasil ijtihad mereka sudah kurang atau tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang dihadai ketika itu. Lebih dari itu, sikap toleransi bermazhab pun
semakin menipis di kalangan sesama pengikut-pengikut mazhab fiqih yang ada,
bahkan acapkali timbul persaingan dan permusuhan sebagai akibat dari fanatisme
mazhab yang berlebihan. Kemudian berkembang pandangan bahwa mujtahid hanya
boleh melakukan penafsiran kembali terhadap hukum-hukum fiqih dalam batas-batas
yang telah ditentukan oleh imam-imam mazhab yang dianutnya. Hal ini
mengakibatkan kemunduran fiqih Islam.
C.
Mazhab-mazhab yang Sudah Punah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya perkembangan mazhab
tidak semuanya berjalan mulus. Ada mazhab-mazhab yang mengalami kemunduruan dan
akhirnya punah. Sehingga tidak dijadikan sebagai pedoman lagi.
Sebagian dari
mazhab-mazhab para fuqaha’, ada yang memiliki pengikut-pengikut yang
menjalankannya, namun pada suatu waktu mereka kalah pengaruh dari mazhab-mazhab
lain yang datang kemudian, sehingga pengikut-pengikutnya menjadi surut.
Imam-imam yang pernah terkenal dari mazhab-mazhab tersebut yang kurang atau
tidak berkembang lagi adalah :
1. Abu ‘Amr Abd. Rahman bin Muhammad al-Auza’iy.ia dilahirkan di Ba’labak
tahun 88 H. Al’Auza’iy termasuk tokoh hadits yang tidak menyukai
qiyas,orang-orang Syam bahkan Hakim Syam mengikuti mazhabnya. Kemudian mazhab
al-Auza’iy pindah ke Andalusia bersama orang-orang yang memasukinya dari
pengikut banu Umayyah, kemudian mazhab ini surut di hadapan mazhab Syafi’i di
Syam dan di hadapn mazhab Maliki di Andalusia pada pertengahan abad ke-3 H.
Atau dapat disimpulkan bahwa, mazhab imam al-Auza’iy mempunyai banyak
pengikut pada abad ke-2 H di Syam dan Andalusia. Di abad ke-3 mulai
ditinggalkan dan imam al-Auza’iy wafat pada tahun 157 H[8][8].
2. Abu Sulaiman Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani yang terkenal dengan
al-Zhahiry, dilahirkan di Kuffah pada tahun 202 H. Ia mempelajari ilmu dari
Ishak bin Rahawih, Abu Tsaur dan lain-lain. Ia adalah orang yang paling fanatik
dengan Syafi’i dan menulis dua buku tentang keutamaan-ketamaan serta memujinya[9][9].
Pada masa itu merupakan puncak perkambangan ilmu di Baghdad. Kemudian ia
membuat aliran (mazhab) tersendiri. Mazhab Daud al-Zhahiry terus berkembang
sampai pertengahan abad ke-5, kemudian surut. Ia mempunyai pendapat0pendapat
yang bertentangan dengan jumhur, karena pendapatnya dihasilkan dengan tidak
menggunakan qiyas dan ra’yu, tetapi hanya mengamalkan sahir Al Quran dan
Sunnah.
3. Mazhab al-Thabary. Pendiri mazhab ini adalah Abu Ja’far bin Jarir al-Thabary,
dilahirkan tahun 224 H dan wafat di baghdad tahun 320 H.
Beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan tafsir. Mulanya
beliaumempelajari fiqih al-Syafi’i dan Malik serta fiqih ulama Kufah, kemudian
membentuk mazhab sebdiri yang berkembang di Baghdad. Di antara pengikutnya
adalah Abu al-Farj al-Nahrawy. Tetapi mazhabnya surut pada pertengahan adad
ke-5 H.
4. Mazhab al-Laits. Pendiri mazhab ini adalah Abu al-harits al-Laitsi bi Sa’ad
al-Fahmy, wafat pada tahun 174 H. Beliau terkenal sebagai ahli fiqih di Mesir.
Al-Syafi’i mengakui bahwa al-Laitsi ini lebih pandai dalam soal fiqih dari pada
Malik. Akan tetapi pengikut-pengikutnya tidak besunggug-sungguh mengembangkan
mazhabnya sehingga lenyap. Mazhab al-Laitsi lenyap pada pertengahan abad ke-3
H.
D.
Mazhab-mazhab Fiqih yang Masih Eksis
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa selain ada mazhab yang punah, ada juga
mazhab yang masih eksis hingga sekarang. Mazhab-mazhab tersebut antara lain :
mazhab hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, mazhab Hanbali, mazhab Syi’ah,
dan mazhab Dhaihari[10][10]. Berikut penjelasannya :
1. Mazhab Hanafi (80-150 H/ 696-767 M)
Memilik nama lengkap An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha bin Mahmuli Taymillah
bin Tsalabah. Beliau keturunan Parsi yang merdeka, dan Hanfah bin ismail bin
Hamis berkata : “kami keturunan Parsi yang merdeka.” Demi Allah kami
tidak pernah tertimpa budak sama sekali. Dilahirkan pada tahun 80 H. Beliau
termasuk Tabiit Tabi’in ( yang mengikuti Tabi’in )[11][11].
Beliau lebih terkenl dengan nama hanifah. Bukan kerena mempunyai anak
bernama Hanifah, tetapi asal nama itu dari Abu al-Millah al-hanifah, diambil
dari ayat: “Fatt Abi’u millah Ibrahia Hanifa” (maka ikutilah agama Ibrahim yang
lurus. Ali Imran ayat 95). Belaiu orang Persia yang menetap di Kufah. Pada
waktu kecil beliau menghafal Al Quran, seperti dilakukan anak-anak pada masa itu, kemudian berguru pada Imam Ashim
salah seorang imam Qiro’ah sab’ah. Keluarganya adalah keluarga pedagang dan
kemudian beliau menjadi pedagang. Guru Abu Hanifah yang terkenal diantaranya
adalah al-Sya’bi dan Hammad Abi Sulayman di Kuffah, Hasan Basri di Basrah,
Atha’ bin Rabbah di Mekkah, Sulayman, dan Salim di Madinah.
Yang menonjol dari fiqih Abu Hanifah ini antara lain adalah:
· Sangat rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.
· Lebih mudah dipahami dari pada mazhab yang lain.
· Lebih liberal sikapnya terhadap dzimis (warga negara yang nonmuslim).
Imam Abu Hanifah meninggal pada bulan Rajab tahun 150 H. Meskipun Abu
Hanifah seorang ulama besar, beliau tidak merasa memonopoli kebenaran. Hal itu
terbukti dari pernyataan:
“saya mengambil pendapat ini, karena pendapat ini benar, tapi mengandung
kemungkinan salah. Dan saya tidak mengambil pendapat itu, karena pendapat itu
salah, tapi mengandung kemungkinan benar”.
Beliau meninggal ketika sedang
Shalat. Kitab yang langsung di nisbatkan kepada Abu Hanifah adalah Fiqh
al-Akbar, al-Alim wal Muta’alim, dan Musnad.
2. Mazhab Maliki (93-173H / 711-795M)
Imam Malik dilahirkan di Madinah. Nama lengkapnya Malik bin Anas bin ‘Amar.
Kakek Imam Malik yaitu ‘Amar berasal dari Yaman. Beliau pernah bertemu dengan
Abu Hanifah. Abu Hanifah tigabelas tahun lebih tua dari Malik bin Anas.
Malik bin Anas adalah seoang yang saleh, sangat sabar, ikhlas dalam
berbuat, mempunyai daya ingat dan hafalan yang kuat, serta kokoh dalam
pendiriannya. Beliau ahli dalam fiqih dan Hadits, yang diterima dari
guru-gurunya di Madinah. Beliau mempelajari ilmu pada ‘ulama-‘ulama Madienah.
Guru beliau yang pertama, ialah : Abdur Rahman ibn Hurmuz[12][12]. Guru-guru yang lain
adalah Rabi’ah, Yahya Ibn Sa’ad al-Anshari, dan Ibn Syihab Azuhri.
Dalam mengajar, Imam Malik sangat menjaga diri agar tidak salah dalam
memberi fatwa. Oleh karena itu, untuk masalah-masalah yang ditanyakan,
sedangkan beliau belum yakin betul akan kebenaran jawabannya, sering menjawab la
adri (saya tidak tahu). Beliau meninggal di Madinah pada tahun 173 H. Kitab
yang dinisbatkan kepada Imam Malik adalah kitab Muwatho yang merupakan kitab
Hadits tapi juga sekaligus kitab Fiqih.
3. Mazhab Syafi’i (150-204 H / 767-822 M)
Imam Syafi’i memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman
bin Syafi’i bin as-sai’ib bin Ubaid Yaziz bin Hasyim bin Murhalib bin Abdu
Munaf[13][13]. Beliau termasuk suku
Quraisy. Dilahirkan di Ghaza, salah saatu kota Palestina pada tahu 150 H.
Ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi, sehingga beliau dibesarkan dalam
keadaan yatim dan fakir. Karena kefakirannya beliau sering memungut
kertas-kertas yang telah dibuang dan menyadari bahwasannya Al Quran itu
bahasanya sangat indah dan maknanya sangat dalam, maka beliau pergi ke Kabilah
Hudzail untuk mempelajari dan mendalami satra Arab serta mengikutu saran hidup
Muhammad SAW, pada masa kecilnya. Disana beliau sampai hafal sepuluh ribu bait
syair-syair Arab.
Di Mekkah beliau berguru pada Sufyan bin Uyainah dan kepada Muslim bin
Khalid. Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru pada Imam Malik. Pada saat
itu beliau berumur 20 tahun dan belajar di sana selama tujuh tahun.
Bagi Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan ketenagan dalam
hati. Untuk itu diperlukan kehati-hatian. Oleh karena itu, konsep Ikhyat (kehati-hatian)
mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.
Imam Syafi’i menyebut Al-Quran dan Sunnah adalah sebagai dua dasar (sumber)
dan menetapkan Ijma’ dan Qiyas sebagai dasar (sumber) pembantu[14][14].
4. Mazhab Hanbali (164-241 H)
Didirikan oleh Imam Amad Hanbal, dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal tahun
164 H, di Baghdad, bapak dan Ibunya berasal dari kabilah Asya-bani bagian dari
kabilah di Arab[15][15]. Beliau belajar hadits di
Baghdad, Basrah, Kufah, Mekkah, madinah, dan Yaman. Beliau selalu menuliskan
hadits-hadits dengan perawinya dan cara ini pun diharuskannya kepada muridnya.
Beliau memilik daya ingat yang kuat, sabar, ulet, memiliki keingunan yang
kuat dan teguh dalam pendirian. Dan beliau sangat ikhlas dalam perbuatannya.
Beliau pernah menantang pendapat muktazilah, pernah dijatuhi hukuman dan
dipenjara oleh Khalifah al-Makmum yang menganut paham muktazilah. Ketika
khalifah al-Ma’mum wafat, beliau masih tetap dalam penjara dimasa Mu’tashim
Billah. Sesudah kelaur dari penjara beliau sakit-sakitan san akhirnya wafat
pada tahun 241 H.
Imam Ahmad adalah ulama yang tidak percaya denagn Ijma’, denagn ucapannya
yang terkenal : “siapa yang menyatakan terdapat Ijma’, maka dia adalah
pendusta’. Menurut Dr, Abu Zahrah ijma yang ditentanf oleh Imam Ahmad adalah
Ijma’, sesudah masa sahabat. Adapun Ijma
pada masa sahabat diakui keberadaannya[16][16].
Yang mengembangkan mazhab Hanbali yang terkenal serta pengaruhnya terasa
didunia islam sekarang adalah Ibn Taimiyah (166 H) yang lahir ± 450 tahun setelah
Imam Ahmad meninggal. Murid Ibn Taimiyah adalah Ibn Qoyyim.
5. Imam Daud bin al-Ashbahani (202-270 H) dan Ibn Hazm al-Andalusi (384-456 H)
Kedua ulama ini adalah ulama besar dan tokoh mazhab Dhahari. Daud bin Ali
asalnya bermazhab al-Syafi’i dan sangat menghormati Imam Syafi’i, karena Imam
Syafi’i sangat menguasai Al Quran dan Sunnah. Pada mulanya mazhab Dhahiri
menyebar di Baghdad, kemudian menyebar ke sebelah barat dan menjadi pegangan di
Andalusia. Di situlah kemudian ulama besar tokoh Mazhab Dhahiri dilahirkan
yaitu Ibn Hazm al-Andalusi.
Ibn Hazm dilahirkan di sebelah timur laut kota Cordoba, pada waktu fajar
diakhir bulan Ramadhan tahun 384 H. Orang Ibn Hazm adalah salah seorang pejabat
tinggi di Andalusia di bawah kekuasaan Bani Umayah. Dan behebti dari jabatannya
dan akhirnya pindah ke Cordoba. Ibn Hazm adalah ulama yang sangat kritis,
mempunyai daya ingat yang kuat dan rasa seni yang tinggi. Pikiran-pikiran Ibn
Hazm ini banyak menarik perhatian pemuda-pemuda pada masanya, oleh karena itu
tidak mengherankan apabila pengikutnya banyak dari kalangan muda.
6. Imam Ja’far al-Shaddiq / Mazhab Syi’ah (80-148 H)
Beliau adalah putra dari Muhammad al-Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husein
bin Ali Karamallahu. Sedang ibunya Umu Farwah binti al-Qosim bin Muhammad Abi
Baqar Shiddiq RadiyallahuAnhu. Imam Ja’far al-Shaddiq tokoh Syi’ah Ja’fariyah,
Imam Zayd tokoh Syi’ah Zaydiyah dan Imam Abu Hanifah tokoh Ahlu Sunnah hidup
pada waktu yang sama. Sehingga ketiganya pernah bergaul dan bertemu pada waktu
menuntut ilmu[17][17].
Imam Ja’far adalah ulama yang sangat takwa kepada Allah, sangat ikhlas,
memiliki wibawa keilmuan haibah kejiwaan, berakhlak mulia, sabar pada
tempatnya, dan berani pada tempatnya serta memiliki kearifan yang sangat
tinggi. Beliau termasuk salah seorang guru dari imam mujtahid Abu Hanifah dan
Malik serta ulama-ulama terkemuka seperti Sufyan Atsauri dan Sufyan bin
Uyaebah.
Imam Ja’far meninggal pada tahun 148 H. Serta dimakamkan di Baqie, yaitu
tempat di mana dimakamkan ayahnya Muhammad al-bakir, kakeknya Zaenal Abidin,
dan Hasan bin Ali.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan
diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
mazhab adalah poko kpikiran atau dasar yang digunakan
oleh Imam Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam.
Mazhab menurut para ulama fiqih yang
perlu kita ketahui. Menrut ulama fiqih
mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalan oleh seorang
ahli fiqih mujtahis, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya
memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’.
Adapun lahirnya mazhab diakrenakan adanya perbedaan
pendapat para ulama dalam menetapkan hukum yang belum ada nashnya di dalam Al
Quran dan Hadits.
Dalam perkembangannya ada mazhan yang punah dan ada mazhab yang masih tetap
eksis sampai sekarang. Mazhab yang telah punah diantaranya : mazhab Imam
al-Auza’i, mazhab Imam Laits, mazhab Imam Daud bin Ali al-Ashbahani, dan mazhab
Imam ath-Thabari. Dan mazhab yang masih tetap eksis samapai sekarang antara lain
: mazhab hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, mazhab Hanbali, mazhab Syi’ah,
dan mazhab Dhahari.
DAFTAR PUSTAKA
Yanggo, Huzaemah Tahido.1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Ciputat
: Logos Wacana Ilmu
Ramulyo, Idris.2004. Asas-asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Syariffudin, Amir. 1997. Ushul
Fiqh jilid 1. Ciputat: Logos Wacana
Ilmu
As-Sayis, Ali dan Muhammad. 2003. Sejarah Fiqih Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Said, Moh dkk. 1977. An Introduction to Islamic Law. IAIN Raden
Fatah
Djazuli, H.A. 2007. Ilmu Fiqih: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan
Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media Group
Ash-Shiddieqy, dkk. 1994. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Muhakbarilyas.blogspot.com/201212/mengenal-perkembangan-mazhb-fiqih-dalam-islam.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki/mazhab
http:/abudini76.wordpress.com/2010/02/21/mazhab-mazhab-yang-telah-punah/
[2][2] Huzaimah Tahido Yanggo. Pengantar Perbandingan Mazhab. 1997. Ciputat: Logos
Wacana Ilmu. Hal.71
[6][6] H.A. Dzajuli. Ilmu Fiqih: Penggalian, perkembangan, dan penerapan hukum
Islam. 2010. Cet-7. Hal.123
[14][14] Moh Said, Amran Marhamid, Farida, Hasmir Saleh. An Introduction to Islamic
Law. 1997. Hal. 81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar