KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”MengelolaPengambilanKeputusandanpemecahanMasalah”. Makalah ini terselesaikan
tidak lepas karena bantuan dan usaha dari semua anggota kelompok.
Kami mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dr. Rahayu Kusumadewi, SE, S.Ip, M.Siselaku Dosen mata kuliah Dasar – Dasar Manajemen yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada
sumber sumber inspirasi makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang MengelolaPengambilanKeputusandanpemecahanMasalah
bagi pembaca pada umumnya, serta bagi kami pada khusunya.
Kami
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik yang positif dan membangun
sangat kami harapkan sebagai bahan referensi kami untuk lebih baik lagi
kedepannya.
Bandung, 1 November 2015
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar………………………………………………………..
i
Daftar Isi ……………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………… ii
Bab 1
Pendahuluan
1.1 LatarBelakang………...………………………………..…… 1
1.2 IdentifikasiMasalah ...………………………...…...………… 1
1.1 LatarBelakang………...………………………………..…… 1
1.2 IdentifikasiMasalah ...………………………...…...………… 1
Bab 2 Pembahasan
2.1 SifatdariPengambilanKeputusan
…………………………… 2
2.2 PerspektifRasionaldalamPengambilanKeputusan ………... 21
2.2 PerspektifRasionaldalamPengambilanKeputusan ………... 21
2.3 Aspek –
aspekPerilakudariPengambilanKeputusan ……… 23
2.4 PengambilanKeputusanKelompokdan Tim dalamOrganisasi…………………………………………………………………………. 25
2.4 PengambilanKeputusanKelompokdan Tim dalamOrganisasi…………………………………………………………………………. 25
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan…………………………….…………………
29
DaftarPustaka ……………………………………………………….. 30
DaftarPustaka ……………………………………………………….. 30
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengambilan
keputusan dalam penyelesaian masalah
adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam
asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses
pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan
kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi
klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan
yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan
masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan
analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan
upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam
memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk lebih sistematis dan agar pembahasan
tidak keluar dari materi, maka kami merumuskan masalah masalah pokok yang akan
dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1) PenjelasanSifat
dari Pengambilan Keputusan ?
2) Apa saja Perspektif
Rasional dalam Pengambilan Keputusan ?
3) Apa saja Aspek
– aspek Perilaku dari Pengambilan Keputusan ?
4)
Apa saja Pengambilan
Keputusan Kelompok dan Tim dalam Organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat
dari Pengambilan Keputusan
A. Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat
berkaitan dengan suatu tindakan spesifik atau proses umum. Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan memilih
suatu alternative dari serangkaian alternative . akan tetapi, yang dimaksud
dengan proses pengambilan keputusan lebih luas daripada ini. Salah satu langkah
dalam proses tersebut, misalnya, adalah orang yang membuat keputusan harus
menyadari bahwa suatu keputusan memang diperlukan dan suatu keputusan
mengidentifikasikan serangkaian alternative yang memungkinkan sebelum akhirnya
memilih salah satu.
Oleh karena itu, Proses
pengambilan keputusan (decision-making process) di dalamnya mengenali dan
mendefinisikan sifat dari situasi keputusan, mengidentifikasikan
alternative,memilih alternative “terbaik”, dan menerapkannya. Sebagian orang
akan menganggap bahwa suatu keputusan yang efektif adalah keputusan yang
mengoptimalkan beberapa rangkaian factor seperti laba, penjualan, kesejahteraan
karyawan, dan pangsa pasar. Akan tetapi di beberapa situasi suatu keputusan
yang efektif mungkin merupakan satu keputusan yang meminimalkan kerugian,
beban, atau perputaran karyawan, pengambilan keputusan bahkan dapat berarti
memilih metode terbaik untuk melanjutkan usaha, memberhentikan karyawan, atau
mengakhiri suatu kontrak.
Dapat simpulkan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu bagian yang meresap pada sebagian besar aktifitas manajerial.
Hamper semua yang terjadi dalam sebuah perusahaan atau organisasi melibatkan
pengambilan keputusan atau pengimplementasian keputusan yang telah dibuat.
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan
merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan
merupakan proses pemilihan tindakan tertentu dari suatu masalah dan keputusan.
Suatu masalah adalah ketidaksesuaian antara keadaan saat ini dengan keadaan yang
diinginkan,yang memerlukan pertimbangan dan perlunya tindakan cepat.
Pengambilan keputusan adalah proses dalam manajerial,yang secara universal
pengambilan keputusan merupakan alternatif dalam pemecahan masalah. Selain itu
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang manajer menjadi tolak ukur
keefektifan mereka. Pengambilan keputusan (decisionmaking) diproses oleh
pengambil keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan. Keputusan yang
diambil akan menimbulkan aktivitas dan ataupun mengakhiri aktivitas.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi
secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono
tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu :
1) Tersedianya sumber-sumber untuk
melaksanakan keputusan yang akan diambil.
2) Kualifikasi tenaga kerja yang
tersedia
3) Falsafah yang dianut organisasi.
4) Situasi lingkungan internal dan
eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam
organisasi.
5) Masalah harus diketahui dengan jelas.
6) Pemecahan masalah harus didasarkan
pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
7) Keputusan yang baik adalah keputusan
yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak
didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai masalah :
1.
Tidak tepatnya keputusan.
- Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang maupun material.
- Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
4.
Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
Sikap atau
watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif
dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara individu sehingga mampu
memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau
isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan
mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa
seseorang terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan
untuk mengatasi kelemahan.
Bagan : Pemecahan masalah dan Pengambilan keputusan
Para ahli juga mendefinisikan tentang pengertian pengambilan
keputusan diantaranya:
1. G.R. Terry
“Decision making can be defined us the
selection based on some criteria of one behavior alternative from two or more
possible alternative.”
Artinya : “Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
Artinya : “Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Dooel
“Decision making the selection from among alternatives of a
course of action, is at the core of planning. A planning cannot be said to
exist unless a decision, a commitment of resources, dorection or reputation has
been made.”
Artinya : “Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara
alternatif alternatif mengenai sesuatu cara bertindak, adalah inti dari
perencanaan. Suatu rencana bisa dikatakan tidak ada, jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah
dibuat.”
3. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
“Pengambilan keputusan adalah suatu
proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk
melakukan aktivitas - aktivitas pada masa yang akan datang.”
Dari definisi - definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses bagaimana menentukan keputusan yang terbaik, logis, rasional dan
ideal berdasarkan data, fakta, dan informasi dari sejumlah alternatif untuk
mencapai sasaran–sasaran yang telah ditetapkan dengan risiko terkecil, efektif,
dan efisien untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Setiap pemimpin pasti bertanggungjawab terhadap masa depan
organisasinya. Untuk itu tujuan yang telah ditetapkan harus dapat tercapai
dengan berbagai aktivitas dan kebijakan. Salah satu yang harus dilakukan
pemimpin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi adalah pengambilan
keputusan.
Untuk memberikan pemahaman tentang pengambilan keputusan,
terlebih dahulu dikemukakan pengertian pengambilan keputusan. Menurut Robins
dalam Mesiono pengambilan keputusan adalah : “decision making is a process in
which one choose between two or more alternatives”. Pendapat ini menegaskan
bahwa pengambilan keputusan sebagai proses memilih satu pilihan di antara dua
atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau
alternatif secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional,
tanpa alasan atau data yang kurang akurat. Davis dalam buku yang sama,
mengemukakan suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu
pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan: tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan
perencanaan.
Menurut Mc. Farland decision : “a decision is anact of choice
where in an executive froms a conclusion about what must or must not be done in
a given situation”. (Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan
menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan
dalam situasi yang tertentu). Selain itu juga dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan itu tidak terlepas dari upaya memilih alternatif-alternatif yang
tepat untuk situasi tertentu dengan langkah-langkah tertentu pula
B. Sifat
Dasar Pengambilan Keputusan dan Jenis Keputusan
Dalam situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus
mendahului suatu atau semua pekerjaan. Dengan kata lain, rangkaian pengambilan
keputusan merupakan pekerjaan yang pertama dan paling awal dari sebuah
pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi, kelompok, unit atau individu. Bagaimana
pun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya diawali dari keputusan. Dalam hal ini
keputusanlah yang akan menentukan corak masa depan suatu organisasi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan
yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak
semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan,
pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam
mengambil keputusan. Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat
justru bersifat masa depan dan menjadi panduan dalam menentukan tindakan
manajemen dan organisasi.Dengan begitu, jelaslah bahwa pengambilan keputusan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam hubungannya dengan organisasi.
Dalam menentukan alternatif untuk menjadi sebuah keputusan dibutuhkan
pertimbangan-pertimbangan sebelum jatuh pada sebuah keputusan. Pada kondisi
inilah dibutuhkan ketajaman analisis terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
Sehingga pengambilan keputusan itu memberikan keuntungan-keuntungan dengan
kemampuannya dalam memilih dan menetapkan alternatif.
Salah satu tolak ukur utama yang biasa digunakan untuk
mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan
dalam dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya mengambil
keputusan. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa suatu keputusan dapat
dikatakan sebagai keputusan yang baik apabila memenuhi empat persyaratan, yaitu
rasionalis, logis, realistis, dan pragmatis. Pengalaman dan penelitian
menunjukkan bahwa efektivitas demikian hanya mungkin dicapai apabila seorang
pengambil keputusan mampu menggabungkan secara tepat tiga jenis pendekatan. Pertama,
pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas-asas ilmiah yang telah
dikembangkan oleh para teoritisi yang mendalami proses pengambilan keputusan.
Kedua, pendekatan yang memanfaatkan kemampuan berpikir kreatif, inovatif,, dan
intuitif disertai keterlibatan emosional. Ketiga, kemampuan belajar dari
pengalaman mengambil keputusan di masa lalu, baik karena keberhasilan maupun
karena kegagalan.
Banyak definisi mengenai pengambilan keputusan dalam
organisasi. Winardi dalam Susmaini dan Rifa’i mengemukakan bahwa secara
sederhana pengambilan keputusan adalah adanya kemungkinan pilihan antara dua
macam tindakan alternatif. Ivancevic dan Matteson dalam buku yang sama,
menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu :
1. Keputusan
terpogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya
bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terpogram adalah untuk
memperluas kemampuan organisasi dalam memecahkan masalah dengan adanya
informasi yang mencukupi.
2. Keputusan
tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi tidak terstruktur.
Tidak ada prosedur yang tersusun bagi menangani masalah, juga sebab tidak ada
secara benar-benar sama masalah sebelumnya sehingga sangat rumit dan penting
sekali.
Keputusan terprogram secara sederhana dapat dikatakan,
tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara
rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan
masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi. Karena masalah yang hendak dipecahkan
bersifat teknis, biasanya prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh
telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi
yang dikelola secara rapi. Berbeda dengan keputusan terpogram, keputusan tidak
terprogram biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang baru
yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, tidak
terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan tidak terpogram biasanya tidak teknis
sifatnya. Artinya tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional. Akan
tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi
eksistensi organisasi yang bersangkutan.
Sering kurang disadari bahwa tugas utama dari seorang
pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam
organisasi sebaiknya merupakan keputusan bersama yang diputuskan oleh pemimpin,
bukan karena terjadi secara kebetulan. Dengan pengambilan keputusan yang tepat,
segala pendadakan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan atau dikurangi.
Keputusan yang diambil oleh berbagai eselon pemimpin dalam organisasi tentu
mempunyai bobot yang berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
organisasi, semakin besar kualitas keputusan yang diambilnya meskipun bobot
keputusan tersebut sering bersifat umum. Setiap keputusan yang diambil, baik di
tingkat manajemen puncak, tengah, maupun bawah memiliki beberapa syarat
berikut:
1. Keputusan
yang diambil harus mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan.
2. Keputusan
harus tepat sehingga mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
organisasi.
3. Keputusan
harus cepat diambil untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan terbaik yang
terbuka untuk organisasi.
4. Keputusan
harus praktis, dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan kekuatan-kekuatan yang
dimiliki organisasi.
5. Keputusan
harus regional, dalam arti dapat diterima oleh akal sehat dari para pelaksana.
C. Kondisi
Pengambilan Keputusan
Seperti terdapatnya jenis keputusan yang berbeda-beda,
terdapat pula kondisi yang berbeda di mana keputusan harus dibuat. Manajer
kadang-kadang memiliki suatu pemahaman yang hamper sempurna mengenai kondisi
dari suatu keputusan, akan tetapi di lain waktu mereka hanya memiliki sedikit
petunjuk mengenai kondisi tersebut.
Sebagian besar keputusan utama dalam organisasi di masa
sekarang dibuat dalam suatu situasi ketidakpastian. Manajer yang membuat
keputusan dalam situasi ini harus yakin untuk belajar sebanyak mungkin mengenai
kemungkinan situasi dan melakukan pendekatan kepada keputusan dari perspektif
logis dan rasional.
Situasi yang muncul dalam
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Ø Tingkat
pengambilan keputusan dalam kondisi yang pasti.
Ketika pengambilan keputusan tahu engan kepastian yang
beralasan alternative apa yang ada dan kondisi apa yang terkait dengan setiap
alternative, maka suatu kondisi yang pasti akan munul.
Ø Tingkat
pengambilan keputusan dalam kondisi yang penuh risiko.
Kondisi pengambilan keputusan dimana ketersediaan dari
setiap alternative serta potensi hasil dan biayanya semua dihubungkan dengan
estimasi kemungkinan.
Ø Tingkat
pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian.
Suatu kondisi dimana pengambil keputusan tidak mengetahui
semua alternative, risiko, yang terkait dengan setiap alternative, atau
kemungkinan konsekuensi dan setiap alternative.
Untuk membuat keputusan yang efektif
dalam situasi ini, manajer harus memperoleh sebanyak mungkin informasi yang
relevan dan mendekati situasi dengan menggunakan suatu perspektif logis dan
rasional. Intuisi, pertimbangan, dan pengalaman selalu memainkan peran penting
dalam proses pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian
adalah kondisi yang paling tidak jelas bagi manajer dan yang paling rentan
terhadap kesalahan.
D. Dasar Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan
lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor
kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa
keuntungan, yaitu : 1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah
untuk memutuskan. 2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk
masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan
waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan
tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan
mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga
hal-hal yang lain sering diabaikan.
Manajer dalam pengambilan keputusan didasarkan atas suara hati (intuisi) nya, bersifat ilham dan perasaan perasaan (good feeling)-nya.
Manajer dalam pengambilan keputusan didasarkan atas suara hati (intuisi) nya, bersifat ilham dan perasaan perasaan (good feeling)-nya.
Pengambilan keputusan secara intuitif ini secara tidak sadar
dipengaruhi oleh pengetahuan masa lalu, latihan-latihan dan latar belakang.
Pengambilankeputusan secara intuisi biasanya mengandalkan naluri, perasaan
pribadi,kemampuan mental, tetapi setiap situasi dihadapinya dengan sikap
realistis dan memutuskannya menurut perasaan saja.
2. Pengambilan
Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan
daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional
lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai
masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan
didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu
dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah
dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah
hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
Pengambilan keputusan didasarkan atas hasil analisis data,
informasidan fakta – fakta, serta didukung oleh kemampuan imajinasi,
pengalaman,perspektif yang tepat dan daya pikir untuk mengimplementasikan
situasi dankondisi masa depan. Keputusan (decision) yang ditetapkan berdasarkanfakta-fakta
ini relatif baik, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkanserta bisa
diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
4. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan,
pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan
keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika
ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal
melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi
saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu
untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
5. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena
wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi
pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan
dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang
efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa
keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya
oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang
yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada
wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan
praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat
keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru
menjadi kabur atau kurang jelas.
E. Pengambilan Keputusan Sebagai
Sebuah Ilmu dan Seni.
Manusia
adalah makhluk pembuat keputusan (decision making man), pengambil keputusan,
penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan
terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia. Kita dapat mengatakan : “Tiada
saat tanpa pengambilan keputusan”.
Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus
dicari, dipelajari, dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap
orang. Pengambilan keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan tersebut
selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan
tersendiri. Pengambilan keputusan sebagai seni selalu terikat pada tujuan yang
hendak dicapai, jenis masalah yang dihadapi, serta faktor faktor lingkungan
internal organisasi, seperti : budaya dan struktur organisasi, gaya
kepemimpinan atasan dan sistem komunikasi dalam organisasi. Setiap pengambilan
keputusan yang muncul atas pandangan pengambilan keputusan sebagai seni akan
memiliki “cita rasa dan nuansa” yang berbeda beda.
Selanjutnya pengambilan keputusan disebut sebagai ilmu, karena aktivitas
tersebut memiliki sejumlah cara, metode atau pendekatan tertentu yang bersifat
sistematis, teratur dan terarah. Pengambilan keputusan sebagai ilmu juga
menandakan bahwa kajian tersebut juga dapat diterapkan oleh mereka yang
mempelajarinya. Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya
pemikiran yang dianut oleh seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan
masalah. Ilmu pengambilan keputusan memetakan langkah-langkah yang sistematis
yang menghasilkan solusi dan tindakan. Singkatnya, ilmu pengambilan keputusan
dapat dikatakan sebagai “suatu sejarah” mengenai suatu latar belakang
filosofis, asumsi, teori, konsep, model dan teknik teknik pengambilan
keputusan.
Ilmu dan seni pengambilan keputusan pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan
manusia dalam menentukan keputusan terbaik. Dimana keputusan yang diambil akan
mempengaruhi cara pencapaian tujuan yang hendak diraih. Pengambilan keputusan
adalah pendekatan terhadap metode penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan.
F.Faktor Faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Rowedan Mc Grath, penelitian terhadap gaya
pengambilan keputusan mengidentifikasikan empat pendekatan individual yang
berbeda untuk pengambilan keputusan. Fondasi dasar model tersebut adalah
pengakuan bahwa setiap orang berbeda dalam dua dimensi.Pertama,cara berfikir
mereka. Sebagian orang bersifat logis dan rasional. Mereka mengelola informasi
secara sepotong demi sepotong. Sebaliknya, sebagian lainnya bersifat intuitif
dan kreatif. Mereka memahami segala sesuatu secara
keseluruhan.Kedua, dimensi lain membahas toleransi pribadi terhadap
ambiguitis. Sebagian orang mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk menata
informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas, sementara yang lain mampu
memproses membentuk empat gaya pengambilan keputusan, yakni:
a. Directive style
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi rendah terhadapambiguitas dan menacari rasionalitas. Mereka bersifat efisien dan logis,namun perhatian mereka pada efisiensi menghasilkan dalam keputusanyang diambil dengan informasi minimal dan dengan sedikit alternatif yangterpikirkan. Tipe-tipe direktif mengambil keputusan dengan cepat danberorientasi jangka pendek.
a. Directive style
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi rendah terhadapambiguitas dan menacari rasionalitas. Mereka bersifat efisien dan logis,namun perhatian mereka pada efisiensi menghasilkan dalam keputusanyang diambil dengan informasi minimal dan dengan sedikit alternatif yangterpikirkan. Tipe-tipe direktif mengambil keputusan dengan cepat danberorientasi jangka pendek.
b. Analytical
style
Tipe
analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap
ambiguitisdibandingkan dengan para pengambil keputusan direktif. Para
manajeranalitis paling tepat dicirikan sebagai pengambil keputusan yang
cermatdengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
c. Conceptual
style
Individu dengan gaya konseptual cenderung menggunakan data dariberbagai sumber dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus merekaadalah jangka panjang dan mereka sangat baik dalam menemukan solusikreatif atas masalah-masalah.
Individu dengan gaya konseptual cenderung menggunakan data dariberbagai sumber dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus merekaadalah jangka panjang dan mereka sangat baik dalam menemukan solusikreatif atas masalah-masalah.
d. Behavioral
style
Kategori terakhir gaya perilaku menjadi ciri para pengambil keputusanyang mempunyai perhatian besar pada orang-orang dalam organisasi danperkembangan mereka. Mereka memerhatikan kebahagiaan anak buahmereka terbuka terhadap saran-saran dari orang lain. Tipe manajer inimencoba menghindari konflik dan mencari penerimaan oleh orang lain.
Kategori terakhir gaya perilaku menjadi ciri para pengambil keputusanyang mempunyai perhatian besar pada orang-orang dalam organisasi danperkembangan mereka. Mereka memerhatikan kebahagiaan anak buahmereka terbuka terhadap saran-saran dari orang lain. Tipe manajer inimencoba menghindari konflik dan mencari penerimaan oleh orang lain.
G. Teknik Teknik Pengambilan Keputusan
Seorang
manajer dalam pengambilan keputusan dapat melakukannya dengan teknik-teknik
sebagai berikut :
a. Operation Research
Yaitu dengan penggunaaan metode scientific (yang meliputi teknik-teknik matematis) dalam analisis dan pemecahan masalah tertentu.
Yaitu dengan penggunaaan metode scientific (yang meliputi teknik-teknik matematis) dalam analisis dan pemecahan masalah tertentu.
b. LinearProgramming
Yaitu dengan menggunakan rumus-rumus matematik yang disebut juga vector analysis
Yaitu dengan menggunakan rumus-rumus matematik yang disebut juga vector analysis
c. Gaming
War Games
Yaitu dengan teori yang biasanya digunakan untuk menentukan strategi.
Yaitu dengan teori yang biasanya digunakan untuk menentukan strategi.
d. Probability
Yaitu dengan teori kemungkinan yang dapat diterapkan pada kalkulasi Rasional atas hal hal yang tidak normal, mengenai sebuah keputusan yangdipertimbangkan dan diperhitungkan.
Yaitu dengan teori kemungkinan yang dapat diterapkan pada kalkulasi Rasional atas hal hal yang tidak normal, mengenai sebuah keputusan yangdipertimbangkan dan diperhitungkan.
e. Ranking
and Statistical Weighting
Yaitu dengan cara :Melokalisasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi keputusan terakhir dan menimbang faktor faktor yang dapat dibandingkan dan yang tercakup dalam setiap alternatif.
Yaitu dengan cara :Melokalisasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi keputusan terakhir dan menimbang faktor faktor yang dapat dibandingkan dan yang tercakup dalam setiap alternatif.
H.Sasaran-Sasaran dan Proses Pengambilan
Keputusan
Sasaran-sasaran
merupakan tujuan-tujuan yang diupayakan pencapaiannya oleh para manajer
dalam aneka ragam periode waktu. Sasaran juga merupakan titik atas semua
keputusan yang disusun. Mereka merupakan petunjuk-petunjuk seleksi
alternatif-alternatif yang membantu kearah pencapainnya.
Apabila seseorang manajer telah mengambil sesuatu keputusan, maka hal tersebut
berarti bahwa ia telah melewati suatu seri langkah-langkah yang secara
sistematikal berkaitan satu sama lain. Pengambilan keputusan dapat dilakukan
tanpa di sengaja. Proses pengambilan keputusan tidak hanya sekedar memilih
salah satu dari alternatif yang ada. Namun, untuk melakukan pengambilan
keputusan yang rasional, setidaknya harus tercakup langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mengenali adanya suatu masalah. Awal dari setiap
pengambilan keputusan yang rasional adalah menyadari adanya suatu masalah.
Munculnya masalah biasanya tidak disadari oleh orang-orang yang bertugas
sebagai pengambil keputusan, tetapi disadari oleh pegawai yang menangani area
tertentu. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi internal yang baik di antara
keduanya.
b. Mendefinisikan tujuan. Mendefinisikan tujuan adalah
kegiatan pendeskripsian tugas secara tepat.
c. Mengumpulkan data-data yang relevan. Data bisa
diperoleh dari berbagai buku/literatur, tetapi ada juga data yang hanya bisa
didapatkan melalui penelitian yang membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang
lama.
d. Mengidentifikasi alternatif-altenatif yang dapat
dipilih.
e. Memilih kriteria untuk menentukan alternatif
terbaik.
f. Membangun hubungan antara tujuan, alternative, data,
dan kriteria yang dipilih untuk dijadikan sebuah model.
g. Memperkirakan akibat-akibat yang ditimbulkan dari
setiap alternatif.
h. Pemilihan alternatif terbaik untuk mencapai tujuan.
Menurut
Simon (Jones,2008: 334), ada tiga proses dalam pengambilankeputusan organisasi,
yaitu :
a.
Manajer mengidentifikasikan masalah yang perlu dipecahkan. Manajer dalam
sebuah organisasi yang efektif, contohnya mengidentifikasi kondisi dan masalah
serta menganalisa seluruh aspek-aspek lingkungan organisasi baik secara umum
maupun khusus untuk dilakukan tindak lanjut yang baru.
b.
Manajer baik secara individu maupun kolektif memeriksa desain danmengembangkan
daftar alternatif solusi dan tentunya tindakan terhadap masalah yang telah
teridentifikasi.
c.
Menejer membandingkan konsekuensi logis pada masing-masing alternatifdan
tentunya tindakan mana yang akan diambil terhadap masalah yangteridentifikasi.
Menurut
Mintzberg (Jones,2008: 338), ada tiga tahap dalam pengambilan keputusan
organisasi, yaitu :
a.
Tahap identifikasi; dimana pengenalan masalah atau kesempatan munculdan
diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkandiagnosis yang
ekstensif dan sistematis, tetapi masalah sederhana tidak.
b.
Tahap pengembangan; dimana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar
yang ada atau mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa prosesdesain
merupakan proses pencarian dan percobaan dimana pembuatkeputusan hanya
mempunyai ide solusi yang tidak jelas.
c.
Tahap seleksi; dimana pilihan solusi dibuat. Ada tiga pembentukan seleksi:
1. dengan penilaian pembuat keputusan, berdasarkan
pengalaman atau intuisi,
2.
bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis;
3. dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan
kelompok formal,otorisasi pun kemudian dibuat.
Keputusan
dilahirkan dari interaksi komleks antara empat arus kejadian yangterpisah,
yakni :
a.
Masalah
b. Solusi
c. Partisipan, dan
d. Peluang pilihan
b. Solusi
c. Partisipan, dan
d. Peluang pilihan
Pada
dasarnya langkah-langkah proses pengambilan keputusan mencakup aktivitas :
a.
Menentukan problema yang berkaitan dengan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
b.
Mengidentifikasi pemecahan-pemecahan alternatif.
c. Menganalisis
hasil masing-masing alternatif.
d.
Memilih salah satu alternatif untuk diimplementasi.
I. Metode Pemecahan Masalah
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah
mengetahui fakta, kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi
data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer
membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya
untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba dan salah,
eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan
dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang
akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu perubahan. Proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis.
Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang
tepat mengidentifikasi masalah. Oleh
karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting. Kualitas
hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.Identifikasi
masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu
penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir
data.
|
|
|
|
|
2.2 Perspektif Rasional Pada Pengambilan Keputusan
Seorang
manajer yang benar-benar ingin mendekati suatu keputusan secara rasional dan
logis seharusnya berusaha untuk mengikuti langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan secara rasional tanpa memandang apakah keputusan bersifat terprogram
atau tidak, dan terlepas dari model yang akan digunakan dalam pengambilan
keputusan apakah klasik, administratif, atau politik.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan secara rasional
tersebut membantu mempertahankan pengambil keputusan untuk tetap berfokus pada
fakta dan logika dan membantu upaya melindungi dari asumsi yang tidak sesuai.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengenali dan mendefinisikan situasi keputusan
Langkah
pertama dalam pengambilan keputusan secara rasional adalah mengenali bahwa
suatu keputusan adalah penting, yaitu harus terdapat beberapa pemicu untuk
memulai proses. Permasalahan muncul ketika pencapaian organisasi telah sesuai
dengan apa yang ditetapkan. Peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian
potensial yang melebihi tujuan yang ditetapkan saat ini. Pengenalan terhadap
permasalahan akan mengarahkan manajer untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber, termasuk sumber informal.
2. Mendiagnosis dan menganalisis penyebab
Langkah kedua adalah mendiagnosis dan menganalisis penyebab
munculnya permasalahan. Diagnosis merupakan langkah pengambilan keputusan yang
dilakukan dengan menganalisis faktor penyebab mendasar yang dikaitkan dengan
situasi keputusan.
3. Pengembangan alternatif
Setelah permasalahan dikenali dan dianalisis, pengambilan
keputusan mulai dipertimbangkan untuk melakukan tindakan. Langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan alternatif solusi yang memungkinkan. Pada keputusan
terpogram alternatif solusi lebih mudah untuk diidentifikasi. Namun pada
keputusan tidak terprogram, manajer umumnya hanya mampu mengembangkan satu atau
dua solusi.
4. Pemilihan alternatif yang diinginkan
Setelah pengembangan alternatif, manajer menetapkan mana yang
akan dipilih. Alternatif terbaik adalah solusi yang paling sesuai dengan
keseluruhan tujuan dan nilai organisasi serta mencapai hasil yang diinginkan.
Pemilihan keputusan yang dilakukan oleh manajer juga tergantung pada faktor
pribadi dan preferensi seseorang terhadap risiko.
5. Implementasi alternatif yang dipilih
Tahap implementasi meliputi penggunaan kemampuan manajerial,
administratif dan persuasif untuk menjamin alternatif yang dipilih dapat
dijalankan. Keberhasilan implementasi ini tergantung pada bagaimana alternatif
yang dipilih dapat dijalankan.
6. Evaluasi dan umpan balik
Pada tahap evaluasi manajer mengumpulan informasi mengenai
seberapa efektif penerapan keputuan yang dipilih mampu mencapai tujuan. Umpan
balik sangat dibutuhkan untuk proses ini karena pengambilan keputusan merupakan
proses yang berkelanjutan dan tidak berujung selama perusahaan menjalankan
aktivitasnya.
2.3 Aspek-aspek
Perilaku dari Pengambilan Keputusan
1.Model Administratif
Model
administratif(administrative model), mendeskripsikan mengenai bagai mana
keputusan sering kali dibuat.Rasionalitas yang terbatas(bounded rationality)
menyebutkan bahwa pengambil keputusan dibatasi oleh nilai dan reflex bawah
sadar mereka,keahlian,dan kebiasaan. Mereka juga dibatasi oleh informasi dan
pengetahuan yang lengkap. Bagian penting lain dari model administrative adalah
pemuasan (satisficing), konsep ini mengatakan bahwa bukannya melaksanakan suatu
penelitian yang melelahkan mengenai kemungkinan alternative terbaik, pengambil
keputusan cenderung untuk mencari hanya sampai mereka mengidentifikasikan suatu
alternative yang memenuhi persyaratan standar minimum kecukupan.
2.Kekuatan Politik dalam
Pengambilan Keputusan
Kekuatan politik adalah elemen
penting lain yang berkontribusi pada sifat perilaku dari pengambilan keputusan.
Akan tetapi elemen utama dari politik, koalisi, memilkiki relevansi yang khusus
dengan pengambilan keputusan. Sebuah koalisi merupakan aliansi informasi dari individu
atau kelompok yang dibentuk mencapai suatu tujuan bersama. Tujuan bersama ini
seringkali merupakan alternative keputusan yang dipilih.
3.Intuisi dan
Peningkatan Komitmen
Intuisi(intuition) adalah
kepercayaan yang melekat dalam diri seseorang mengenai sesuatu hal tanpa
pertimbangan secara sadar. Manajer kadang-kadang memutuskan untuk melakukan
sesuatu hal karena “terasa benar” atau karena mereka memiliki firasat. Peningakata
komitmen proses perilaku penting lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan
adalah peningkatan komitmen(escalation of commitment) pada tindakan yang
terpilih. Secara khusus, pengambil keputusan kadang-kadang membuat keputusan
dan kemudian menjadi sangat terikat dengan tindakan yang disarankan oleh
keputusan tersebut hingga mereka tetap bertahan dengannya, bahkan ketika
keputusan itu tampak salah.
4.Kecenderungan Risiko dan
Pengambilan Keputusan
Elemen perilaku dari kecenderungan risiko(risk propensity)
adalah sejauh mana pengambilan keputusan bersedia untuk bertaruh ketika membuat
keputusan. Beberapa manajer berahti-hati mengenai setiap keputusan yang mereka
buat. Mereka berusaha untuk merujuk pada model rasional dan bersikap sangat
konservatif ketika mereka melakukan hal tersebut. Manajer seperti itulah lebih
mungkin untuk menghindari kesalahan, dan mereka jarang membuat keputusan yang
mengarah pada kerugian besar.
5.Etika dan Pengambilan Keputusan
Etika individual adalah
kepercayaan pribadi mengenai perilaku benar dan salah. Etika secara jelas-jelas
terkait dengan pengambilan keputusan dalam sejumlah cara. Sebagai contoh,
misalkan setelah analisis yang hati-hati seorang manajer menyadari bahwa
perusahaannya akan dapat menghemat uang dengan cara menutup departemennya dan
melakukan subkontrak dengan seorang pemasok untuk mendapatkan jasa yang sama.
Akan tetapi untuk merekomendasikan tindakan ini akan mengakibatkan hilangnya
beberapa pekerjaan, termasuk pekerjaannya sendiri. Standar etika yang
dimilikinya akan dengan jelas membentuk langkah-langkah selanjutnya yang ia
ambil. Tentu saja, setiap komponen dari etika manajerial(hubungan perusahaan
dengan karyawan, karyawan dengan perusahaan, dan perusahaan dengan agrn ekonomi
lainnya) melibatkan serangkaian keputusan yang beragam, dan semua keputusan
tersebut tampak memiliki suatu komponen etikanya.
2.4 Pengambilan
Keputusan Kelompok dan Tim dalam Organisasi
1.Bentuk dari Pengambilan Keputusan Kelompok dan
Tim
Metode
paling umum dari pengambilan keputusan kelompok dan tim adalah kelompok
interaksi, kelompok Delphi, dan kelompok nominal. Secara meningkat,
metode-metode dari pengambilan keputusan kelompok tersebut dilakukan melalui online.
Kelompok
atau Tim Interaksi ( interacting groups or teams )adalah bentuk paling umum
dari kelompok pengambilan keputusan. Formatnya sederhana- baik suatu kelompok
yang sudah ada maupun kelompok atau tim yang baru diminta untuk membuat suatu
keputusan. Kelompok atau tim yang sudah ada mungkin berupa departemen fungsional,
tim kerja regular, atau komite. Kelompok atau tim yang baru dirancang dapat
berupa komite ad hoc, satuan tugas,
atau tim kerja yang baru dibentuk. Anggota kelompok atau tim saling berbicara
satu sama lain, berbeda pendapat, setuju, berbeda pendapat lagi, membentuk
koalisi internal, dan lain sebagainya. Terakhir setelah melalui beberapa waktu
periode pertimbangan, kelompok atau tim membuat keputusannya. Keuntungan dari
metode ini adalah interaksi antara orang sering kali memancarkan ide baru dan
meningkatkan pemahaman. Kerugian utama adalah peroses politik dapat memainkan
peran yang terlalu besar.
Kelompok
Delphi ( Delphi group ) langkah pertama dalam menggunakan prosedur Delphi
adalah untuk memperoleh kerja sama dari suatu panel yang terdiri dari para
ahli. Untuk situasi ini, para ahlinya mungkin termasuk berbagai ahli
penelitian, peneliti universitas, dan eksekutif dalam industri energi yang
relevan. Mula-mula, para ahli diminta untuk meramalkan secara anonim suatu
kerangka waktu untuk memulai terobosan yang diharapkan. Orang yang
mengkoordinasikan kelompok Delphi mengumpulkan respons, merata-ratakan respons
tersebut, dan bertanya kepada para ahli untuk mendapatkan prediksi lainnya.
Dalam putaran ini, para ahli menyediakan prediksi yang tidak bisa atau ekstrem
mungkin diminta untuk menjelaskan prediksi mereka. Penjelasan ini mungkin akan
disampaikan kepada para ahli lainnya. Ketika prediksi telah stabil, rata-rata
prediksi diambil untuk mewakili keputusan dari kelompok ahli. Waktu, beban, dan
logistic dari teknik Delphi melebihi yang diperlukan untuk keputusan ruti
sehari-hari, akan tetapi teknik ini telah berhasil meramaikan terobosan
teknologi di Boeing, potensi pasar untuk produk baru di General Motors, pola
penelitian dan pengembangan di Eli Lilly dan kondisi ekonomi masa depan dari
pemerintah AS.
Kelompok
Nominal ( nominal group )tidak seperti metode Delphi, dimana anggota kelompok
tidak melihat satu sama lain, anggota kelompok nominal ditempatkan bersama.
Anggota mewakili suatu kelompok hanya dalam nama, namun mereka tidak berbicara
satu sama lain secara bebas seperti kelompok anggota interaksi. Kelompok
nominal paling sering digunakan untuk menghasilkan alternatif atau ide kreatif
dan inovatif. Untuk memulai, menejer membentuk suatu kelompok yang terdiri dari
orang-orang yang berpengetahuan dan menjelaskan masalah kepada mereka. Anggota
kelompok kemudian bergantian saling menyebutkan ide mereka, yang dicatat pada
kertas atau papan tulis didepan ruangan. Pembahasan dibatasi pada penjelasan
secara singkat. Setelah semua alternatif disebutkan, dilakukan suatu pembahasan
dengan lebih terbuka. Anggota kelompok kemudian mengambil suara, biasanya untuk
mengurutkan berbagai alternatif. Alternatif dengan ranking tertinggi mewakili
keputusan dari kelompok. Tentu saja, manejer yang berwewenang mungkin akan
mempertahankan otoritas untuk menerima atau menolak keputusan kelompok.
2. Keuntungan dari Pengambilan Keputusan Kelompok
dan Tim
Salah
satu keuntungan adalah lebih banyak informasi yang tersedia dalam bentuk kelompok
atau tim seperti yang disarankan oleh
idiom lama. Suatu kelompok atau tim mempresentasikan suatu tingkat pendidikan,
pengalaman dan prespektif yang lebih luas. Sebagian sebagai akibat dari
peningkatan informasi tersebu, kelompok dan tim pada umumnya dapat
mengidentifikasikan dan mengevaluasi lebih banyak alternatif dari pada satu
orang. Orang yang terlibat dalam suatu keputusan kelompok atau tim memahami
logika dan rasional yang terdapat dibelakangnya, lebih mungkin untuk
menerimanya, dan dilengkapi untuk mengkomunikasikan keputusan kepada kelompok
kerja atau dapertemen mereka. Terakhir, hasil penelitan menyatakan bahwa
kelompok mungkin membuat keputusan yang lebih baik dari pada individual.
3. Kerugian dari Pengambilan Keputusan Kelompok
dan Tim
mungkin
kemunduran terbesar dari pengambilan keputusan kelompok dan tim adalah tambahan
waktu dan beban yang lebih besar yang terkait dengannya. Peningkatan waktu
berasal dari interaksi dan pembahasan antar anggota kelompok dan tim. Keputusan
kelompok atau tim juga menunjukan kompromi yang tidak diinginkan. Sebagai
contoh, memperkerjakan seorang menejer puncak yang disetujui bersama mungkin
merupakan keputusan yang buruk dalam jangka panjang karena dia mungkin tidak
mampu merespon berbagai subunit dalam organisasi secara mencukipi atau memiliki
dukungan sepenuhnya dari semua orang.
Suatu
kelompok atau tim mungkin menghasilkan suatu fenomena yang diketahui sebagai
pemikiran kelompok. Pemikiran kelompok (group think) muncul ketika keinginan
untuk mencapai keputusan yang bukan merupakan kepentingan terbaik bagi kelompok
maupun organisasi, akan tetapi anggota lebih khawatir untuk menghindari konflik
diantara mereka sendiri. Salah satu contoh mengenai pemikiran kelompok yang
paling jelas tercatat berkaitan dengan pesawat luar angkasa Challenger. Ketika NASA sedang
mempersiapkan peluncuran pesawar tersebut, sejumblah masalah dan pertanyaan
muncul. Namun, pada setiap langkah dari perjalanan, pengambil keputusan
berpendapat bahwa tidak terdapat alas an untuk menunda dan bahwa semua akan
baik-baik saja. Segera setelah peluncuran pada bulan januari 1986, pesawat
tersebut meledak dan menewaskan ketujuh anak pesawat.
4.Mengelola Proses
Pengambilan keputusan Kelompok dan Tim
Manajer
dapat melakukan beberapa hal untuk membantu meningkatkan efektifitas dari
pengambilan keputusan kelompok. Salah satunya adalah hanya dengan menjadi
waspada pada pro dan kontra awal terhadap masalah membiarkan suatu kelompok
atau tim membuat suatu keputusan. Untuk menghindari pemikiran kelompok, setiap
anggota dari kelompok atau tim seharusnya mengevaluasi secara kritis semua
alternatif yang ada. Agar anggota dapat memberikan sudut pandang yang berbeda,
pemimpin seharusnya tidak membuat posisinya sendiri diketahui terlalu awal.
Gould
Paper Company menggunakan metode ini dengan cara menempatkan manajer pada dua
tim yang berbeda. Tim memudian menghabisan seluruh hari dalam suatu debat
tersetruktur yang menyajikan pro dan kontra dari setiap sisi suatu persoalan
untuk memastikan keputusan terbaik yang paling mungkin. Sun Microsystems
membuat sebagian besar dari keputusan utamanya dengan menggunakan pendekatan
ini.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengambilan
keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin.
Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau buruk
tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai
pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah
satu bentuk kepemimpinan, sehingga Teori keputusan adalah merupakan metodologi
untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau
berisiko.Pengambilan keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer
secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara
alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.Seorang manajer harus
mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas
akibat dari resiko yang timbul sebagai konsekuensi dari keputusan yang telah diambilnya. Pada
hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakekat suatu masalah yang difokuskan untuk memecahkan masalah
secepatnya dimana individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dengan
menggunakan pendidikan dan pengalaman yang berharga yang cukup efektif dalam
pemecahan masalah.
Dengan
demikian, fokus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan menganalisis
situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungking sehingga permasalahan
dapat dituntaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Griffin,
W. R., 2004, Manajemen Edisi Ketujuh, Terjemahan: Gina Gania,
Erlangga, Jakarta.
Sudarti
dan Widyastuti, Umi, 2011, Pengantar Manajemen, Fakultas Ekonomi UNJ,
Jakarta.
Daft,
L. Richard, 2002, Manajemen Edisi Kelima, Terjemahan: Emil Salim,
Erlangga, Jakarta.
Ernie
T. S. dan Kurniawan S., Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana, 2010.
Susmaini
dan Muhammad Rifa’i, Teori Manajemen Menuju Efektivitas Pengelolaan
Organisasi, Bandung: Citapustaka Media, 2007.
Mesiono, Manajemen
Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012.
Sondang
P. Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan¸ Jakarta: Toko Gunung
Agung, 1987.
Khaerul
Umam, Manajemen Organisasi, Bandung: Pustaka Setia,
2012.
Veithzal
Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
S.P. Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
S.P. Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
PT.
Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar