Kamis, 05 Januari 2017

DORONGAN DAN IMPLIKASI BERAKHLAK BAIK DAN BURUK SESEORANG TERHADAP LINGKUNGAN HIDUPNYA MENGENAI PERSEPSI DAN BELAJAR



BAB X
10.1 Dorongan Berakhlak Pada Manusia
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan  tertentu. Yang mendorong manusia melakukan perbuatan  adalah sebagai berikut .
A. Persepsi
a)      Jalaludin Rakhmat (1998: 51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman  tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan  menafisirkan pesan.
b)      Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sendory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Dengan pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang sama dengan proses sistem berfikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c)      Atkinson dan Hilgard (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penafsiran dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
d)      Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan seorang individu.
Dengan pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik pemahaman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang sesuatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang dimaksdkan adalah perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sangay penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikutik kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.

B. Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang sangat relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan berkesinambungan.
Dalam belajar, terdapat proses pelatihan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosonagn jiwa orang yang diajar. Belajar merupakan kegiatan yang komleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan pelajar. Belajar terdiri atas tiga komponen penting, yaitu:
a.  Kondisi eksternal, yaitu stimulus dari lingkungan dari cara belajar
b. Kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa,
c.
Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanm motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Menurut Syaiful Bahri (2002: 22). Belajar adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, motivasi, kebiasaan, tingkah laku yang dilakukan secara instruksional. Dengan proses belajar itulah, manusia berakhlak. Jadi, akhlak manusia dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orangtuanya bertanggung jawab mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orang tuanya pula yang menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam akhlaknya sehari-hari.
Dengan dua komponen penting, yaitu persepsi dan belajar manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh kejiwaanya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu utnuk meraih keinginan dan mimpinya, oleh sebab itu, setipa akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan eksternal dan internalnya.
Akhlak yang baik berdampak positif pada kehidupan dan ligkungannya. Sebaliknya, akhlak yang buruk akan berdampak buruk pula pada diri dan lingkungannya. Contonnya, seorang remaja yang terlibat dengan pemakaian obat-obatan terlarang atau narkoba, ia akan terkena pengaruh buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya akan hancur, dan ia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya pun sangat merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat ditempat tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang berprestasi akan bergaul dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai kebajikan dilingkungannya, secara otomatis ia akan memperoleh dampak yang baik bagi  kehidupan dirinya. Dalam rohaninya akan tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat yang mengenalnya sebagai anak yang pantas diteladani. Oleh karena itu, setiap akhlak manusia bedampak secara langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.     

10.2 Pengertian Persepsi
            Persepsi (dari bahasa latin “perception, percipio”) adalah tindakan menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi sensoris guna memberi gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, penciuman yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang mmelibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif tetapi dibenuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian. Persepsi bergantung pada sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaraan.
            Sejak ditemukannya psikologi eksperimen pada abad ke 19, pemaham psikologi terhadap persepsi telah berkembang melalui penggabungan berbagai teknik. Dalam bidang psikofisika telah dijelaskan secara kuantitatif hubungan antara sifat-sifatfisika dari suatu rangsangan dan persepsi. Ilmu saraf sensoris mempelajari tentang mekanisme otak yang mendasari persepsi. Sistem persepsi juga bisa dipelajari melalui komputasi dari informasi yang telah diproses oleh sistem tersebut. Persepsi dalam filosofi adalah sejauh manaunsur-unsur sensori seperti suara, aroma atau warna ada dalam realitas objektif, bukan dalam pikiran perseptor.
Pengertian persepsi menurut para ahli yaitu:
Ø  Jalaludin Rakhmat (1998:51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Ø  Menurut Ruch (1967:51), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensor) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Dengan pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang sama denmgan sistem berfikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
Ø  Atkinson dan Hilgrad (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses proses menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
Ø  Gibson dan Donely (1994:53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seseorang individu.
Dengan pengertian tersebut dapat ditarik pemahman bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang suatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berlkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jiak persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai kapasita pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang dimaksudkan adalah perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sanagat penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikuti kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.
10.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor yang mempengauhi persepsi pada dasarnya ada dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
1)      Fisiologis.
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempresepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2)      Perhatian.
Individu memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
3)      Minat.
Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energy atau prerceptual vigilance yang digerakan untuk mempersepsi. Prerceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk minat.
4)      Kebutuhan yang searah.
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
5)      Pengalaman dan Ingatan.
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6)      Suasana hati.
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandangan seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
1)      Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus.
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan  dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek indivudu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2)      Warna dari obyek-obyek.
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami ( to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3)      Keunikan dan kekontrasan stimulus.
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4)      Intensitas dan kekuatan dari stimulus.
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5)      Motion atau gerakan.
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadaap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
10.4 Jenis – jenis Persepsi
Prosep pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis:
1)      Persepsi visual
Persepsi visual di dapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topic utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan pada kontek sehari-hari. Persepsi kaum muslimin harus mengacu pada al quran dan as sunnah, ini yang kemudian disebut Islamic Worldview. Persepsi visual merupakan hasil dari apa yang kita lihat baik sebelum kita melihat atau masih membayangkan dan sesudah melakukan pada obyek yang dituju.
2)      Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3)      Persepsi peradabaan
Persepsi pengerabaabn di dapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4)      Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung .
5)      Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa di dapatkan dari indera yaitu lidah.
10.5 Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagia bentuk pendidikan dan pelatiahn. Belajar juaga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan berkesinambuangan.
Dalam belajar terdapat proses pelatiahan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosongan jiwa yang diajar. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri atas tiga komponen penting yaitu :
1.      Kondisi eksternal yaitustimulas dari lingkungan dari cara belajar
2.      Kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa
3.      Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
Belajar sangat erat dengan pengertian menuntut ilmu, dimana dalam hal ini orang-orang yang menuntut ilmu itu akan ditinggikan beberapa derajat oleh Allah SWT. Seperti Firman Allah swt:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dia antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah 58:11)
Dan Firman-Nya: “Dan katakanlah : “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”” (Q.S. Thaha 20:114)
Belajar adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, motivasi, kebiasaan dan tingkah laku yang dilakukan secara instruksional (Syaiful Bahri, 2002:22). Dengan proses belajar itulah, manusia berakhlak. Jadi akhlak manusia dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman belajarnya. Kedua orangtuanya bertanggung jawab mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orangtua pula menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam akhlaknya sehari-hari
Dengan kedua komponen penting, yaitu persepsi dan belajar manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan internal dan eksternalnya.
Akhlak  yang berdampak positif pada kehidupannya. Sebaliknya, akhlak akan berdampak buruk pula pada diri dan lingkungannya contohnya, seorang remaja yang terlibat dengan pemakaian obat-obatan yang terlarang atau narkoba, ia akan terkena pengaruh buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah karena otaknya akan hancur, hatinya akan rusak, tingakah lakunya tidak terkendali dan dia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya sangat merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat di tempat tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang berprestasi dan bergaul dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai kebajikan di lingkungannya, secara otomatis ia akan  memperoleh dampak yang baik bagi kehidupan dirinya, Dalam rohaninya akan tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat mengenalnya sebgai anak yang pantas diteladani. Oleh karena itu setiap akhlak manusia berdampak secara langsung pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
Beberapa jenis akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungan adalah:
1)      Melaksanakan ibadah dengan khusyuk
2)      Mendirikan Shalat berjamaah
3)      Banyak menghadiri pengajian
4)      Menuntut ilmu dengan baik dan berprestasi
5)      Hidup bergotong Royong  dan saling membantu
6)      Berani membela kebebaran
7)      Mengajarkan ilmu yang benar kepada orang lain
8)      Bergaul dengan sopan santun dan senang bersilaturahmi.
Dalam bahasa al quran akhlak – akhlak baik atau terpuji yaitu sifat setia (al-amanah), pemaaf (al-afwu), benar (ash-shidiq), menepati janji (al-wafa), adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’), berani (asy-siyaja’ah),  kuat (al-quwwah), sabar (ash-shabru), kasih sayang (ar-rahmah), murah hati (as-sakha’u), tolong menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikha’), silaturahmi, hemat (al-iqtishathd), menghormati tamu (adl-dliyafah), merendah diri (at-tawadhu), menundukan diri kepada Allah swt (al-khusyu’), berbuat baik (al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru’ah), memelihara kebersihan badan (an-nadhafah), selalu cenderung pada kebaikan (ash-shalihah), merasa cukup dengan apa yang ada (al-qana’ah), tenang (ash-sakinah), lemah lembut (ar-rifqu) dan sebagainya.
Jenis-jenis akhlak yang buruk dan berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya adalah:
Ø  Banyak berdusta
Ø  Berkhianat
Ø  Selalu berburuk sangka kepada orang lain
Ø  Tidak mau beribadah
Ø  Menghina dan mengrendahkan orang lain
Ø  Tidak mau bersosialisasi
Ø  Menutup diri dan sombong
Ø  Menjadi penghasut dann pengadu domba
Ø  Mengembangkan permusuhan
Ø  Egois dan individualis
Ø  Senamg melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang
Ø  Mudah tersinggung dan pendendam
Ø  Tidak toleran kepada keyakinan orang lain
Ø  Berlaku tidak adil dalam memutuskan perkara.
Dalam bahasa al-Qur’an akhlak-akhlak buruk atau tercela adalah egoistis (ananiyah), lacur (al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), pemabuk (al-khamru), Khianat (al-khianah), aniaya (adh-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fawahisy), pemarah (al-ghadhab), curang dan culas (al-ghasysyu), mengumpat (al-ghibah), adu domba (an-namimah), menipu daya (al-ghrur), dengki (al-hasad) dendam (al-hiqdu), berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong (al-istikbar), mengingkari nikmat (al-kufran), homo seksual (al-liwath), membunuh (qatlunnafsi), makan riba (ar-riba), ingin dipuji (ar-riya), ingin didengar kelebihannya (assum’ah), berolok-olok (assikhiriyah), mencururi (asirqah), mengikuti hawa nafsu (asysyahawat), boros (attabzir), tergesa-gesa (al-ajalah), fasik, munafik dan sebagainya.
Sesungguhnya masih banyak jenis akhlak baik maupun buruk yang berdampak positif maupun negative pada kehidupan sosial. Contoh-contoh tersebut hanyalah gambaran bahwa tidak penting mengembangakan akhlak yang tercela karena kan merugikan diri dan orang lain. Rasulullah SAW pernah menyatakan, “Orang muslim yang baik adalah orang muslim yang selamat dari lidah dan tangannya”. Artinya, pergaulan manusia seharusnya dapat menjaga perkataanya sehingga tidak menyakiti orang lain karena sakit hati dapat mengakibatkan dendam dan pembunuhan. Dermikian pula, menjaga tangan, kekuatan dan kekuasaannya karena menyalahgunakan kekuasaan akan mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. berperan kepada umat Islam agar bersatu-padu, saling bersilaturahmi dan tolong menolong dalam kebajikan dan kebenaran.
Membahas mengenai ilmu tentu juga akan membahas mengenai pendidikan, karena ilmu yang kita dapat bersumber dari pendidikan. Pendidikan membantu seseorang untuk memperoleh ilmu secara sistematis dan terarah. Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU no. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.
1.      Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang dijelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi.
2.      Pendidikan Non-formal
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal paling banyak terdapat pada usia usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA atau Taman Pendidikan al quran, yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga kursus, diantaranya kursus music, bimbingan belajar dan sebainya.
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Fungsi pendidikan non-formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembanagan sikap dan kepbribadian professional. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
3.      Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan dengan pendidikan formal dan pendidikan non-formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar Nasional Pendidikan.
Alasan pemerintah menggagas pendidikan informal adalah :
1)      Pendidikan dimualai dari keluarga.
2)      Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dimulai dari keluarga.
3)      Homeschooling adalah pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
4)      Anak harus dididik dari lahir.

Prinsip-prinsip belajar yang hanya memberikan petunjuk tentang belajar. Tetapi prinsip-prinsip belajar itu tidak dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda, contoh: belajar untuk memperoleh sifat berbeda dengan belajar untuk mengembangkan kebiasaan dan sebagainya.  Karena itu, belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.
Faktor-faktor belajar itu adalah sebagai berikut :
1)      Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan  secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
2)      Belajar memerlukan latihan, dangan jalan: relearning, recalling agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belun dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3)      Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasaannya. Belajar hendaknya dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
4)      Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbukan prustasi.
5)      Faktor Asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6)      Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
7)      Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini sangat erat hubungannya dangan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
8)      Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari  dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
9)      Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar, Badan yang lemah, lelah juga akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajhar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
10)  Faktor intelegensi, Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar. Karena ia akan lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan akan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal  ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.
Belajar itu melibat perubahan. Perubahan yang terjadi ketika belajar berlangsung mempunyai sebuah aspek arahan (directional aspec). Kadang-kadang menimbulkan suatu perubahan dalam arah cita-cita kehidupan, dan kadang-kaang justru memperkuat arah cita-cita warga tersebut.
Apabila perubahan itu berubah sama sekali cara berpikir kita, maka hal ini akan melibatkan perubahan dalam tujuan dan arah kehidupan kita. Apa yang kita lakukan sebelumnya kini ditinggalkan sama sekalli.
Apabila pengalaman belajar terus membimbing kita dalam arah yang sama yang kita tempuh selama ini, maka pengalaman-pengalaman belajar memberikan pengalaman-pengalaman baru pada kita dan membantu kita melihat cara yang kita tempuh itu lebih jelas lagi. Proses ini membantu untuk maju lebih cepat dan lebih jelas kea rah tujuan kita.
Belajar berlangsung bila perubahan-perubahan berikut ini terjadi :
1)      Penambahan informasi
2)      Pengembangan atau peningkatan pengertian
3)      Penerimaan sikap-sikap baru
4)      Perolehan penghargaan baru
5)      Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah dipelajari
Kelima jenis perubahan ini dapat dimasukkan dalam tiga kategori :
Pengetahuan (kognitif), perasaan (afektive) dan perbuatan (behavioral). Hal ini melibatkan :
1.      Pengetahuan (kognitif)
Apa yang saya tambahkan kepada apa yang telah diketahui mungkin saja kurang pengaruhnya pada diri saya sebagia individu. Mungkin juga menimbulkan pengaruh yang memuaskan dengan makin bertambahnya informasi. Bagaimanapun juga bertambah banyaknya informasi itu adalah penting, tetapi kepuasan dan kegembiraan hanyalah merupakan awal proses belajar
2.      Perasaan (efektive)
Bagimana perasaan saya tentang apa yang saya dengar dan baca itu adalah jauh lebih penting dari pada hanya menerima informasi belaka. Reaksi emosional kita terhadap fakta informasi, dan gagasan adalah penting bagi belajar. Bagaiman perasaan kita tentang informasi atau gagasan-gagasan baru akan menentukan apakah kita akn mempelajari atau tidak.
3.      Perilaku (behavioural)
Apa yang saya perbuat akibat dari apa yang saya dengar dan saya baca adalah aspek belajar yang sangat penting. Keterbukaan dan penerimaan gagasan-gagasan baru itu harus berakibat berupa perbuatan nyata. Saya mesti menjadi orang yang berbeda dengan memahami apa yang saya dengar dan baca itu serta memperagakannya dalam perbuatan. Hal ini adalah hasil akhir dari belajar.
10.6 Hakekat Keberadaan Manusia
Isi dari kepribadian manusia terdiri dari pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain. (Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
          Kalau unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri. Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap manusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia , antara lain adalah:
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
         
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya”. Pada makalah ini kami akan memaparkan pengertian akhlak, norma, etika, moral dan nilai.
          Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.Secara terminologi kata “budi pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti.
Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal atau pikiran.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari.


Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
1.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.
3.      Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
4.      Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5.      Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis. Menyambut era globalisasi dan Teknologi Informasi dalam abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut dapat meliputi perubahan yang mengarah kepada kehidupan yang lebih baik (perubahan positif) maupun perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang bersifat negatif.
Salah satu dampak negatif yang dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan akhlak dan budi pekerti yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di Indonesia, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti menjadi peranan sangat penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat yang beradab dan berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya ketidaksinambungan antara hak yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus mereka jalani.
Untuk mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di kehidupan masyarakat mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk menyadari pentingnya penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban yang berkesinambungan secara utuh dengan penuh keinsyafan, walau terkadang dalam menunaikan kewajiban seringkali adanya penderitaan yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlak dan budi pekerti, setiap diri manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat tajam antara hak dan kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap anggota masyarakat harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama anggotanya.
Beberapa jenis akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungannya adalah:
1)      Melaksanakan ibadah tempat khusyuk
2)      Mendirikan sholat berjamaah
3)      Banyak menghadiri pengajian
4)      Menuntuk ilmu dengan baik dan berprestasi
5)      Menuntut ilmu dengan baik dan berprestasi
6)      Hidup bergotong-royong dan saling membantu
7)      Berani membela kebenaran
8)      Mengajarkan ilmu yang benar kepada orang lain
9)      Bergaul dengan sopan santun dan senang bersilaturahmi
Dalam bahasa arab al qur’an, akhlak-akhlak yang baik atau terpuji, yaitu sifat setia (al-amanah) pemaaf (al-afwa), benar (ash-shidiq), menempati janji (al-wafa), adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’), berani (asy-syaja’ah), kuat (al-quwwah), shabar (ash-shabaru), kasih sayang (ar-rahmah), murah hati (as-sakha’u), tolong-menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikhla’), silaturahmi, hemat (al-iqtishad), menghormati tamu (adl-dliyafah), merendah hati (at-tawadhu’), menundukan diri kepada Alloh SWT. (al-khusyu’), berbuat baik (al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru’ah), memelihara kebersihan badan (an-nadhafah), selalu cenderung pada kebaikan (as-shalihah), merasa cukup dengan apa yang ada (al-qona’ah), tenang (as-sakinah), lemah lembut (ar-rifqu), dan sebagainya.
 Dikemukakannya beberapa contoh Akhlak yang mulia Sayyidina Al Musthofa, Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad saw “Al Amin”, artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa.
         Diriwayatkan tentang Rasulullah SAW bahwa segala tutur kata beliau senantiasa mencerminkan kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang kebanyakan di zaman beliau) tidak biasa bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan suatu kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak mengatakan bahwa orang-orang Arab di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor, tetapi tidak pelak lagi bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka dengan melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan yang masih tetap berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa alasan yang sepenuhnya dapat diterima.
Beliau sangat memberikan perhatian, bahkan cermat sekali dalam soal kebersihan badan. Beliau senantiasa menggosok gigi beberapa kali sehari dan begitu telaten melakukannya sehingga beliau biasa mengatakan bahwa andaikata beliau tidak khawatir kalau mewajibkannya akan memberatkan, beliau akan menetapkan menjadi kewajiban untuk tiap-tiap orang muslim menggosok gigi sebelum mengerjakan kelima waktu sholat. Beliau senantiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah tiap kali makan, dan desudah makan beliau senantiasa berkumur dan memandang sangat baik tiap-tiap orang yang telah memakan masakan berkumur lebih dahulu sebelum ikut bersembahyang berjamaah (Al Bukhori)
Dalam peraturan Islam, masjid itu satu-satunya tempat berkumpul yang ditetapkan untuk orang-orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw sangat istimewa menekankan kebersihannya, terutama pada saat orang-orang diharapkan akan berkumpul di dalamnya. Beliau memerintahkan supaya pada kesempatan-kesempatan itu sebaiknya setanggi dsb dibakar untuk membersihkan udara (Abu Daud). Beliau juga memberi petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid saat diadakan pertemuan-pertemuan sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau yang menusuk hidung (Al Bukhori).
Beliau menuntut agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan tidak ada dahan ranting, batu dan semua benda atau sesuatu yang akan mengganggu atau bahkan membahayakan. Jika beliau sendiri menemukan hal atau benda demikian di jalan, beliau niscaya menyingkirkannya dan beliau sering bersabda bahwa orang yang membantu menjaga kebersihan jalan-jalan, ia telah berbuat amal sholih dalam pandangan Ilahi.
Diriwayatkan pula bahwa beliau memerintahkan supaya lalu-lintas umum tidak boleh dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan benda-benda yang najis, atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara apapun, karena semua itu perbuatan yang tidak diridhoi Tuhan. Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan mencemarinya, dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor (Al Bukhori dan Muslim, Kitabal Barr wal Sila)
Rasulullah SAW sangat sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau tidak pernah memperlihatkan rasa kurang senang terhadap makanan yang tidak baik masakannya dan tidak sedap rasanya. Jika didapatkannya makanan sajian serupa itu, beliau akan menyantapnya untuk menjaga supaya pemasaknya tidak merasa kecewa. Tetapi, jika hidangan tidak dapat dimakan, beliau hanya tidak menyantapnya dan tidak pernah memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau telah duduk menghadapi hidangan, beliau menunjukkan minat kepada makanan itu dan biasa mengatakan bahwa beliau tidak suka kepada sikap acuh-tak-acuh terhadap makanan, seolah-olah orang yang makan itu terlalu agung untuk memperhatikan hanya soal makanan dan minuman belaka.
Jika suatu makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa beliau menyantapnya bersama-sama semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang mempersembahkan kurma kepada beliau. Beliau melihat ke sekitar dan setelah beliau menghitung jumlah orang yang hadir, beliau membagi rata bilangan kurma itu sehingga tiap-tiap orang menerima tujuh buah. Abu Huroiroh R.A meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun sekedar roti jawawut (Al Bukhori).
Sekali peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak kepada beliau beberapa orang berkumpul mengelilingi panggang anak kambing dan siap untuk menikmati jamuan. Ketika mereka melihat Rasulullah saw mereka mengundang beliau ikut serta, tetapi beliau menolak. Alasannya bukan karena beliau tidak suka daging panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa beliau tidak menyetujui orang mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan terlihat oleh orang miskin yang tak cukup mempunyai makanan.
Tiap-tiap segi kehidupan Rasulullah saw nampak jelas diliputi dan diwarnai oleh cinta dan bakti kepada Tuhan. Walaupun pertanggung-jawaban yang sangat berat terletak di atas bahu beliau, bagian terbesar dari waktu, siang dan malam dipergunakan untuk beribadah dan berdzikir kepada Tuhan. Beliau biasa bangkit meninggalkan tempat tidur tengah malam dan larut dalam beribadah kepada Tuhan sampai saat tiba untuk pergi ke masjid hendak sembahyang subuh. Kadang-kadang beliau begitu lama berdiri dalam sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau menjadi bengkak-bengkak, dan mereka yang menyaksikan beliau dalam keadaan demikian sangat terharu. Sekali peristiwa Aisyah R.A berkata kepada beliau “Tuhan telah memberi kehormatan kepada engkau dengan cinta dan kedekatan-Nya. Mengapa engkau membebani diri sendiri dengan menanggung begitu banyak kesusahan dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Tuhan, atas kasih sayang-Nya, mengaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi kewajiban pada giliranku senantiasa menyampaikan terima kasih kepada Dia? Bersyukurlah hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima (Kitabul-Kusuf).
Tuhan telah memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya kalau mata dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat secara tepat yang dapat dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah yang menjadi dosa. Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana Rasulullah SAW dihadapkan kepada pilihan antara dua cara berbuat, beliau senantiasa memilih jalan yang termudah, asalkan bebas dari segala kecurigaan bahwa itu salah atau dosa. Kalau arah perbuatan itu membuka kemungkinan timbulnya kecurigaan serupa itu, maka Rasulullah saw itulah orangnya, dari antara seluruh umat manusia yang paling menjauhinya” (Muslim, kitabul-Fadhoil)
Beliau sangat baik dan adil terhadap istri-istri sendiri. Jika, pada suatu saat salah seorang di antara mereka tidak dapat membawa diri dengan hormat yang layak terhadap beliau, beliau hanya tersenyum dan hal itu dilupakan beliau. Pada suatu hari beliau bersabda kepada Siti Aisyah, “Aisyah jika engkau sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya” Aisyah bertanya “Bagaimana?” Beliau menjawab “Aku perhatikan jika engkau senang kepadaku dan dalam percakapan kau menyebut nama Tuhan, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Muhammad. Tetapi jika engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut Dia sebagai Tuhan Ibrahim” Mendengar keterangan itu Aisyah tertawa dan mengatakan bahwa beliau benar
Beliau senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan kesusahan., Dalam keadaan susah, beliau tak pernah putus asa dan beliau tak pernah dikuasai oleh suatu keinginan pribadi. Sekali peristiwa beliau menjumpai seorang wanita yang baru ditinggal mati oleh anaknya, dan melonglong dekat kuburan anaknya. Beliau menasehatkan agar bersabar dan menerima taqdir Tuhan dengan rela dan menyerahkan diri. Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur oleh Rasulullah SAW dan menjawab “Andaikan engkau pernah mengalami sedih ditinggal mati oleh anak seperti yang kualami, engkau akan mengetahui betapa sukar untuk bersabar di bawah himpitan penderitaan serupa itu.” Rasulullah SAW menjawab “Aku telah kehilangan bukan hanya seorang tetapi tujuh anak”. Dan beliau terus berlalu.
Beliau senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi orang paling berkuasa sekalipun selalu mendengarkan dengan sabar kata tiap-tiap orang, dan jika seseorang memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap melayaninya dan tidak pernah mencoba mengadakan pembalasan.
Rasulullah SAW mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan, karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina. Banyak yang ingin mendesak Rasulullah saw demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah saw, tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengidzinkan dan akupun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku sendiri melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al Bukhori, Kitabul Hudud) .
Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai ayah dari anak-anaknya, suami dari istri-istrinya, komandan perang, mubaligh, imam, hakim, pedagang, petani, pengembala, dan sebagianya merupaka akhlak yang pantas diteladani. Dalam 100 tokoh terkemuka di dunia, Nabi Muhammad SAW menduduki peringkat pertama, sebagai ornag yang paling berpengaruh di dunia. Beliau peletak dasar Negara Modern di Madinah yang merumuskan perjanjian yang adil dan demokratis di tengah-tengah masayrajat sukuistik dan pemeluk Yahudi dan Nasrani. Sebagai politisi, beliau sangan dikagumi oleh raja-raja dan penguasa kafir. Beliau adalah pembela kaum kafir dan miskin yang memilih hidup dalam kefakiran dan kemiskinan.

10.7 Penerapan Akhlaq
Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq mulia :
1. Akhlaq kepada Khalik (Pencipta)
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah, dan sebagainya.

2. Akhlaq kepada Sesama
a). Akhlaq kepada sesama muslim
Penerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang lain, maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan sebagainya.

b). Akhlaq kepada sesama  nonmuslim
Akhlaq antara sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena mereka (nonmuslim) juga merupakan makhluk. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.
c). Akhlaq kepada Diri Sendiri
Untuk mempertahankan kehormatan, harga diri, dan meningkatkan harkat dan martabat dalam hidup ini, kita memerlukan akhlaq terhadap diri sendiri, antara lain:
1)      Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan batin.
2)      Memiliki dan memupuk sifat-sifat terpuji.
3)      Taat menjalankan ajaran agama.
4)      Menjaga lisan, mata, telinga, dan tangan dari perbuatan tercela.
5)      Mencari rezeki yang halal.
6)      selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan takwa.
d). Akhlaq kepada Keluarga
Berikut akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia kepada keluarga:
a.       Kepada orangtua: berbakti, menghormati, menyayangi dan mendoakan keduanya, tidak berkata kasar, tidak menyakiti hati dan fisik mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya disantuni dan diberi nafkah.
b.      Kepada istri atau suami : menjaga kedamaian, ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap jujur dan terbuka, tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.
c.       Kepada tetangga dan masyarakat: saling membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling menghormati, saling meminta dan memberi, dan sebagainya.
d.      Hormat dan memuliakan guru dan dosen, dan sebagainya.
e.       Akhlaq kepada Lingkungan (Alam Semesta)
Hendaknya setiap manusia melakukan hal-hal berikut:
1)      Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukur kepada Allah.
2)      Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup manusia.
3)      Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
4)      Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.

10.8 Tantangan Akhlak
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.  Manusia diperintahkanNya untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.
 Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi  hidup yang materialistis.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami  oleh manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi  untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.
Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol diri.  Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan.  Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa manfaatnya.
Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis)  sehingga ada persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup.
Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak sehingga kita tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
10.9 Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak
Ø  Penjagaan Diri     
Alasan harus menjaga diri adalah :
a)      Upaya penjagaan seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindunginya dari siksa Allah ta’ala dan neraka-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)
b)      Jika ia tidak menjaga diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan dan moment-moment kebaikan.
c)      Hisab kelak bersifat individual, “Dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95).
d)      Penjagaan diri lebih mampu mengadakan perubahan.

            Seseorang lebih tau akan dirinya sendiri, maka upaya penjagaan diri merupakan hal yang bagus dan sekaligus menimbulkan perubahan pada diri seseorang tersebut.
Cara-cara penjagaan diri adalah ;
1. Muhasabah diri
Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)
2. Taubat dari segala dosa
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Seseorang dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama. Dengan ilmu agama ia akan tahu perbuatan apa saja yang seharusnya ia lakukan dan yang seharusnya tidak ia lakukan sebagai seorang muslim.
4. Mengerjakan amalan-amalan iman, antara lain :
Ø  Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
Ø  Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
5. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir
Bergaul dengan orang-orang shaleh. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka untuk menjaga akhlak, kita harus bergaul dengan orang-orang shaleh. Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga dapat saling mengingatkan satu sama lainnnya.
6. Berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh
Dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah, insya Allah kita dapat terhindar dari perbuatan yang tidak bermanfaat.
Dalam meningkatkan kualitas akhlak kita bisa melakukan penjagaan sesama muslim, karena dengan menjaga sesama muslim, kita dapat meningkatkan kesadaran akan akhlak di lingkungan kita. Salah satu cara dari penjagaan muslim adalah dengan cara dakwah.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada  Allahsesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Begitu juga peran akhlak bagi pendidikan anak, bagi orang tua, anak adalah penyejuk hati dan pelengkap jiwa yang tidak dapat terbeli oleh apapun. Anak juga merupakan titipan Allah subhanahu wa ta’ala yang wajib untuk dijaga, dibina dengan baik. Maka Bersyukurlah bagi semua yang telah dipercayakan oleh Allah untuk memiliki sang buah hati.
            Namun jangan lalai dengan anugrah tersebut, karena pada akhirnya nanti, kita pasti akan dimintai pertanggungjawaban tentang semua kesenangan yang telah Allah amanahkan kepada kita.Hal ini sejalan dengan hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
            Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, berkata “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”
            Sungguh Islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Disana sangat ditekankan bahwa pertanggung jawaban orang tua tentang pendidikan anak yang baik sesuai al quran dan as sunnah adalah hal yang sangat luar biasa penting, agar mereka terbekali dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat.
            Salah satu hal yang penting dari cabang pendidikan untuk anak adalah mengajarkan kepadanya tentang akhlak yang baik. sebagai contoh, menyenangkan hati orang lain dan atau bahkan yang sesederhana sekalipun yaitu memberikan wajah berseri saat bertemu dengan saudara muslim yang lain.
            Selain itu, hendaknya para orang tua, juga menekankan tentang pembelajaran sederhana bagi anak untuk membentuk karakter yang baik, lewat beberapa contoh teladan berikut ini.            
1. Mengajarkan kejujuran  
            Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
2.  Mengajarkan Berbuat baik kepada lingkungan mereka       
            Rasulullah SAW bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman”. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
            Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)
3. Mengajarkan Amanah    
            Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
4. Mengajarkan Untuk Mengucapkan salam       
            Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
5. Mengajarkan Tidak berboros kata        
            Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
6. Mengajarkan Tidak Memanggil dengan Julukan yang Dibenci        
            Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11). Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah subhanahu wata'ala, merupakan buah kesungguhan usaha anak- anak kita untuk melatih diri mereka dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad yang mereka lakukan tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai, tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri mereka sendiri.
Pendidikan seperti inilah yang menjadi wasiat dan warisan yang baik, bahkan saat nanti kita telah tiada sekalipun. Dan wasiat baik ini adalah lebih dari sekedar harta atau perhiasan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar