Kamis, 05 Januari 2017

MENGELOLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”MengelolaPengambilanKeputusandanpemecahanMasalah”. Makalah ini terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan usaha dari semua anggota kelompok.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Rahayu Kusumadewi, SE, S.Ip, M.Siselaku Dosen mata kuliah Dasar – Dasar Manajemen yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada sumber sumber inspirasi makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang MengelolaPengambilanKeputusandanpemecahanMasalah bagi pembaca pada umumnya, serta bagi kami pada khusunya.
            Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik yang positif dan membangun sangat kami harapkan sebagai bahan referensi kami untuk lebih baik lagi kedepannya.



Bandung, 1 November 2015


DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….. i
Daftar Isi ……………………………………………………………… ii

Bab 1 Pendahuluan
          1.1
LatarBelakang………...………………………………..…… 1
          1.2 IdentifikasiMasalah ...………………………...…...………… 1

Bab 2 Pembahasan
2.1 SifatdariPengambilanKeputusan …………………………… 2
          2.2 PerspektifRasionaldalamPengambilanKeputusan ………... 21
2.3 Aspek – aspekPerilakudariPengambilanKeputusan ……… 23
          2.4 PengambilanKeputusanKelompokdan Tim dalamOrganisasi…………………………………………………………………………. 25
Bab 3 Penutup
3.1     Kesimpulan…………………………….………………… 29
DaftarPustaka ……………………………………………………….. 30


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah  adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun  sebagai pemimpin.        
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih  alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.

1.2  Rumusan Masalah
Untuk lebih sistematis dan agar pembahasan tidak keluar dari materi, maka kami merumuskan masalah masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1)      PenjelasanSifat dari Pengambilan Keputusan ?
2)      Apa saja Perspektif Rasional dalam Pengambilan Keputusan ?
3)      Apa saja Aspek – aspek Perilaku dari Pengambilan Keputusan ?
4)      Apa saja Pengambilan Keputusan Kelompok dan Tim dalam Organisasi?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat dari Pengambilan Keputusan
A.    Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat berkaitan dengan suatu tindakan spesifik atau proses umum. Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan memilih suatu alternative dari serangkaian alternative . akan tetapi, yang dimaksud dengan proses pengambilan keputusan lebih luas daripada ini. Salah satu langkah dalam proses tersebut, misalnya, adalah orang yang membuat keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan memang diperlukan dan suatu keputusan mengidentifikasikan serangkaian alternative yang memungkinkan sebelum akhirnya memilih salah satu.
Oleh karena itu, Proses pengambilan keputusan (decision-making process) di dalamnya mengenali dan mendefinisikan sifat dari situasi keputusan, mengidentifikasikan alternative,memilih alternative “terbaik”, dan menerapkannya. Sebagian orang akan menganggap bahwa suatu keputusan yang efektif adalah keputusan yang mengoptimalkan beberapa rangkaian factor seperti laba, penjualan, kesejahteraan karyawan, dan pangsa pasar. Akan tetapi di beberapa situasi suatu keputusan yang efektif mungkin merupakan satu keputusan yang meminimalkan kerugian, beban, atau perputaran karyawan, pengambilan keputusan bahkan dapat berarti memilih metode terbaik untuk melanjutkan usaha, memberhentikan karyawan, atau mengakhiri suatu kontrak.
Dapat  simpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu bagian yang meresap pada sebagian besar aktifitas manajerial. Hamper semua yang terjadi dalam sebuah perusahaan atau organisasi melibatkan pengambilan keputusan atau pengimplementasian keputusan yang telah dibuat.
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan tindakan tertentu dari suatu masalah dan keputusan. Suatu masalah adalah ketidaksesuaian antara keadaan saat ini dengan keadaan  yang diinginkan,yang memerlukan pertimbangan dan perlunya tindakan cepat.
            Pengambilan keputusan adalah proses dalam manajerial,yang secara universal pengambilan keputusan merupakan alternatif dalam pemecahan masalah. Selain itu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang manajer menjadi tolak ukur keefektifan mereka. Pengambilan keputusan (decisionmaking)  diproses oleh pengambil keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan. Keputusan yang diambil akan menimbulkan aktivitas dan ataupun mengakhiri aktivitas.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu :
1)      Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
2)      Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
3)      Falsafah yang dianut organisasi.
4)      Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
5)      Masalah harus diketahui dengan jelas.
6)      Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
7)      Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai masalah :
1.      Tidak tepatnya keputusan.
  1. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang maupun material.
  2. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
4.      Timbulnya penolakan terhadap keputusan.
Sikap atau watak berfikir kritis dapat ditingkatkan dengan memantapkan secara positif dan  memotivasi lingkungan kerja.  Kreativitas penting untuk membangkitkan  motivasi secara individu sehingga mampu memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau isu secara fleksibel dan bebas berpikir. Keterbukaan menerima kritik akan mengakibatkan hal positif seperti; semakin terjaminnya kemampuan analisa seseorang terhadap fakta dan data yang dihadapi dan akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kelemahan.


 









                       Bagan :  Pemecahan masalah dan Pengambilan keputusan


Para ahli juga mendefinisikan tentang pengertian pengambilan keputusan diantaranya:
1. G.R. Terry
             “Decision making can be defined us the selection based on some criteria of one behavior alternative from two or more possible alternative.”
Artinya :
Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Dooel
“Decision making the selection from among alternatives of a course of action, is at the core of planning. A planning cannot be said to exist unless a decision, a commitment of resources, dorection or reputation has been made.”  
Artinya :Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif alternatif mengenai sesuatu cara bertindak, adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana bisa dikatakan tidak ada,  jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.”
3. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
            Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktivitas - aktivitas pada masa yang akan datang.
            Dari definisi - definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses bagaimana menentukan keputusan yang terbaik, logis, rasional dan ideal berdasarkan data, fakta, dan informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran–sasaran yang telah ditetapkan dengan risiko terkecil, efektif, dan efisien untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Setiap pemimpin pasti bertanggungjawab terhadap masa depan organisasinya. Untuk itu tujuan yang telah ditetapkan harus dapat tercapai dengan berbagai aktivitas dan kebijakan. Salah satu yang harus dilakukan pemimpin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi adalah pengambilan keputusan.
Untuk memberikan pemahaman tentang pengambilan keputusan, terlebih dahulu dikemukakan pengertian pengambilan keputusan. Menurut Robins dalam Mesiono pengambilan keputusan adalah : “decision making is a process in which one choose between two or more alternatives”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan sebagai proses memilih satu pilihan di antara dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau alternatif secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional, tanpa alasan atau data yang kurang akurat. Davis dalam buku yang sama, mengemukakan suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan: tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan.
Menurut Mc. Farland decision : “a decision is anact of choice where in an executive froms a conclusion about what must or must not be done in a given situation”. (Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan dalam situasi yang tertentu). Selain itu juga dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan itu tidak terlepas dari upaya memilih alternatif-alternatif yang tepat untuk situasi tertentu dengan langkah-langkah tertentu pula
B.     Sifat Dasar Pengambilan Keputusan dan Jenis Keputusan
Dalam situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu atau semua pekerjaan. Dengan kata lain, rangkaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi, kelompok, unit atau individu. Bagaimana pun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menentukan corak masa depan suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan. Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa depan dan menjadi panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi.Dengan begitu, jelaslah bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam hubungannya dengan organisasi. Dalam menentukan alternatif untuk menjadi sebuah keputusan dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan sebelum jatuh pada sebuah keputusan. Pada kondisi inilah dibutuhkan ketajaman analisis terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Sehingga pengambilan keputusan itu memberikan keuntungan-keuntungan dengan kemampuannya dalam memilih dan menetapkan alternatif.
Salah satu tolak ukur utama yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam dalam suatu organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya mengambil keputusan. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa suatu keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik apabila memenuhi empat persyaratan, yaitu rasionalis, logis, realistis, dan pragmatis. Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas demikian hanya mungkin dicapai apabila seorang pengambil keputusan mampu menggabungkan secara tepat tiga jenis pendekatan. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas-asas ilmiah yang telah dikembangkan oleh para teoritisi yang mendalami proses pengambilan keputusan. Kedua, pendekatan yang memanfaatkan kemampuan berpikir kreatif, inovatif,, dan intuitif disertai keterlibatan emosional. Ketiga, kemampuan belajar dari pengalaman mengambil keputusan di masa lalu, baik karena keberhasilan maupun karena kegagalan.
Banyak definisi mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Winardi dalam Susmaini dan Rifa’i mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan adalah adanya kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan alternatif. Ivancevic dan Matteson dalam buku yang sama, menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu :
1.     Keputusan terpogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terpogram adalah untuk memperluas kemampuan organisasi dalam memecahkan masalah dengan adanya informasi yang mencukupi.
2.    Keputusan tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi tidak terstruktur. Tidak ada prosedur yang tersusun bagi menangani masalah, juga sebab tidak ada secara benar-benar sama masalah sebelumnya sehingga sangat rumit dan penting sekali.
Keputusan terprogram secara sederhana dapat dikatakan, tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Karena masalah yang hendak dipecahkan bersifat teknis, biasanya prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Berbeda dengan keputusan terpogram, keputusan tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tidak terpogram biasanya tidak teknis sifatnya. Artinya tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional. Akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi yang bersangkutan.
Sering kurang disadari bahwa tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya merupakan keputusan bersama yang diputuskan oleh pemimpin, bukan karena terjadi secara kebetulan. Dengan pengambilan keputusan yang tepat, segala pendadakan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan atau dikurangi. Keputusan yang diambil oleh berbagai eselon pemimpin dalam organisasi tentu mempunyai bobot yang berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, semakin besar kualitas keputusan yang diambilnya meskipun bobot keputusan tersebut sering bersifat umum. Setiap keputusan yang diambil, baik di tingkat manajemen puncak, tengah, maupun bawah memiliki beberapa syarat berikut:
1.      Keputusan yang diambil harus mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan.
2.    Keputusan harus tepat sehingga mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi.
3.  Keputusan harus cepat diambil untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan terbaik yang terbuka untuk organisasi.
4.   Keputusan harus praktis, dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi.
5.     Keputusan harus regional, dalam arti dapat diterima oleh akal sehat dari para pelaksana.
C. Kondisi Pengambilan Keputusan
Seperti terdapatnya jenis keputusan yang berbeda-beda, terdapat pula kondisi yang berbeda di mana keputusan harus dibuat. Manajer kadang-kadang memiliki suatu pemahaman yang hamper sempurna mengenai kondisi dari suatu keputusan, akan tetapi di lain waktu mereka hanya memiliki sedikit petunjuk mengenai kondisi tersebut.
Sebagian besar keputusan utama dalam organisasi di masa sekarang dibuat dalam suatu situasi ketidakpastian. Manajer yang membuat keputusan dalam situasi ini harus yakin untuk belajar sebanyak mungkin mengenai kemungkinan situasi dan melakukan pendekatan kepada keputusan dari perspektif logis dan rasional.
Situasi yang muncul dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :












Text Box: PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGHADAPI SITUASI





Text Box: RENDAH
Text Box: SEDANG
Text Box: TINGGI

 












Ø  Tingkat pengambilan keputusan dalam kondisi yang pasti.
Ketika pengambilan keputusan tahu engan kepastian yang beralasan alternative apa yang ada dan kondisi apa yang terkait dengan setiap alternative, maka suatu kondisi yang pasti akan munul.
Ø  Tingkat pengambilan keputusan dalam kondisi yang penuh risiko.
Kondisi pengambilan keputusan dimana ketersediaan dari setiap alternative serta potensi hasil dan biayanya semua dihubungkan dengan estimasi kemungkinan.
Ø  Tingkat pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian.
Suatu kondisi dimana pengambil keputusan tidak mengetahui semua alternative, risiko, yang terkait dengan setiap alternative, atau kemungkinan konsekuensi dan setiap alternative.
            Untuk membuat keputusan yang efektif dalam situasi ini, manajer harus memperoleh sebanyak mungkin informasi yang relevan dan mendekati situasi dengan menggunakan suatu perspektif logis dan rasional. Intuisi, pertimbangan, dan pengalaman selalu memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian adalah kondisi yang paling tidak jelas bagi manajer dan yang paling rentan terhadap kesalahan.
D. Dasar Pengambilan Keputusan
1.     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : 1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2) Keputusan intuitif  lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif  hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
Manajer dalam pengambilan keputusan didasarkan atas suara hati (intuisi) nya, bersifat ilham dan perasaan perasaan (good feeling)-nya.
Pengambilan keputusan secara intuitif ini secara tidak sadar dipengaruhi oleh pengetahuan masa lalu, latihan-latihan dan latar belakang. Pengambilankeputusan secara intuisi biasanya mengandalkan naluri, perasaan pribadi,kemampuan mental, tetapi setiap situasi dihadapinya dengan sikap realistis dan memutuskannya menurut perasaan saja.
2.     Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu. 
3.     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
Pengambilan keputusan didasarkan atas hasil analisis data, informasidan fakta – fakta, serta didukung oleh kemampuan imajinasi, pengalaman,perspektif yang tepat dan daya pikir untuk mengimplementasikan situasi dankondisi masa depan. Keputusan (decision) yang ditetapkan berdasarkanfakta-fakta ini relatif baik, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkanserta bisa diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
4.     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
5.     Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
E.  Pengambilan Keputusan Sebagai Sebuah Ilmu dan Seni.
            Manusia adalah makhluk pembuat keputusan (decision making man), pengambil keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia. Kita dapat mengatakan : “Tiada saat tanpa pengambilan keputusan”.
Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari, dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Pengambilan keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan tersebut selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Pengambilan keputusan sebagai seni selalu terikat pada tujuan yang hendak dicapai, jenis masalah yang dihadapi, serta faktor faktor lingkungan internal organisasi, seperti : budaya dan struktur organisasi, gaya kepemimpinan atasan dan sistem komunikasi dalam organisasi. Setiap pengambilan keputusan yang muncul atas pandangan pengambilan keputusan sebagai seni akan memiliki “cita rasa dan nuansa” yang berbeda beda.
            Selanjutnya pengambilan keputusan disebut sebagai ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki sejumlah cara, metode atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis, teratur dan terarah. Pengambilan keputusan sebagai ilmu juga menandakan bahwa kajian tersebut juga dapat diterapkan oleh mereka yang mempelajarinya. Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang dianut oleh seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan masalah. Ilmu pengambilan keputusan memetakan langkah-langkah yang sistematis yang menghasilkan solusi dan tindakan. Singkatnya, ilmu pengambilan keputusan dapat dikatakan sebagai “suatu sejarah” mengenai suatu latar belakang filosofis, asumsi, teori, konsep, model dan teknik teknik pengambilan keputusan.
            Ilmu dan seni pengambilan keputusan pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan manusia dalam menentukan keputusan terbaik. Dimana keputusan yang diambil akan mempengaruhi cara pencapaian tujuan yang hendak diraih. Pengambilan keputusan adalah pendekatan terhadap metode penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan.
F.Faktor Faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Rowedan Mc Grath, penelitian terhadap gaya pengambilan keputusan mengidentifikasikan empat pendekatan individual yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Fondasi dasar model tersebut adalah pengakuan bahwa setiap orang berbeda dalam dua dimensi.Pertama,cara berfikir mereka. Sebagian orang bersifat logis dan rasional. Mereka mengelola informasi secara sepotong demi sepotong. Sebaliknya, sebagian lainnya bersifat intuitif dan kreatif. Mereka memahami segala sesuatu secara keseluruhan.Kedua, dimensi lain membahas toleransi pribadi terhadap ambiguitis. Sebagian orang mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk menata informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas, sementara yang lain mampu memproses membentuk empat gaya pengambilan keputusan, yakni:         
a.  Directive style
       
           
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi rendah terhadapambiguitas dan menacari rasionalitas. Mereka bersifat efisien dan logis,namun perhatian mereka pada efisiensi menghasilkan dalam keputusanyang diambil dengan informasi minimal dan dengan sedikit alternatif yangterpikirkan. Tipe-tipe direktif mengambil keputusan dengan cepat danberorientasi jangka pendek.
b.  Analytical style
            Tipe analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitisdibandingkan dengan para pengambil keputusan direktif. Para manajeranalitis paling tepat dicirikan sebagai pengambil keputusan yang cermatdengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
c.  Conceptual style    
            Individu dengan gaya konseptual cenderung menggunakan data dariberbagai sumber dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus merekaadalah jangka panjang dan mereka sangat baik dalam menemukan solusikreatif atas masalah-masalah.
d.  Behavioral style    
           
Kategori terakhir gaya perilaku menjadi ciri para pengambil keputusanyang mempunyai perhatian besar pada orang-orang dalam organisasi danperkembangan mereka. Mereka memerhatikan kebahagiaan anak buahmereka terbuka terhadap saran-saran dari orang lain. Tipe manajer inimencoba menghindari konflik dan mencari penerimaan oleh orang lain.
G.  Teknik Teknik Pengambilan Keputusan
                Seorang manajer dalam pengambilan keputusan dapat melakukannya dengan teknik-teknik sebagai berikut :
a. Operation Research           
            Yaitu dengan penggunaaan metode scientific (yang meliputi teknik-teknik matematis) dalam analisis dan pemecahan masalah tertentu.  
b.  LinearProgramming         
            Yaitu dengan menggunakan rumus-rumus matematik yang disebut juga vector analysis
c.  Gaming War Games          
           
Yaitu dengan teori yang biasanya digunakan untuk menentukan strategi.
d.  Probability
            Yaitu dengan teori kemungkinan yang dapat diterapkan pada kalkulasi Rasional atas hal hal yang tidak normal, mengenai sebuah keputusan yangdipertimbangkan dan diperhitungkan.
e.  Ranking and Statistical Weighting
           
Yaitu dengan cara :Melokalisasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi keputusan terakhir dan menimbang faktor faktor yang dapat dibandingkan dan yang tercakup dalam setiap alternatif.
H.Sasaran-Sasaran dan Proses Pengambilan Keputusan
                Sasaran-sasaran merupakan tujuan-tujuan yang diupayakan pencapaiannya oleh para manajer dalam aneka ragam periode waktu. Sasaran juga merupakan titik atas semua keputusan yang disusun. Mereka merupakan petunjuk-petunjuk seleksi alternatif-alternatif yang membantu kearah pencapainnya.
            Apabila seseorang manajer telah mengambil sesuatu keputusan, maka hal tersebut berarti bahwa ia telah melewati suatu seri langkah-langkah yang secara sistematikal berkaitan satu sama lain. Pengambilan keputusan dapat dilakukan tanpa di sengaja. Proses pengambilan keputusan tidak hanya sekedar memilih salah satu dari alternatif yang ada. Namun, untuk melakukan pengambilan keputusan yang rasional, setidaknya harus tercakup langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengenali adanya suatu masalah. Awal dari setiap pengambilan keputusan yang rasional adalah menyadari adanya suatu masalah. Munculnya masalah biasanya tidak disadari oleh orang-orang yang bertugas sebagai pengambil keputusan, tetapi disadari oleh pegawai yang menangani area tertentu. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi internal yang baik di antara keduanya.
b. Mendefinisikan tujuan. Mendefinisikan tujuan adalah kegiatan pendeskripsian tugas secara tepat.
c. Mengumpulkan data-data yang relevan. Data bisa diperoleh dari berbagai buku/literatur, tetapi ada juga data yang hanya bisa didapatkan melalui penelitian yang membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama.
d. Mengidentifikasi alternatif-altenatif yang dapat dipilih.
e. Memilih kriteria untuk  menentukan alternatif terbaik.
f. Membangun hubungan antara tujuan, alternative, data, dan kriteria yang dipilih untuk dijadikan sebuah model.
g. Memperkirakan akibat-akibat yang ditimbulkan dari setiap alternatif.
h. Pemilihan alternatif terbaik untuk mencapai tujuan.
            Menurut Simon (Jones,2008: 334), ada tiga proses dalam pengambilankeputusan organisasi, yaitu :
a.  Manajer mengidentifikasikan masalah yang perlu dipecahkan. Manajer dalam sebuah organisasi yang efektif, contohnya mengidentifikasi kondisi dan masalah serta menganalisa seluruh aspek-aspek lingkungan organisasi baik secara umum maupun khusus untuk dilakukan tindak lanjut yang baru.
b.  Manajer baik secara individu maupun kolektif memeriksa desain danmengembangkan daftar alternatif solusi dan tentunya tindakan terhadap masalah yang telah teridentifikasi.
c.  Menejer membandingkan konsekuensi logis pada masing-masing alternatifdan tentunya tindakan mana yang akan diambil terhadap masalah yangteridentifikasi.
            Menurut Mintzberg (Jones,2008: 338), ada tiga tahap dalam pengambilan keputusan organisasi, yaitu :
a.  Tahap identifikasi; dimana pengenalan masalah atau kesempatan munculdan diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkandiagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah sederhana tidak.
b.  Tahap pengembangan; dimana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa prosesdesain merupakan proses pencarian dan percobaan dimana pembuatkeputusan hanya mempunyai ide solusi yang tidak jelas.
c.  Tahap seleksi; dimana pilihan solusi dibuat. Ada tiga pembentukan seleksi:
    1. dengan penilaian pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi,
    2. bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis;
    3. dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok formal,otorisasi pun kemudian dibuat.
Keputusan dilahirkan dari interaksi komleks antara empat arus kejadian yangterpisah, yakni :
a.  Masalah     
b.  Solusi
         
c.  Partisipan, dan      
d.  Peluang pilihan
Pada dasarnya langkah-langkah proses pengambilan keputusan mencakup aktivitas :
a.  Menentukan problema yang berkaitan dengan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
b.  Mengidentifikasi pemecahan-pemecahan alternatif.
c.  Menganalisis hasil masing-masing alternatif.
d.  Memilih salah satu alternatif untuk diimplementasi.
I. Metode Pemecahan Masalah
Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian memisahkan fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya masalah tersebut. Manajer membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba dan salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat manajer hendak mengadakan suatu perubahan. Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu penyelesaian yang dinamis.
Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah kurang tepat mengidentifikasi masalah.  Oleh karena itu identifikasi masalah adalah langkah yang paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam mengidentifikasi masalah.Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan pengalaman  pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.










 


Pengambilan Keputusan
Mengenalkan Perubahan
 
Akan datang
 
Kini
 
Lampau
 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
                                                                                                                                                                                                           
Bagan : Proses Pemecahan masalah
 


2.2 Perspektif Rasional Pada Pengambilan Keputusan
                Seorang manajer yang benar-benar ingin mendekati suatu keputusan secara rasional dan logis seharusnya berusaha untuk mengikuti langkah-langkah dalam pengambilan keputusan secara rasional tanpa memandang apakah keputusan bersifat terprogram atau tidak, dan terlepas dari model yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan apakah klasik, administratif, atau politik.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan secara rasional tersebut membantu mempertahankan pengambil keputusan untuk tetap berfokus pada fakta dan logika dan membantu upaya melindungi dari asumsi yang tidak sesuai. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Mengenali dan mendefinisikan situasi keputusan
            Langkah pertama dalam pengambilan keputusan secara rasional adalah mengenali bahwa suatu keputusan adalah penting, yaitu harus terdapat beberapa pemicu untuk memulai proses. Permasalahan muncul ketika pencapaian organisasi telah sesuai dengan apa yang ditetapkan. Peluang muncul ketika manajer melihat pencapaian potensial yang melebihi tujuan yang ditetapkan saat ini. Pengenalan terhadap permasalahan akan mengarahkan manajer untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk sumber informal.
2. Mendiagnosis dan menganalisis penyebab
Langkah kedua adalah mendiagnosis dan menganalisis penyebab munculnya permasalahan. Diagnosis merupakan langkah pengambilan keputusan yang dilakukan dengan menganalisis faktor penyebab mendasar yang dikaitkan dengan situasi keputusan.
3. Pengembangan alternatif
Setelah permasalahan dikenali dan dianalisis, pengambilan keputusan mulai dipertimbangkan untuk melakukan tindakan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan alternatif solusi yang memungkinkan. Pada keputusan terpogram alternatif solusi lebih mudah untuk diidentifikasi. Namun pada keputusan tidak terprogram, manajer umumnya hanya mampu mengembangkan satu atau dua solusi.
4. Pemilihan alternatif yang diinginkan
Setelah pengembangan alternatif, manajer menetapkan mana yang akan dipilih. Alternatif terbaik adalah solusi yang paling sesuai dengan keseluruhan tujuan dan nilai organisasi serta mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan keputusan yang dilakukan oleh manajer juga tergantung pada faktor pribadi dan preferensi seseorang terhadap risiko.
5. Implementasi alternatif yang dipilih
Tahap implementasi meliputi penggunaan kemampuan manajerial, administratif dan persuasif untuk menjamin alternatif yang dipilih dapat dijalankan. Keberhasilan implementasi ini tergantung pada bagaimana alternatif yang dipilih dapat dijalankan.
6. Evaluasi dan umpan balik
Pada tahap evaluasi manajer mengumpulan informasi mengenai seberapa efektif penerapan keputuan yang dipilih mampu mencapai tujuan. Umpan balik sangat dibutuhkan untuk proses ini karena pengambilan keputusan merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak berujung selama perusahaan menjalankan aktivitasnya.

2.3 Aspek-aspek Perilaku dari Pengambilan Keputusan
1.Model Administratif          
                Model administratif(administrative model), mendeskripsikan mengenai bagai mana keputusan sering kali dibuat.Rasionalitas yang terbatas(bounded rationality) menyebutkan bahwa pengambil keputusan dibatasi oleh nilai dan reflex bawah sadar mereka,keahlian,dan kebiasaan. Mereka juga dibatasi oleh informasi dan pengetahuan yang lengkap. Bagian penting lain dari model administrative adalah pemuasan (satisficing), konsep ini mengatakan bahwa bukannya melaksanakan suatu penelitian yang melelahkan mengenai kemungkinan alternative terbaik, pengambil keputusan cenderung untuk mencari hanya sampai mereka mengidentifikasikan suatu alternative yang memenuhi persyaratan standar minimum kecukupan.
2.Kekuatan Politik dalam Pengambilan Keputusan
Kekuatan politik adalah elemen penting lain yang berkontribusi pada sifat perilaku dari pengambilan keputusan. Akan tetapi elemen utama dari politik, koalisi, memilkiki relevansi yang khusus dengan pengambilan keputusan. Sebuah koalisi merupakan aliansi informasi dari individu atau kelompok yang dibentuk mencapai suatu tujuan bersama. Tujuan bersama ini seringkali merupakan alternative keputusan yang dipilih.
3.Intuisi dan Peningkatan Komitmen
Intuisi(intuition) adalah kepercayaan yang melekat dalam diri seseorang mengenai sesuatu hal tanpa pertimbangan secara sadar. Manajer kadang-kadang memutuskan untuk melakukan sesuatu hal karena “terasa benar” atau karena mereka memiliki firasat. Peningakata komitmen proses perilaku penting lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah peningkatan komitmen(escalation of commitment) pada tindakan yang terpilih. Secara khusus, pengambil keputusan kadang-kadang membuat keputusan dan kemudian menjadi sangat terikat dengan tindakan yang disarankan oleh keputusan tersebut hingga mereka tetap bertahan dengannya, bahkan ketika keputusan itu tampak salah.
4.Kecenderungan Risiko dan Pengambilan Keputusan
Elemen perilaku dari kecenderungan risiko(risk propensity) adalah sejauh mana pengambilan keputusan bersedia untuk bertaruh ketika membuat keputusan. Beberapa manajer berahti-hati mengenai setiap keputusan yang mereka buat. Mereka berusaha untuk merujuk pada model rasional dan bersikap sangat konservatif ketika mereka melakukan hal tersebut. Manajer seperti itulah lebih mungkin untuk menghindari kesalahan, dan mereka jarang membuat keputusan yang mengarah pada kerugian besar.
5.Etika dan Pengambilan Keputusan
Etika individual adalah kepercayaan pribadi mengenai perilaku benar dan salah. Etika secara jelas-jelas terkait dengan pengambilan keputusan dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, misalkan setelah analisis yang hati-hati seorang manajer menyadari bahwa perusahaannya akan dapat menghemat uang dengan cara menutup departemennya dan melakukan subkontrak dengan seorang pemasok untuk mendapatkan jasa yang sama. Akan tetapi untuk merekomendasikan tindakan ini akan mengakibatkan hilangnya beberapa pekerjaan, termasuk pekerjaannya sendiri. Standar etika yang dimilikinya akan dengan jelas membentuk langkah-langkah selanjutnya yang ia ambil. Tentu saja, setiap komponen dari etika manajerial(hubungan perusahaan dengan karyawan, karyawan dengan perusahaan, dan perusahaan dengan agrn ekonomi lainnya) melibatkan serangkaian keputusan yang beragam, dan semua keputusan tersebut tampak memiliki suatu komponen etikanya.

2.4 Pengambilan Keputusan Kelompok dan Tim dalam Organisasi
1.Bentuk dari Pengambilan Keputusan Kelompok dan Tim
Metode paling umum dari pengambilan keputusan kelompok dan tim adalah kelompok interaksi, kelompok Delphi, dan kelompok nominal. Secara meningkat, metode-metode dari pengambilan keputusan kelompok tersebut dilakukan melalui online.
Kelompok atau Tim Interaksi ( interacting groups or teams )adalah bentuk paling umum dari kelompok pengambilan keputusan. Formatnya sederhana- baik suatu kelompok yang sudah ada maupun kelompok atau tim yang baru diminta untuk membuat suatu keputusan. Kelompok atau tim yang sudah ada mungkin berupa departemen fungsional, tim kerja regular, atau komite. Kelompok atau tim yang baru dirancang dapat berupa komite ad hoc, satuan tugas, atau tim kerja yang baru dibentuk. Anggota kelompok atau tim saling berbicara satu sama lain, berbeda pendapat, setuju, berbeda pendapat lagi, membentuk koalisi internal, dan lain sebagainya. Terakhir setelah melalui beberapa waktu periode pertimbangan, kelompok atau tim membuat keputusannya. Keuntungan dari metode ini adalah interaksi antara orang sering kali memancarkan ide baru dan meningkatkan pemahaman. Kerugian utama adalah peroses politik dapat memainkan peran yang terlalu besar.
Kelompok Delphi ( Delphi group ) langkah pertama dalam menggunakan prosedur Delphi adalah untuk memperoleh kerja sama dari suatu panel yang terdiri dari para ahli. Untuk situasi ini, para ahlinya mungkin termasuk berbagai ahli penelitian, peneliti universitas, dan eksekutif dalam industri energi yang relevan. Mula-mula, para ahli diminta untuk meramalkan secara anonim suatu kerangka waktu untuk memulai terobosan yang diharapkan. Orang yang mengkoordinasikan kelompok Delphi mengumpulkan respons, merata-ratakan respons tersebut, dan bertanya kepada para ahli untuk mendapatkan prediksi lainnya. Dalam putaran ini, para ahli menyediakan prediksi yang tidak bisa atau ekstrem mungkin diminta untuk menjelaskan prediksi mereka. Penjelasan ini mungkin akan disampaikan kepada para ahli lainnya. Ketika prediksi telah stabil, rata-rata prediksi diambil untuk mewakili keputusan dari kelompok ahli. Waktu, beban, dan logistic dari teknik Delphi melebihi yang diperlukan untuk keputusan ruti sehari-hari, akan tetapi teknik ini telah berhasil meramaikan terobosan teknologi di Boeing, potensi pasar untuk produk baru di General Motors, pola penelitian dan pengembangan di Eli Lilly dan kondisi ekonomi masa depan dari pemerintah AS.
Kelompok Nominal ( nominal group )tidak seperti metode Delphi, dimana anggota kelompok tidak melihat satu sama lain, anggota kelompok nominal ditempatkan bersama. Anggota mewakili suatu kelompok hanya dalam nama, namun mereka tidak berbicara satu sama lain secara bebas seperti kelompok anggota interaksi. Kelompok nominal paling sering digunakan untuk menghasilkan alternatif atau ide kreatif dan inovatif. Untuk memulai, menejer membentuk suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang berpengetahuan dan menjelaskan masalah kepada mereka. Anggota kelompok kemudian bergantian saling menyebutkan ide mereka, yang dicatat pada kertas atau papan tulis didepan ruangan. Pembahasan dibatasi pada penjelasan secara singkat. Setelah semua alternatif disebutkan, dilakukan suatu pembahasan dengan lebih terbuka. Anggota kelompok kemudian mengambil suara, biasanya untuk mengurutkan berbagai alternatif. Alternatif dengan ranking tertinggi mewakili keputusan dari kelompok. Tentu saja, manejer yang berwewenang mungkin akan mempertahankan otoritas untuk menerima atau menolak keputusan kelompok.
2. Keuntungan dari Pengambilan Keputusan Kelompok dan Tim
Salah satu keuntungan adalah lebih banyak informasi yang tersedia dalam bentuk kelompok atau tim seperti  yang disarankan oleh idiom lama. Suatu kelompok atau tim mempresentasikan suatu tingkat pendidikan, pengalaman dan prespektif yang lebih luas. Sebagian sebagai akibat dari peningkatan informasi tersebu, kelompok dan tim pada umumnya dapat mengidentifikasikan dan mengevaluasi lebih banyak alternatif dari pada satu orang. Orang yang terlibat dalam suatu keputusan kelompok atau tim memahami logika dan rasional yang terdapat dibelakangnya, lebih mungkin untuk menerimanya, dan dilengkapi untuk mengkomunikasikan keputusan kepada kelompok kerja atau dapertemen mereka. Terakhir, hasil penelitan menyatakan bahwa kelompok mungkin membuat keputusan yang lebih baik dari pada individual.
3. Kerugian dari Pengambilan Keputusan Kelompok dan Tim
mungkin kemunduran terbesar dari pengambilan keputusan kelompok dan tim adalah tambahan waktu dan beban yang lebih besar yang terkait dengannya. Peningkatan waktu berasal dari interaksi dan pembahasan antar anggota kelompok dan tim. Keputusan kelompok atau tim juga menunjukan kompromi yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, memperkerjakan seorang menejer puncak yang disetujui bersama mungkin merupakan keputusan yang buruk dalam jangka panjang karena dia mungkin tidak mampu merespon berbagai subunit dalam organisasi secara mencukipi atau memiliki dukungan sepenuhnya dari semua orang.
Suatu kelompok atau tim mungkin menghasilkan suatu fenomena yang diketahui sebagai pemikiran kelompok. Pemikiran kelompok (group think) muncul ketika keinginan untuk mencapai keputusan yang bukan merupakan kepentingan terbaik bagi kelompok maupun organisasi, akan tetapi anggota lebih khawatir untuk menghindari konflik diantara mereka sendiri. Salah satu contoh mengenai pemikiran kelompok yang paling jelas tercatat berkaitan dengan pesawat luar angkasa Challenger. Ketika NASA sedang mempersiapkan peluncuran pesawar tersebut, sejumblah masalah dan pertanyaan muncul. Namun, pada setiap langkah dari perjalanan, pengambil keputusan berpendapat bahwa tidak terdapat alas an untuk menunda dan bahwa semua akan baik-baik saja. Segera setelah peluncuran pada bulan januari 1986, pesawat tersebut meledak dan menewaskan ketujuh anak pesawat.

4.Mengelola Proses Pengambilan keputusan Kelompok dan Tim
Manajer dapat melakukan beberapa hal untuk membantu meningkatkan efektifitas dari pengambilan keputusan kelompok. Salah satunya adalah hanya dengan menjadi waspada pada pro dan kontra awal terhadap masalah membiarkan suatu kelompok atau tim membuat suatu keputusan. Untuk menghindari pemikiran kelompok, setiap anggota dari kelompok atau tim seharusnya mengevaluasi secara kritis semua alternatif yang ada. Agar anggota dapat memberikan sudut pandang yang berbeda, pemimpin seharusnya tidak membuat posisinya sendiri diketahui terlalu awal.
Gould Paper Company menggunakan metode ini dengan cara menempatkan manajer pada dua tim yang berbeda. Tim memudian menghabisan seluruh hari dalam suatu debat tersetruktur yang menyajikan pro dan kontra dari setiap sisi suatu persoalan untuk memastikan keputusan terbaik yang paling mungkin. Sun Microsystems membuat sebagian besar dari keputusan utamanya dengan menggunakan pendekatan ini.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko.Pengambilan keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.Seorang manajer harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang timbul sebagai konsekuensi  dari keputusan yang telah diambilnya. Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah yang difokuskan untuk memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman yang berharga yang cukup efektif dalam pemecahan masalah.
            Dengan demikian, fokus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungking sehingga permasalahan dapat dituntaskan.


DAFTAR PUSTAKA

Griffin, W. R., 2004, Manajemen Edisi Ketujuh, Terjemahan: Gina Gania, Erlangga,   Jakarta.
Sudarti dan Widyastuti, Umi, 2011, Pengantar Manajemen, Fakultas Ekonomi UNJ, Jakarta.
Daft, L. Richard, 2002, Manajemen Edisi Kelima, Terjemahan: Emil Salim, Erlangga, Jakarta.
Ernie T. S. dan Kurniawan S., Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana, 2010.
Susmaini dan Muhammad Rifa’i, Teori Manajemen Menuju Efektivitas Pengelolaan Organisasi, Bandung: Citapustaka Media, 2007.
Mesiono, Manajemen Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012.
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan¸ Jakarta: Toko Gunung Agung, 1987.
Khaerul Umam, Manajemen Organisasi, Bandung: Pustaka Setia, 2012.        
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

S.P. Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar