Rabu, 04 Januari 2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Semakin maju keadaan suatu masyarakat, semakin dirasakan pentingnya pendidikan terutama pendidikan akhlak secara teratur bagi pertumbuhan dan pembinaan moral anak sebagai generasi penerus bangsa. Namun, dalam masyarakat sederhana, seperti mereka yang hidup didaerah terpencilatau ditempat yang belum mengenal kemajuan, pendidikan formal untuk anak dianggap kurang begitu penting oleh para orang tua, karena tidak sengaja mereka melatih anak-anaknya sejak kecil untuk mengikuti jalan mereka. Adat istiadat dan sopan santun yang berlaku dilingkungan tersebut dipelajari oleh anak mereka secara alamiah dengan meniru, mencoba dan melatih diri tanpa tuntunan yang pasti.
            Kehidupan anak seperti ini tidak dapat dipertahankan lagi, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah berkembang . Sehingga kepandaian dan keterampilan tidakk mungkintidak mungkin hanya diwariskan dari generasi tua kepada generasi muda dari pengalaman hidup generasi tua saja. Akan tetapi, perlu dilakukan suatu proses kesengajaan yang teratur dan direncanakan oleh tenaga professional yang mempunyai kemampuan dan keahlian dibidangnya, tenaga propesional yang dimaksud adalah guru.
            Sekolah adalah suatu proses paling pokok untuk menentukan berhasil tidaknya tujuan  pendidikan tergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Peserta didik mempunyai peran yang dominan akan tetapi guru tetap saja menjadi penentu utama suksesnya suatu pembelajaran.




1.2.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan akhlak ?
2.      Apa yang dimaksud dengan persepsi ?
3.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi !
4.      Sebutkan jenis-jenis persepsi !
5.      Apa yang dimaksud dengan belajar ?
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN AKHLAK
Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita. Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata “akhlak” karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu untuk diartikan secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap kata “akhlak” tidak sebatas kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar tetapi sekaligus dipahami secara filosofis, terutama makna substansinya.
Kata “akhlaq” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata”khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal dari kata “khalaqa”, artinya kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq”, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “al-khaliq”, artinya pencipta dan “mukhluq”, artintya yang diciptakan.
Sebenarnya ada dua pendekatan yanng dapat digunakan untuk mendefinisikan kata “akhlaq” yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pembahasaan pendekatan terminologik (perhiasan). Dari satu sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (bentuk ifinitif) dari kata “al-akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan”, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala-yuf’ilu-if,alan, berarti as-sajiyah (perangai), ath-thabia’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik) dan ad-din (agama). Kata “akhlaq” juga isim masdar dari kata “akhlaqa” yaitu “ikhlaq”. Berkenaan dengan ini, timbullah pendapat bahwa secara linguistik, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata. Kata “akhlaq” secara etimologis, berasal dari bahasa Arab yaitu kata “khalaqa”, kata asalnya adalah “khuiqun” beerarti adat, perangai atau tabiat. Secara terminologis dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan pranata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum , akhlak dapat dipandankan dengan etika atau nilai moral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ata akhlak di artikan budi pekerti, watak, atau kelakuan. Sebenarnya kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Manurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khaliq yang berarti “pencipta” dan, mahluq yang berarti “yang diciptakan”. Dan menurut istilah akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan menurut imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan bahwa akhlak sifat yang tentram dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ibn Al-Jauzi menjelaskan (w.597 H) bahwa al-khuluk adalah etika yang dipilih seseorang. Dinamakan khuluk karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya. Dengan demikian, khuluk adalah etika yang menjadi pilihan dan di usahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya di namakan al-khaym.
Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama. Al-Fairuzzabadi berkata, “ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakan di atas empat landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.
Secara sempit, pengertian akhlak dapat di artikan dengan :
a.       Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik.
b.      Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak.
c.       Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.
Kata akhlak lebih luas artiya daripada moral ataupun etika yang sering dipakai dalam bahasa indonesia sebab akhlak meliputi segi-segi kejiwaan dan tingakah laku lahiriah dan batiiah seseorang. Ada pula yang meyamakannya karena keduanya membahasa masalah baik dan buruk tingkah laku manusia.
Perumusan pengertian akhlaq  timbul sebagai media yang memungkin nya adanya hubungan baik antara khaliq  dengan makhluq  dan antara mahluk dengan mahluk. Perkataan ini di petik dari kalimat yang tercantum dalam al-qur’an :

A004
Artinya:
“Dan sesungguhnya engkau (muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur”(Q.S. Al-Qalam [68]:4)

Demikian juga, hadis Nabi Muhammad SAW.:
Artinya:
“ Aku di utus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.”(H.R. Ahmad).

Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut;
1.      Ibnu Miskawaih
حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلٰى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَا رُوِيَةٍ
Artinya:
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

2.      Imam Al-Gazali
عِبَارَةٌعَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْهَا تَصْدُرُ الْافْعَالُ بِسُهُوْلةٍ وَيُسْرِ مِنْ غَيْرِحَاجَةٍ اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Artinya:
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

3.      Ibrahim Anis
حَالٌ لِلنَّفْسِ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا الْاَفْعَالُ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلٰى فِكْرٍ وَرُؤْيَة
Artinya:
“Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.

4.      Prof. Dr. Ahmad Amin
عَرَّ فَ بَعْضُهُمُ الْخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ الْاِرَادَةِ يَعْنِى أَنَّ الْإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan di wujudkan dalam tingkah laku  dan perbuatan  atau merupakan kebiasaan yang di lakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah karakter akhlak yang baik ataupun yang buruk.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan tersebut di namakan akhlak yang baik (akhlakul karimah/ akhlakul mahmudah). Sebaliknya, jika tindakan spontan itu jelek, di sebut akhlakul madzmumah.
Setelah diketahui makna ilmu akhlak secara linguistik maupun terminologis lalu muncul pertanyaan, apa sebenarnya pengertian ilmu akhlak, apakah benar ilmu akhlak telah enjadi ilmu?
Ilmu berasal dari bahasa arab yang diartikan pengetahuan. Pada dasarnya, pengetahuan memiliki tiga kriteria ( Juhaya S.Pradja, 1997:6) yaitu:
1.      Adanya suatu sistem gagasan dalam pikiran;
2.      Persesuaian antara gagasan dan benda-benda yang sebenarnya;
3.      Adanya keyakinan tentang persesuaian.
Gagasan dalam pikiran manusia adalah ide yang terdapat dalam alat pikir yang di sebut dengan akal atau otak. Tidak semua orang dapat menggambarkan bentuk konkret dari akal. Yang ada hanyalah menggambarka bentuk fisikal otak yang terdapat di dalam kepala manusia. Sistem gagasan dalam fikiran manusia  adalah  cara kerja otak dalam menangkap segala sesuatu, mengembangkan nalar dalam sebuah ide tentang sesuatu yang dimaksudkan, dan membentuk konsep demi pembatasan sesuatu yang digagas.
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang berasal dari pengamatan pancaindra, dari  pengalaman yang sering di sebut dengan pengetahuan empirik.  Ilmu juga dapat berawal  dari cara berpikir manusia dengan menggunakan rasio. ilmu seperti ini di sebut dengan pengetahuan rasional .Berikutnya adalah ilmu yang berawal dari kekuatan merasakan dengan mata hati atau kekuatan di luar akal dan panca indra, sebagaimana ilmu yang berasal dari indra keenam, yang dapat berbentuk ilham dan wahyu. Ilmu yang berasal dari indra keenam, yang dapat berbentuk ilham dan wahyu. Ilmu yang berasal dari unsur-unsur jiwa dan metafisika atau di luar jangkauan manusia, tetapi keberadaannya sangat logis. Ilmu seperti ini sering di sebut dengan  pengetahuan intuitif  karena didasarkan pada kekuatan intuisi.
Dengan pengertian-pengertian ilmu di atas, sebenarnya apa arti ilmu akhlak? Beberapa pendekatan untuk memahami akhlak sebagai ilmu telah menjelaskan secara mendalam bahwa akhlak adalah perilaku, tindakan, daya kreasi, perbuatan yang menggambarkan baik dan buruk atau benar dan salah, pahala dan dosa, surga dan neraka, dan sebagainya.
Beberapa pengertian akhlak merupakan pengertian yang diadopsi dari ilmu jiwa sebagai mana di kemukakan oleh Hendrojuwono (1994: 1), yang dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.       Bigot, kohnstamm, dan Palland (1954), mengartikan ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari adanya jiwa dan kehidupan jiwa. Pengertian akhlak sebagai bentuk tindakan manusia yang merupakan gejala jiwa, tindakan yang merupakan respons terhadap stimulus yang dihadapi manusia
2.      Garrett (1961), mengatakan bahwa ilmu jiwa atau psikologi adalah suatu studi sistematik tentang tingkah laku. Lalu, ilmu akhlak diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tingkah laku manusia, baik dan buruknya menurut ukuran norma-norma yang disepakati, misalnya norma agama, norma sosial dan budaya, serta norma hukum.
3.      Psikologi atau ilmu tentang jiwa adalah studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan individu hubungnnya dengan dengan lingkungan (Woodworth dan Marquis, 1961). Demikian pula, dengan ilmu akhlak adalah studi tentang perilaku manusia yang berhubungan dengan  lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan tempat pergaulannya dan lingkungan tempat manusia mempertahankan kehidupannya.
4.      Ilmu akhlak dapat diartikan suatu ilmu tentang tingkahlaku organisme manusia, apabila dipahami dalam perspektif psikologi (Zimbardo, 1971). Tingkahlaku organisme adalah bentuk-bentuk tindakan manusia, yaitu sesuatu yang tampak dari perbuatannya dalam bentuk berbagai kegiatan visual, misalnya manusia yang menggunakan panca indranya untuk suatu perbuatan yang benar atau salah, menggunakan tangan, kaki, tubuh, dan lainya kedalam berbagai bentuk aktivitas kehidupan misalnya, dalam berhubungan sesama manusia diperlukan budi pekerti yang baik, tetapi ukuran baik dan buruk diatur menurut kebiasaan masyarakat masing-masing atau diatur oleh norma agama.
Dari definisi-definisi di atas, dapat dikemukakan kategori penting dari ilmu akhlak, yaitu sebgai berikut :
1.      Ilmu akhlak sebagai ilmu, artinya dalam ilmu akhlak terdapat ciri-ciri penting salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Ilmu akhlak merupakan akumulasi pengetahuan yang sistematis dan observatif tentang tingkah laku manusia
2.      Manusia atau binatang, sebaggai objek yang sama dalam ilmu akhlak. Manusia bergerak dengan prilaku yang dinamis dan berubah-ubah , sedangkan binatang bergerak mengikuti insting yang sifatnya kebiasaan yang mengikat pada instingnya.
3.      Ilmu akhlak mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala yang tampak dan dijadikan bahan jadian dalam melihat keadaan kejiwaan manusia yang sesungguhnya berhubungan erat dengan psikologi.
Pada dasarnya, perbuatan manusia dimotivasi oleh 3 hal yaitu :
1.      Rasa takut, yaitu perbuatan dilaksanakan karena adanya rasa takut dalam diri manusia, seperti melaksanakan solat karena takut berdosa dan takut masuk neraka.
2.      Mengharap keuntungan, suatu tindakan yang didorong oleh akibat pragmatis yang menguntungkan untuk kehidupannya, misalnya orang melaksanakan solat karena ada janji Allah SWT jika melakukannya akan masuk surga.
3.      Tanpa pamrih, yaitu motivasi yang berbeda dengan 2 hal di atas, sering disebut sebagai bentuk perbuatan yang didasarkan pada niat yang ikhlas dan tulus. Tidak karena atas dasar takut atau karena adanya keuntungan yang dijanjikan. Jadi perbuatannya merupakan cara berterimakasih kepada yang memberi kebajikan dan kasih sayang kepada dirinya.
Sebagai sebuah ilmu, tentu ilmu akhlak merupakan akumulasi dari berbagai pengetahuan tentang tingkahlaku manusia yang memiliki ciri-ciri berikut :
1.      Akhlak manusia adalah objek penelitian, yang dapat dikaji secara eksperimental dan merupakan bagian dari disiplin ilmu sosial.
2.      Semua perbuatan manusia dapat diteliti dalam berbagai pendekatan, misalnya pendekatan psikologis, sosiologis, antropologis, dan filosofis.
3.      Ilmu akhlak dikaji secara sistematis dan logis, sebagai kajiannya dari unsur-unsur internal dan eksternal yang menjadi latar belakang lahirnya suatu tindakan.
Teori yang dirumuskan berkaitan dengan akhlak menggambarkan eksistensi ilmu akhlak, sedangkan konsep-konsep dari rumusan teoritis melahirkan berbagai tema atau istilah yang baku, misalnya al-akhlaq al-karimah  atau al-akhlaq al-mahmudah  dan al-akhlaq al-mazmumah ( akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela).


2.2.PERSEPSI
            2.2.1.PENGERTIAN PERSEPSI
     Persepsi (dari bahasa latin perception, percipio) adalah tindakaan menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi sensoris guna memberi gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, penciuman yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang mmelibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif tetapi dibenuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian. Persepsi bergantung pada sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaraan.
     Sejak ditemukannya psiokologi eksperimen pada abad ke 19, pemahan psikologi terhadap persepsi telah berkembang melalui penggabungan berbagai teknik. Dalam bidang psikofisika telah dijelaskan secara kuantitatif hubungan antara sifat-sifatfisika dari suatu rangsangan dan persepsi. Ilmu saraf sensoris mempelajari tentang mekanisme otak yang mendasari persepsi. Sistem persepsi juga bisa dipelajari melalui komputasi dari informasi yang telah diproses oleh sistem tersebut. Persepsi dalam filosofi adalah sejauh manaunsur-unsur sensori seperti suara, aroma atau warna ada dalam realitas objektif, bukan dalam pikiran perseptor.
Pengertian persepsi menurut para ahli yaitu:
a.       Jalaludin Rakhmat (1998:51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek , peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
b.      Menurut Ruch (1967:51), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Dengan pandanga Ruch tersebut , persepsi mengandung arti yang sama denmgan sistem berfikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c.       Atkinson dan Hilgrad (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses proses menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
d.      Gibson dan Donely (1994:53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seseorang individu.
Dengan pengertian tersebut dapat ditarik pemahman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang suatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berlkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jiak persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai kapasita pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang dimaksudkan adalah perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sanagat penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikuti kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.
            2.2.2.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
     Faktor yang mempengauhi persepsi pada dasarnya ada dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1.      Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
·   Fisiologis.
 Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempresepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

·   Perhatian.
Individu memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
·   Minat.
Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energy atau prerceptual vigilance yang digerakan untuk mempersepsi. Prerceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk minat.
·   Kebutuhan yang searah.
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
·   Pengalaman dan Ingatan. 
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
·   Suasana hati.
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2.      Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandangan seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
·   Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus.
Faktor inmi menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan  dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek indivudu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
·   Warna dari obyek-obyek.
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami ( to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
·   Keunikan dan kekontrasan stimulus.
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
·   Intensitas dan kekuatan dari stimulus.
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
·   Motion atau gerakan.
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadaap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
      2.2.3.JENIS-JENIS PERSEPSI
Prosep pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis:
Ø  Persepsi visual
Persepsi visual di dapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topic utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan pada kontek sehari-hari. Persepsi kaum muslimin harus mengacu pada al-Qur’an dan AS-sunnah, ini yang kemudian disebur Islamic Worldview.
Persepsi visual merupakan hasil dari apa yang kita lihat baik sebelum kita melihat atau masih membayangkan dan sesudah melakukan pada obyek yang dituju.
Ø  Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Ø  Persepsi peradabaan
Persepsi pengerabaabn di dapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
Ø  Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung .
Ø  Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa di dapatkan dari indera yaitu lidah.

2.3.BELAJAR
            2.3.1.PENGERIAN BELAJAR
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagia bentuk pendidikan dan pelatiahn. Belajar juaga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan berkesinambuangan.
Dalam belajar terdapat proses pelatiahan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosongan jiwa yang diajar. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri atas tiga komponen penting yaitu :
1.      Kondisi eksternal yaitustimulas dari lingkungan dari cara belajar
2.      Kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa
3.      Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
Belajar sangat erat dengan pengertian menuntut ilmu, dimana dalam hal ini orang-orang yang menuntut ilmu itu akan ditinggikan beberapa derajat oleh Allah SWT. Seperti Firman Allah swt:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dia antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah 58:11)
Dan Firman-Nya:
Dan katakanlah : “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Q.S. Thaha 20:114)
Belajar  adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, motivasi, keiasaan dan tingkah laku yang dilakukan secara instruksional.(Syaiful Bahri, 2002:22)
Dengan proses belajar itulah, manusia berakhlak. Jadi akhlak manusia dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman belajarnya. Kedua orangtuanya ertanggung jawab mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orangtua pula menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam akhlaknya sehari-hari
Dengan kedua komponen penting, yaitu persepsi dan belajar manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola piker. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola piker itu berjalan pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan internal dan eksternalnya.
Akhlak  yang berdampak positif pada kehidupannya. Sealiknya, akhlak akan berdampak buruk pula pada diri dan lingkungannya contohnya, seorang remaja yang terlibat dengan pemakaian obat-obatan yang terlarang atau narkoba, ia aakn terkena pengaruh buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya akan hancur, hatinya akan rusak, tingakah lakunya tidak terkendali dan dia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya sangat merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat di tempat tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang berprestasi dan bergaul dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai kebajikan di lingkungannya, secara ptomatis ia akan  memperoleh dampak yang baik bagi kehidupan dirinya, Dalam rohaninya akan tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat mengenalnya sebgai anak yang pantas diteladani. Oleh karena itu setiap akhlak manusia berdampak secara langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
Beberapa jenis akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungan adalah:
1.      Melaksanakan ibadah dengan khusyuk
2.      Mendirikan Shalat berjamaah
3.      Banyak menghadiri pengajian
4.      Menuntut ilmu dengan baik dan berprestasi
5.      Hidup bergotong Royong  dan saling membantu
6.      Berani membela kebebaran
7.      Mengajarkan ilmu yang benar kepada orang lain
8.      Bergaul dengan sopan santun dan senang bersilaturahmi.
Dalam bahasa al-Qur’an akhlak-akhlak baik atau terpuji yaitu sifat setia(al-amanah), pemaaf(al-afwu), benar( ash-shidiq), menepati janji (al-wafa), adil(al-adl), memelihara kesucian diri( al-ifafah),malu(al-haya’), berani(asy-siyaja’ah),  kuat( al-quwwah), sabar(ash-shabru), kasih saying(ar-rahmah), murah hati (as-sakha’u), tolong menolong(at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikha’), silaturahmi, hemat (al-iqtishathd), menghormati tamu(adl-dliyafah), merendah diri (at-tawadhu), menundukan diri kepada allah swt(al-khusyu’), berbuat baik( al-ihsan), berbudi tinggi ( al-muru’ah) , memelihara kebersihan badan(an-nadhafah), selalu cenderung pada kebaikan (ash-shalihah), merasa cukup dengan apa yang ada( al-qana’ah), tenang (ash-sakinah), lemah lembut(ar-rifqu) dan sebagainya.
Jenis-jenis akhlak yang buruk dan berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya adalah:
1.      Banyak berdusta
2.      Berkhianat
3.      Selalu berburuk sangka kepada orang lain
4.      Tidak mau beribadah
5.      Menghina dan mengrendahkan orang lain
6.      Tidak mau bersosialisasi
7.      Menutup diri dan sombong
8.      Menjadi penghasut dann pengadu domba
9.      Mengembangkan permusuhan
10.  Egois dan individualis
11.  Senamg melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang
12.  Mudah tersinggung dan pendendam
13.  Tidak toleran kepada keyakinan orang lain
14.  Berlaku tidak adil dalam memutuskan perkara.
Dalam bahasa al-Qur’an akhlak-akhlak buruk atau tercela adalah egoistis (ananiyah), lacur (al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), pemabuk(al-khamru), Khianat (al-khianah), aniaya ( adh-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fawahisy), pemarah (al-ghadhab), curang dan culas (al-ghasysyu), mengumpat (al-ghibah), adu domba ( an-namimah), menipu daya ( al-ghrur), dengki (al-hasad) dendam (al-hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong( al-istikbar), mengingkari nikmat (al-kufran), homo seksual ( al-liwath), membunuh ( qatlunnafsi), makan riba (ar-riba), ingin dipuji ( ar-riya), ingin didengar kelebihannya ( assum’ah), berolok-olok (assikhiriyah), mencururi (asirqah), mengikuti hawa nafsu (asysyahawat), boros (attabzir), tergesa-gesa (al-ajalah), fasik, munafik dan sebagainya.
Sesungguhnya masih banyak jenis akhlak baik maupun buruk yang berdampak positif maupun negative pada kehidupan sosial. Contoh-contoh tersebut hanyalah gambaran bahwa tidak penting mengembangakan akhlak yang tercela karena kan merugikan diri dan orang lain. Rasulullah SAW pernah menyatakan, “Orang muslim yang baik adalah orang muslim yang selamat dari lidah dan tangannya”. Artinya, pergaulan manusia seharusnya dapat menjaga perkataanya sehingga tidak menyakiti orang lain karena sakit hati dapat mengakibatkan dendam dan pembunuhan. Dermikian pula, menjaga tangan, kekuatan dan kekuasaannya karena menyalahgunakan kekuasaan akan mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. berperan kepada umat Islam agar bersatu-padu, saling bersilaturahmi dan tolong menolong dalam kebajikan dan kebenaran.
Membahas mengenai ilmu tentu juga akan membahas mengenai pendidikan, karena ilmu yang kita dapat bersumber dari pendidikan. Pendidikan membantu seseorang untuk memperoleh ilmu secara sistematis dan terarah. Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU no. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.
1.      Pendidikan formal
Pendidika formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang dijelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi.
2.      Pendidikan Non-formal
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal paling banyak terdapat pada usia usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA atau Taman Pendidikan Al-Qur’an, yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga kursus, diantaranya kursus music, bimbingan belajar dan sebainya.
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Fungsi pendidikan non-formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembanagan sikap dan kepbribadian professional. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
3.      Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan dengan pendidikan formal dan pendidikan non-formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar Nasional Pendidikan.
Alasan pemerintah menggagas pendidikan informal adalah :
·      Pendidikan dimualai dari keluarga.
·      Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dimulai dari keluarga.
·      Homeschooling adalah pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
·      Anak harus dididik dari lahir.
2.3.2.FAKTOR-FAKTOR BELAJAR
Prinsip-prinsip belajar yang hanyamemberikan petunjuk tentang belajar. Tetapi prinsip-prinsip belajar itutidak dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda, contoh: belajar untuk memperoleh sifat berbeda dengan belajar untuk mengembangkan kebiasaan dan sebagainya.  Karena itu, belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.
Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut.
1)       Faktor kegiatan,penggunaan dan ulangan, siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan  secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
2)      Belajar memerlukan latihan,dangan jalan: relearning, recalling agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belun dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3)      Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasaannya . Belajar hendaknya dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
4)      Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbukan prustasi.
5)      Faktor Asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6)      Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
7)      Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.Faktor kesiapan ini sangat erat hubungannya dangan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
8)      Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari  dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
9)      Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar, Badan yang lemah, lelah juga akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajhar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
10)  Faktor intelegensi, Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar. Karena ia akan lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan akan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal  ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.
2.3.3.HAKEKAT BELAJAR
Belajar itu melibat perubahan. Perubahan yang terjadi ketika belajar berlangsung mempunyai sebuah aspek arahan (directional aspec). Kadang-kadang menimbulkan suatu perubahan dalam arah cita-cita kehidupan, dan kadang-kaang justru memperkuat arah cita-cita warga tersebut.
Apabila perubahan itu berubah sama sekali cara berpikir kita, maka hal ini akan melibatkan perubahan dalam tujuan dan arah kehidupan kita. Apa yang kita lakukan sebelumnya kini ditinggalkan sama sekalli.
Apabila pengalaman belajar terus membimbing kita dalam arah yang sama yang kita tempuh selama ini, maka pengalaman-pengalaman belajar memberikan pengalaman-pengalaman baru pada kita dan membantu kita melihat cara yang kita tempuh itu lebih jelas lagi. Proses ini membantu untuk maju lebh cepat dan lebih jelas kea rah tujuan kita.
Belajar berlangsung bila perubahan-perubahan berikut ini terjadi :
1.      Penambahan informasi
2.      Pengembangan atau peningkatan pengertian
3.      Penerimaan sikap-sikap baru
4.      Perolehan penghargaan baru
5.      Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari
Kelima jenis perubahan ini dapat dimasukkan dalam tiga kategori :
Pengetahuan (kognitif), perasaan (afektive) dan perbuatan (behavioral). Hal ini melibatkan :
1.         Pengetahuan (kognitif)
Apa yang saya tambahkan kepada apa yang telah diketahui mungkin saja kurang pengaruhnya pada diri saya sebagia individu. Mungkin juga menimbulkan pengaruh yang memuaskan dengan makin bertambahnya informasi. Bagaimanapun juga bertambah banyaknya informasi itu adalah penting, tetapi kepuasan dan kegembiraan hanyalah merupakan awal proses belajar
2.         Perasaan (efektive)
Bagimana perasaan saya tentang apa yang saya dengar dan baca itu adalah jauh lebih penting dari pada hanya menerima informasi belaka. Reaksi emosional kita terhadap fakta informasi, dan gagasan adalah penting bagi belajar. Bagaiman perasaan kita tentang informasi atau gagasan-gagasan baru akan menentukan apakah kita akn mempelajari atau tidak.
3.         Perilaku (behavioural)
Apa yang saya perbuat akibat dari apa yang saya dengar dan say abaca adalah aspek belajar yang sangat penting. Keterbukaan dan penerimaan gagasan-gagasan baru itu harus berakibat berupa perbuatan nyata. Saya mesti menjadi orang yang berbeda dengan memahami apa yang saya dengar dan baca itu serta memperagakannya dalam perbuatan. Hal ini adalah hasil akhir dari belajar.
















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini yaitu
·         Akhlak adalah akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan di wujudkan dalam tingkah laku  dan perbuatan  atau merupakan kebiasaan yang di lakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah karakter akhlak yang baik ataupun yang buruk.
·         Persepsi adalah proses proses menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
·          Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor Internal meliputi Fisiologis; Perhatian; Minat; Kebutuhan yang Searah; Pengalaman dan Ingatan; Suasana Hati. Fktor Eksternal meliputi Ukuran dan Penempatan dari Obyek atau Stimulus; Warna dari Obyek-obyek; Keunikan dan Kekontrasan Stimulus; Intensitas dan Kekuatan dari Stimulus; Motion atau Gerakan.
·         Jenis-jenis persepsi meliputi persepsi visual, persepsi auditori, persepsi peradabaan, persepsi penciuman, dan persepsi pengecapan.
·         Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagia bentuk pendidikan dan pelatiahn. Belajar juaga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan berkesinambuangan.
·         Faktor-faktor belajar yaitu :
1.      Faktor kegiatan,penggunaan dan ulangan
2.      Belajar memerlukan latihan,dangan jalan: relearning, recalling
3.      Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasaannya
4.      Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
5.      Faktor Asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6.      Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.
7.      Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
8.      Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat.
9.      Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar.
10.  Faktor intelegensi, Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar.
·         Hakekat belajar yaitu pengetahuan (kognitif), perasaan (afektive) dan perbuatan (behavioral).
3.2.SARAN
            Dalam menjalani kehidupan alangkah baiknya kita memperkaya ilmu dengan belajar agar kehidupan kita lebih terarah dan dapat menjalankan kehidupan sesuai syariat Islam. Selain itu kita harus menghargai setiap persepsi orang lain karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu obyek. Jadi kita mengambil hikmahnya saja dari perbedaan ini agar terjalin kerukunan dalam hidup.






DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihin.2008.Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sebani, Beni Ahmad dan Abdul Hamid. 2010. Ilmu Akhlak. Bandunng: CV Pustaka Setia.
Suarjadi, A. Membuat Siswa Aktif Belajar.1989. Bandung: Mandar Maju.
            didikan –formal-imformal-dan-nonformal. {Minggu, 02 November 2015}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar