BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
pada dasarnya merupakan pemilihan dan penetapan srategi pembelajaran yang
optimal guna mencapai perolehan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Dalam kaitan ini, strategi penyampaian pembelajaran yang
tetap merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah
satu Mata Kuliah yang menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
asma’ul husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam
mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh
perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, materi pendidikan Aqidah
Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana
membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan
kehidupanya dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada.
1.2 Rumusan
Masalah
Untuk lebih sistematis dan agar pembahasan tidak keluar dari
materi, maka kami merumuskan masalah masalah pokok yang akan dibahas dalam
makalah ini, antara lain:
1). BagaimanaDorongan Berakhlak Pada Manusia
?
2). BagaimanaHakekat Keberadaan Manusia ?
3). Bagaimana cara Penerapan Akhlaq ?
4). BagaimanaTantangan Akhlak ?
5). Bagaimana Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak ?
6). Apa tujuan Penjagaan Sesama Muslim ?
7). BagaimanaPeran Pendidikan Akhlak bagi Anak ?
2). BagaimanaHakekat Keberadaan Manusia ?
3). Bagaimana cara Penerapan Akhlaq ?
4). BagaimanaTantangan Akhlak ?
5). Bagaimana Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak ?
6). Apa tujuan Penjagaan Sesama Muslim ?
7). BagaimanaPeran Pendidikan Akhlak bagi Anak ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Dorongan
Berakhlak Pada Manusia
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu. Yang mendorong manusia melakukan
perbuatan adalah sebagai berikut .
A. Persepsi
a) Jalaludin
Rakhmat (1998: 51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafisirkan pesan.
b) Menurut Ruch
(1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi
(sendory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk
memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu. Dengan pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang
sama dengan proses sistem berfikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c) Atkinson dan
Hilgard (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penafsiran dan
mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
d) Gibson dan
Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan seorang individu.
Dengan pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik
pemahaman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman
tentang sesuatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia
berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang
perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan
terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk
oleh persepsinya tentang objek yang dimaksdkan adalah perbuatan yang sesuai
dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sangay penting dalam
mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikutik kehendak naluri
dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.
B. Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang sangat
relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai pendidikan dan
pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman
dan ilmu pengetahuan secara teratur dan berkesinambungan.
Dalam belajar, terdapat proses pelatihan melakukan
perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
yang lebih banyak mengisi kekosonagn jiwa orang yang diajar. Belajar merupakan
kegiatan yang komleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya
kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses
kognitif yang dilakukan pelajar. Belajar terdiri atas tiga komponen penting,
yaitu:
a. Kondisi eksternal, yaitu
stimulus dari lingkungan dari cara belajar
b. Kondisi internal yang menggambarkan
keadaan internal, proses kognitif siswa,
c.Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanm motorik, sikap, dan siasat kognitif.
c.Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanm motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Menurut Syaiful Bahri (2002: 22). Belajar
adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, motivasi,
kebiasaan, tingkah laku yang dilakukan secara instruksional.
Dengan proses belajar itulah,
manusia berakhlak. Jadi, akhlak manusia dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orangtuanya bertanggung jawab
mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orang tuanya pula yang
menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak
terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam
akhlaknya sehari-hari.
Dengan dua komponen penting, yaitu persepsi dan belajar
manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir.
Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan,
pengaruh kejiwaanya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu utnuk meraih
keinginan dan mimpinya, oleh sebab itu, setipa akhlak manusia akan berdampak
secara langsung pada kehidupan eksternal dan internalnya.
Akhlak yang baik berdampak positif pada kehidupan dan
ligkungannya. Sebaliknya, akhlak yang buruk akan berdampak buruk pula pada diri
dan lingkungannya. Contonnya, seorang remaja yang terlibat dengan pemakaian
obat-obatan terlarang atau narkoba, ia akan terkena pengaruh buruk untuk
jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya akan hancur, dan
ia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya pun sangat
merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat ditempat tinggalnya akan
tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang berprestasi akan bergaul
dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai kebajikan dilingkungannya,
secara otomatis ia akan memperoleh dampak yang baik bagi kehidupan dirinya. Dalam rohaninya akan
tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat yang mengenalnya sebagai anak
yang pantas diteladani. Oleh karena itu, setiap akhlak manusia bedampak secara
langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
2.2 Hakekat
Keberadaan Manusia
Isi dari kepribadian
manusia terdiri dari pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan
alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak
manusia melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor
organismanya yang lain. (Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
Kalau unsur perasaan muncul karena
dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka
kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia
melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri.
Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri pada
tiapmanusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai
dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia , antara lain adalah:
1. Dorongan
untuk mempertahankan hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
Akhlakadalah hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian
tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik
akhlaknya”.Pada makalah ini kami akan memaparkan pengertian akhlak, norma,
etika, moral dan nilai.
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak
berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta
erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan.
Perumusan pengertianakhlak
timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq
dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.Secara terminologi kata “budi
pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti.
Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan
dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti
adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut
behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan
rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.Sedangkan
secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan
dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal atau pikiran.
Menurut Al
Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian
ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam
jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa
sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Defenisi
akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat
melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
1. Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.
3. Bahwa perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,
tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.Perbuatan akhlak adalah perbutan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa
ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat
dinilai baik atau buruk.
4. Bahwa perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau
karena bersandiwara.
5. Sejalan dengan
ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan
karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak
dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat
teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Menyambut era globalisasi dan Teknologi Informasi dalam
abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam
perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut dapat meliputi perubahan
yang mengarah kepada kehidupan yang lebih baik (perubahan positif) maupun
perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat negatif.
Salah satu dampak negatif yang
dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan akhlak dan budi pekerti
yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di Indonesia, padahal tidak
dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti menjadi peranan sangat
penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat yang beradab dan
berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur,
masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya ketidaksinambungan antara hak
yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus mereka jalani.
Untuk mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di
kehidupan masyarakat mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk
menyadari pentingnya penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban yang
berkesinambungan secara utuh dengan penuh keinsyafan, walau terkadang dalam
menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlakdan
budi pekerti, setiap diri manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat
tajam antara hak dan kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Setiap anggota masyarakat harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dan saling menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama
anggotanya.
2.3 Penerapan
Akhlaq
Akhlaq mulia
merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang
akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di
segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq mulia :
1. Akhlaq kepada Khalik
(Pencipta)
Salah satu perilaku atau tindakan yang
mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat. Selain itu, kita juga harus
beriman kepada Allah semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada
Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah, dan
sebagainya.
2. Akhlaq kepada Sesama
a). Akhlaq kepada sesama muslim
Penerapan akhlaq
kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang lain, maka
kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih
tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam
perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan
sebagainya.
b). Akhlaq kepada sesama nonmuslim
Akhlaq antara
sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena mereka (nonmuslim) juga merupakan
makhluk. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai
asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak
merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita
lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika
sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan
hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,
menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan, walaupun mereka hidup
dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.
c). Akhlaq kepada Diri Sendiri
Untuk
mempertahankan kehormatan, harga diri, dan meningkatkan harkat dan martabat
dalam hidup ini, kita memerlukan akhlaq terhadap diri sendiri, antara lain:
a.
Menjaga kehormatan dan
harga diri, membersihkan diri lahir dan batin.
b.
Memiliki dan memupuk
sifat-sifat terpuji.
c.
Taat menjalankan ajaran
agama.
d.
Menjaga lisan, mata, telinga,
dan tangan dari perbuatan tercela.
e.
Mencari rezeki yang
halal.
f.
selalu
berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan
takwa.
d). Akhlaq kepada Keluarga
Berikut
akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia kepada keluarga:
a.
Kepada orangtua :
berbakti, menghormati, menyayangi dan mendoakan keduanya, tidak berkata kasar,
tidak menyakiti hati dan fisik mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya
disantuni dan diberi nafkah.
b.
Kepada istri atau suami :
menjaga kedamaian, ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap
jujur dan terbuka, tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.
c.
Kepada tetangga dan
masyarakat : saling membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling
menghormati, saling meminta dan memberi, dan sebagainya.
d.
Hormat dan memuliakan
guru dan dosen, dan sebagainya.
e. Akhlaq
kepada Lingkungan (Alam Semesta)
Hendaknya
setiap manusia melakukan hal-hal berikut:
1) Memperhatikan dan merenungkan
penciptaan alam semesta serta bersyukur kepada Allah.
2)
Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran hidup manusia.
3) Menjaga keseimbangan dan kelestarian
lingkungan flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
4)
Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-mena,
seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa mempedulikan
lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.
2.4 Tantangan Akhlak
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama
penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu melaksanakan segala
perintahnya dan manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan. Manusia diperintahkanNya
untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu
apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa
diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah
yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut.
Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari
yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup yang materialistis.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami
oleh manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap
hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama maupun sebagai makhluk
individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan
manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa
satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia
terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang
sebenarnya berfungsi untuk memelihara
dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai
nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud
perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya berfungsi untuk membina
kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.
Gaya
hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya
hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah
sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya
mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah banyak
secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari
itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang
kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu
melainkan lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa
manfaatnya.
Orientasi
hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana
untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang
hebat ketika hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup yang tidak
sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua
perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan
persoalan hidup.
Disinilah
kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan akhlak dalam kehidupan
modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan menjadi benteng yang sangat
kuat dalam menghadapi segala dampak negatif kehidupan modern. Aqidah dapat
menyelamatkan diri kita dari segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari,
aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan
sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan
manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan
manusia dalam kesesatan.
Oleh
karena itu, kita sebagai manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan
akhlak sehingga kita tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak
melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
2.5 Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak
A. Penjagaan Diri
Alasan
harus menjaga diri adalah :
a)
Upaya
penjagaan seorang muslim
terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindunginya dari siksa Allah ta’ala
dan neraka-Nya.“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS.
At-Tahrim : 6)
b)
Jika
ia tidak menjaga diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan dan
moment-moment kebaikan.
c)
Hisab kelak bersifat
individual, “Dan setiap mereka datang
kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95).
d)
Penjagaan diri lebih
mampu mengadakan perubahan.
Seseorang
lebih tau akan dirinya sendiri, maka upaya penjagaan diri merupakan hal yang
bagus dan sekaligus menimbulkan perubahan pada diri seseorang tersebut.
Cara-cara penjagaan diri adalah ;
1. Musahabah
diri
Melakukan
muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah ia
kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak
terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada
hari kiamat.
“Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)
2.
Taubat dari segala dosa
3.
Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Seseorang
dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama. Dengan ilmu agama ia akan tahu
perbuatan apa saja yang seharusnya ia lakukan dan yang seharusnya tidak ia
lakukan sebagai seorang muslim.
4.
Mengerjakan amalan-amalan iman, antara lain :
a) Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
b) Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
5. Peduli
dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir
Bergaul
dengan orang-orang shaleh. Lingkungan
sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka untuk menjaga akhlak, kita
harus bergaul dengan orang-orang shaleh. Tidak hanya kita yang terjaga tetapi
kita juga dapat saling mengingatkan satu sama lainnnya.
6.
Berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh
Dengan
berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah, insya Allah kita dapat terhindar
dari perbuatan yang tidak bermanfaat.
B. Penjagaan Sesama
Muslim
Dalam meningkatkan kualitas akhlak kita bisa melakukan
penjagaan sesama muslim, karena dengan menjaga sesama muslim, kita dapat
meningkatkan kesadaran akan akhlak di lingkungan kita. Salah
satu cara dari penjagaan muslim adalah dengan cara dakwah.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada
Allahsesuai dengan garis
aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata
benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau
ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang
diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
2.6
Peran Pendidikan Akhlak bagi Anak
Bagi orang tua, anak adalah penyejuk
hati dan pelengkap jiwa yang tidak dapat terbeli oleh apapun. Anak juga
merupakan titipan Allah subhanahu wa ta’ala yang wajib untuk dijaga, dibina
dengan baik. Maka
Bersyukurlah bagi semua yang telah dipercayakan oleh Allah untuk memiliki sang
buah hati.
Namun
jangan lalai dengan anugrah tersebut, karena pada akhirnya nanti, kita pasti
akan dimintai pertanggungjawaban tentang semua kesenangan yang telah Allah amanahkan
kepada kita.Hal ini sejalan dengan hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari
dari Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah
pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya,
dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai
tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda
majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu,
berkata “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu,
apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan
ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”
Sungguh Islam adalah agama yang
sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Disana sangat
ditekankan bahwa pertanggung jawaban orang tua tentang pendidikan anak yang
baik sesuai Al Qur’an dan As sunnah adalah hal yang sangat luar biasa penting,
agar mereka terbekali dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akherat.
Salah satu hal yang penting dari
cabang pendidikan untuk anak adalah mengajarkan kepadanya tentang akhlak yang
baik. sebagai contoh, menyenangkan hati orang lain dan atau bahkan yang
sesederhana sekalipun yaitu memberikan wajah berseri saat bertemu dengan
saudara muslim yang lain.
Selain itu, hendaknya para orang
tua, juga menekankan tentang pembelajaran sederhana bagi anak untuk membentuk
karakter yang baik, lewat beberapa contoh teladan berikut ini.
1. Mengajarkan kejujuran
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
1. Mengajarkan kejujuran
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
2. Mengajarkan Berbuat baik
kepada lingkungan mereka
Rasulullah saw bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Rasulullah saw bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim lainnya
ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri
undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)
3.
Mengajarkan Amanah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
4.
Mengajarkan Untuk Mengucapkan salam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
5.
Mengajarkan Tidak berboros kata
Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
6.
Mengajarkan Tidak Memanggil dengan Julukan yang Dibenci
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11).
Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah
subhanahu wata'ala, merupakan buah kesungguhan usaha anak- anak kita untuk melatih
diri mereka dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad yang
mereka lakukan tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai,
tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri mereka sendiri.
Pendidikan seperti inilah yang menjadi wasiat dan warisan
yang baik, bahkan saat nanti kita telah tiada sekalipun. Dan wasiat baik ini
adalah lebih dari sekedar harta atau perhiasan dunia.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kesimpulan Diatas dapat disimpulkan
bahwa Dorongan Berahklak baik dan buruk pada manusia sebagai beikut :
1. Akhlaq
mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia
yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di
segenap masa
2. Sebagai
manusia kita harus memahami dan menerapkan beberapa akhlak, yakni Akhlak kepada
pencipta, kepada sesama baik muslim maupun nonmuslim, diri sendiri, keluarga,
dan lingkungan.
3. Zaman
yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan sering berada diluar
garis batas ajaran agamanya.
4. Manusia
yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang kokoh sebagai benteng
sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran
agama yang telah ditentukan.
5. Dan
untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah dan bergaul dengan
orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat disadarkan kembali untuk
kembali ke jalan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Akhlak
Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak. Bulan Bintang : Jakarta, 1978.
MWC NU.Akidah
Akhlak. Rahmatan Lil ‘Alamin :Kepung,dkk, 2011
Mustofa H. Filsafat
Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Karim,Moh, Zuhri,Sholih. Akidah Akhlak.MDC(Madrasah Development Centre).2005.
Drs. H . Mudasir, S.Pd. Desain Pembalajaran. Stai Nurul Falah, 2011 .
Dr. Sanjaya Wina, M.Pd. Strategi pembelajaranAkhlak. Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008.
Dr. Sanjaya Wina, M.Pd. Strategi pembelajaranAkhlak. Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008.
Syeikh Ibrahim Jalhum. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung :
Pustaka Setia, 2003.
Did you hear there is a 12 word sentence you can speak to your crush... that will trigger deep emotions of love and impulsive attractiveness to you buried inside his chest?
BalasHapusThat's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, cherish and care for you with all his heart...
====> 12 Words Who Fuel A Man's Desire Response
This instinct is so built-in to a man's brain that it will drive him to work harder than ever before to love and admire you.
In fact, triggering this influential instinct is so important to achieving the best possible relationship with your man that the second you send your man one of the "Secret Signals"...
...You will instantly notice him open his heart and mind to you in a way he never expressed before and he'll recognize you as the only woman in the universe who has ever truly interested him.