BAB X
10.1 Dorongan
Berakhlak Pada Manusia
Akhlak manusia
terbentuk karena adanya dorongan
tertentu. Yang mendorong manusia melakukan perbuatan adalah sebagai berikut .
A. Persepsi
a)
Jalaludin Rakhmat (1998: 51) mengatakan
bahwa persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafisirkan pesan.
b)
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi
adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sendory) dan pengalaman
masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran
yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Dengan pandangan
Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang sama dengan proses sistem berfikir
yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan verbalistik yang
dijadikan rujukan persepsional seseorang.
c)
Atkinson dan Hilgard (1991:201)
mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penafsiran dan mengorganisasikan pola
stimulus dalam lingkungan.
d)
Gibson dan Donely (1994: 53)
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan
seorang individu.
Dengan
pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik pemahaman bahwa terbentuknya
akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang sesuatu yang akan
diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berkaitan dengan pola pikir
dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan
diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai
kapasitas pemikirannya.
Dalam kehidupan
profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang
dimaksdkan adalah perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya.
Pengetahuan sangay penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk
akhlaknya mengikutik kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan
pihak luar.
B. Belajar
Belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan yang sangat relatif permanen pada perilaku yang
disebabkan oleh berbagai pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan
proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara
teratur dan berkesinambungan.
Dalam belajar,
terdapat proses pelatihan melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosonagn
jiwa orang yang diajar. Belajar merupakan kegiatan yang komleks, dan hasil
belajar berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi
yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan pelajar.
Belajar terdiri atas tiga komponen penting, yaitu:
a. Kondisi
eksternal, yaitu stimulus dari lingkungan dari cara belajar
b. Kondisi
internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa,
c. Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanm motorik, sikap, dan siasat kognitif.
c. Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilanm motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Menurut Syaiful
Bahri (2002: 22). Belajar adalah proses memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, motivasi, kebiasaan, tingkah laku yang dilakukan secara
instruksional. Dengan proses
belajar itulah, manusia berakhlak. Jadi, akhlak manusia dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orangtuanya bertanggung jawab
mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orang tuanya pula yang
menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak
terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam
akhlaknya sehari-hari.
Dengan dua
komponen penting, yaitu persepsi dan belajar manusia mengembangkan
kebudayaannya yang berbentuk tingkah laku dan pola pikir. Akan tetapi,
sepanjang proses belajar dan pengembangan pola pikir itu berjalan, pengaruh
kejiwaanya tidak pernah berhenti. Manusia memiliki nafsu utnuk meraih keinginan
dan mimpinya, oleh sebab itu, setipa akhlak manusia akan berdampak secara
langsung pada kehidupan eksternal dan internalnya.
Akhlak yang
baik berdampak positif pada kehidupan dan ligkungannya. Sebaliknya, akhlak yang
buruk akan berdampak buruk pula pada diri dan lingkungannya. Contonnya, seorang
remaja yang terlibat dengan pemakaian obat-obatan terlarang atau narkoba, ia
akan terkena pengaruh buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat
dicegah karena otaknya akan hancur, dan ia bisa menjadi gila dan mati. Adapun
pengaruh pada lingkungannya pun sangat merugikan karena nama baik keluarga dan
masyarakat ditempat tinggalnya akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya,
seorang anak yang berprestasi akan bergaul dengan ramah, terpuji dan
mengembangkan nilai-nilai kebajikan dilingkungannya, secara otomatis ia akan
memperoleh dampak yang baik bagi
kehidupan dirinya. Dalam rohaninya akan tertanam jiwa yang bersih,
seluruh masyarakat yang mengenalnya sebagai anak yang pantas diteladani. Oleh
karena itu, setiap akhlak manusia bedampak secara langsung pada kehidupan
pribadinya dan orang lain.
10.2 Pengertian Persepsi
Persepsi (dari bahasa latin “perception, percipio”) adalah tindakan
menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi sensoris guna memberi gambaran
dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem
saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ
pengindra. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai
retina pada mata, penciuman yang memakai media molekul bau (aroma), dan
pendengaran yang mmelibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan
isyarat secara pasif tetapi dibenuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan
perhatian. Persepsi bergantung pada sistem saraf, tetapi tampak tidak ada
karena terjadi di luar kesadaraan.
Sejak ditemukannya psikologi eksperimen
pada abad ke 19, pemaham psikologi terhadap persepsi telah berkembang melalui
penggabungan berbagai teknik. Dalam bidang psikofisika telah dijelaskan secara
kuantitatif hubungan antara sifat-sifatfisika dari suatu rangsangan dan
persepsi. Ilmu saraf sensoris mempelajari tentang mekanisme otak yang mendasari
persepsi. Sistem persepsi juga bisa dipelajari melalui komputasi dari informasi
yang telah diproses oleh sistem tersebut. Persepsi dalam filosofi adalah sejauh
manaunsur-unsur sensori seperti suara, aroma atau warna ada dalam realitas
objektif, bukan dalam pikiran perseptor.
Pengertian
persepsi menurut para ahli yaitu:
Ø Jalaludin
Rakhmat (1998:51) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Ø Menurut
Ruch (1967:51), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi
(sensor) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk
memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu. Dengan pandangan Ruch tersebut, persepsi mengandung arti yang
sama denmgan sistem berfikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan
pengetahuan verbalistik yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
Ø Atkinson
dan Hilgrad (1991:201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses proses
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan.
Ø Gibson
dan Donely (1994:53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seseorang individu.
Dengan pengertian tersebut dapat ditarik pemahman
bahwa terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman tentang suatu
yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berlkaitan dengan
pola pikir dan pola rasa manusia. Jiak persepsinya tentang perbuatan yang
dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas
sesuai kapasita pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak
manusia yang dibentuk oleh persepsinya tentang objek yang dimaksudkan adalah
perbuatan yang sesuai dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan
sanagat penting dalam mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya
mengikuti kehendak naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak
luar.
10.3 Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Persepsi
Faktor yang mempengauhi persepsi pada
dasarnya ada dua yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi
persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup
beberapa hal antara lain :
1)
Fisiologis.
Informasi
masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempresepsi pada tiap orang berbeda-beda
sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2)
Perhatian.
Individu
memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
3)
Minat.
Persepsi
terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energy atau
prerceptual vigilance yang digerakan untuk mempersepsi. Prerceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk minat.
4)
Kebutuhan yang searah.
Faktor
ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek
atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
5)
Pengalaman dan Ingatan.
Pengalaman
dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
6)
Suasana hati.
Keadaan
emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukan bagaimana perasaan
seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
menerima, bereaksi dan mengingat.
Faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat
di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandangan seseorang
terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya
atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
1)
Ukuran dan penempatan
dari obyek atau stimulus.
Faktor
ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah
untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
indivudu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2)
Warna dari obyek-obyek.
Obyek-obyek
yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami ( to be perceived) dibandingkan dengan
yang sedikit.
3)
Keunikan dan kekontrasan
stimulus.
Stimulus
luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4)
Intensitas dan kekuatan
dari stimulus.
Stimulus
dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari
suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5)
Motion atau gerakan.
Individu
akan banyak memberikan perhatian terhadaap obyek yang memberikan gerakan dalam
jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
10.4 Jenis – jenis Persepsi
Prosep pemahaman terhadap rangsangan atau
stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi
beberapa jenis:
1)
Persepsi visual
Persepsi
visual di dapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang
paling awal berkembang pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk
memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topic utama dari bahasan persepsi
secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan pada
kontek sehari-hari. Persepsi kaum muslimin harus mengacu pada al quran dan as
sunnah, ini yang kemudian disebut Islamic
Worldview. Persepsi visual merupakan hasil dari apa yang kita lihat baik
sebelum kita melihat atau masih membayangkan dan sesudah melakukan pada obyek
yang dituju.
2)
Persepsi auditori
Persepsi
auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3)
Persepsi peradabaan
Persepsi
pengerabaabn di dapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4)
Persepsi penciuman
Persepsi
penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung .
5)
Persepsi pengecapan
Persepsi
pengecapan atau rasa di dapatkan dari indera yaitu lidah.
10.5 Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai
perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagia
bentuk pendidikan dan pelatiahn. Belajar juaga merupakan proses saling menukar
dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan
berkesinambuangan.
Dalam belajar terdapat proses pelatiahan
melakukan perbuatan tertentu, dan pemberian ilmu pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman yang lebih banyak mengisi kekosongan jiwa yang diajar.
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas.
Timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan
dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri atas tiga
komponen penting yaitu :
1. Kondisi
eksternal yaitustimulas dari lingkungan dari cara belajar
2. Kondisi
internal yang menggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa
3.
Hasil belajar yang
menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,
sikap dan siasat kognitif.
Belajar
sangat erat dengan pengertian menuntut ilmu, dimana dalam hal ini orang-orang
yang menuntut ilmu itu akan ditinggikan beberapa derajat oleh Allah SWT. Seperti
Firman Allah swt:
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman dia antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah 58:11)
Dan
Firman-Nya: “Dan katakanlah : “Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”” (Q.S. Thaha 20:114)
Belajar adalah proses memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, motivasi, kebiasaan dan tingkah laku yang
dilakukan secara instruksional (Syaiful Bahri, 2002:22). Dengan proses belajar
itulah, manusia berakhlak. Jadi akhlak manusia dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman belajarnya. Kedua orangtuanya bertanggung jawab mengajar
dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orangtua pula menentukan pilihan
sekolah anaknya, dan demikian seterusnya. Sementara, anak terus menimba ilmu
pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia terapkan dalam akhlaknya sehari-hari
Dengan kedua komponen penting, yaitu
persepsi dan belajar manusia mengembangkan kebudayaannya yang berbentuk tingkah
laku dan pola pikir. Akan tetapi, sepanjang proses belajar dan pengembangan
pola pikir itu berjalan pengaruh kejiwaannya tidak pernah berhenti. Manusia
memiliki nafsu untuk meraih keinginan dan mimpinya. Oleh sebab itu, setiap
akhlak manusia akan berdampak secara langsung pada kehidupan internal dan
eksternalnya.
Akhlak
yang berdampak positif pada kehidupannya. Sebaliknya, akhlak akan
berdampak buruk pula pada diri dan lingkungannya contohnya, seorang remaja yang
terlibat dengan pemakaian obat-obatan yang terlarang atau narkoba, ia akan
terkena pengaruh buruk untuk jasmani dan rohaninya yang tidak dapat dicegah
karena otaknya akan hancur, hatinya akan rusak, tingakah lakunya tidak
terkendali dan dia bisa menjadi gila dan mati. Adapun pengaruh pada lingkungannya
sangat merugikan karena nama baik keluarga dan masyarakat di tempat tinggalnya
akan tercoreng oleh akhlaknya yang tercela.
Sebaliknya, seorang anak yang berprestasi
dan bergaul dengan ramah, terpuji dan mengembangkan nilai-nilai kebajikan di
lingkungannya, secara otomatis ia akan
memperoleh dampak yang baik bagi kehidupan dirinya, Dalam rohaninya akan
tertanam jiwa yang bersih, seluruh masyarakat mengenalnya sebgai anak yang
pantas diteladani. Oleh karena itu setiap akhlak manusia berdampak secara langsung
pada kehidupan pribadinya dan orang lain.
Beberapa
jenis akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungan adalah:
1) Melaksanakan
ibadah dengan khusyuk
2) Mendirikan
Shalat berjamaah
3) Banyak
menghadiri pengajian
4) Menuntut
ilmu dengan baik dan berprestasi
5) Hidup
bergotong Royong dan saling membantu
6) Berani
membela kebebaran
7) Mengajarkan
ilmu yang benar kepada orang lain
8)
Bergaul dengan sopan
santun dan senang bersilaturahmi.
Dalam bahasa al quran akhlak – akhlak baik
atau terpuji yaitu sifat setia (al-amanah),
pemaaf (al-afwu), benar (ash-shidiq), menepati janji (al-wafa), adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’),
berani (asy-siyaja’ah), kuat (al-quwwah),
sabar (ash-shabru), kasih sayang (ar-rahmah), murah hati (as-sakha’u), tolong menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikha’),
silaturahmi, hemat (al-iqtishathd),
menghormati tamu (adl-dliyafah),
merendah diri (at-tawadhu),
menundukan diri kepada Allah swt (al-khusyu’),
berbuat baik (al-ihsan), berbudi
tinggi (al-muru’ah), memelihara
kebersihan badan (an-nadhafah),
selalu cenderung pada kebaikan (ash-shalihah),
merasa cukup dengan apa yang ada (al-qana’ah),
tenang (ash-sakinah), lemah lembut (ar-rifqu) dan sebagainya.
Jenis-jenis
akhlak yang buruk dan berdampak buruk bagi diri dan lingkungannya adalah:
Ø Banyak
berdusta
Ø Berkhianat
Ø Selalu
berburuk sangka kepada orang lain
Ø Tidak
mau beribadah
Ø Menghina
dan mengrendahkan orang lain
Ø Tidak
mau bersosialisasi
Ø Menutup
diri dan sombong
Ø Menjadi
penghasut dann pengadu domba
Ø Mengembangkan
permusuhan
Ø Egois
dan individualis
Ø Senamg
melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang
Ø Mudah
tersinggung dan pendendam
Ø Tidak
toleran kepada keyakinan orang lain
Ø Berlaku
tidak adil dalam memutuskan perkara.
Dalam bahasa al-Qur’an akhlak-akhlak buruk
atau tercela adalah egoistis (ananiyah),
lacur (al-baghyu), kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), pemabuk (al-khamru),
Khianat (al-khianah), aniaya (adh-dhulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fawahisy), pemarah (al-ghadhab), curang dan culas (al-ghasysyu), mengumpat (al-ghibah), adu domba (an-namimah), menipu daya (al-ghrur), dengki (al-hasad) dendam (al-hiqdu),
berbuat kerusakan (al-ifsad), sombong
(al-istikbar), mengingkari nikmat (al-kufran), homo seksual (al-liwath), membunuh (qatlunnafsi), makan riba (ar-riba), ingin dipuji (ar-riya), ingin didengar kelebihannya (assum’ah), berolok-olok (assikhiriyah), mencururi (asirqah), mengikuti hawa nafsu (asysyahawat), boros (attabzir), tergesa-gesa (al-ajalah), fasik, munafik dan
sebagainya.
Sesungguhnya masih banyak jenis akhlak
baik maupun buruk yang berdampak positif maupun negative pada kehidupan sosial.
Contoh-contoh tersebut hanyalah gambaran bahwa tidak penting mengembangakan
akhlak yang tercela karena kan merugikan diri dan orang lain. Rasulullah SAW
pernah menyatakan, “Orang muslim yang
baik adalah orang muslim yang selamat dari lidah dan tangannya”. Artinya,
pergaulan manusia seharusnya dapat menjaga perkataanya sehingga tidak menyakiti
orang lain karena sakit hati dapat mengakibatkan dendam dan pembunuhan.
Dermikian pula, menjaga tangan, kekuatan dan kekuasaannya karena
menyalahgunakan kekuasaan akan mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW. berperan kepada umat Islam agar bersatu-padu,
saling bersilaturahmi dan tolong menolong dalam kebajikan dan kebenaran.
Membahas mengenai ilmu tentu juga akan
membahas mengenai pendidikan, karena ilmu yang kita dapat bersumber dari
pendidikan. Pendidikan membantu seseorang untuk memperoleh ilmu secara
sistematis dan terarah. Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Dalam UU no. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan
bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non-formal
dan pendidikan informal.
1.
Pendidikan formal
Pendidikan
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang dijelas, mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi.
2.
Pendidikan Non-formal
Pendidikan
non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal paling
banyak terdapat pada usia usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA atau
Taman Pendidikan al quran, yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu,
yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga kursus, diantaranya kursus
music, bimbingan belajar dan sebainya.
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Fungsi pendidikan non-formal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembanagan sikap dan
kepbribadian professional. Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
3.
Pendidikan Informal
Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan
informal diakui sama dengan dengan pendidikan formal dan pendidikan non-formal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar Nasional Pendidikan.
Alasan
pemerintah menggagas pendidikan informal adalah :
1) Pendidikan
dimualai dari keluarga.
2) Informal
diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dimulai dari
keluarga.
3) Homeschooling
adalah pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.
4)
Anak harus dididik dari
lahir.
Prinsip-prinsip belajar yang hanya memberikan
petunjuk tentang belajar. Tetapi prinsip-prinsip belajar itu tidak dapat
dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka
dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda, contoh: belajar untuk
memperoleh sifat berbeda dengan belajar untuk mengembangkan kebiasaan dan
sebagainya. Karena itu, belajar yang
efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.
Faktor-faktor
belajar itu adalah sebagai berikut :
1) Faktor
kegiatan, penggunaan dan ulangan, siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan
baik kegiatan neural system, seperti
melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya
maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan,
sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara
kontinu dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi
lebih mantap.
2) Belajar
memerlukan latihan, dangan jalan: relearning,
recalling agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan
pelajaran yang belun dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3) Belajar
siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil
dan mendapatkan kepuasaannya. Belajar hendaknya dilakukan dengan suasana yang
menyenangkan.
4) Siswa
yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan
kegagalan akan menimbukan prustasi.
5) Faktor
Asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara
yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi
satu kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman
masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki
oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian
itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan
pengertian-pengertian baru.
7) Faktor
kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan
belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini sangat erat
hubungannya dangan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas
perkembangan.
8) Faktor
minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik
dari pada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan
sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan
dipelajari dirasakan bermakna bagi
dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga
sulit untuk berhasil.
9) Faktor-faktor
fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses
belajar, Badan yang lemah, lelah juga akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan
melakukan kegiatan belajhar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat
menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
10)
Faktor intelegensi, Murid
yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar. Karena ia akan lebih
mudah menangkap dan memahami pelajaran dan akan lebih mudah mengingat-ingatnya.
Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil
keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa
yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.
Belajar itu melibat perubahan. Perubahan
yang terjadi ketika belajar berlangsung mempunyai sebuah aspek arahan (directional aspec). Kadang-kadang
menimbulkan suatu perubahan dalam arah cita-cita kehidupan, dan kadang-kaang
justru memperkuat arah cita-cita warga tersebut.
Apabila perubahan itu berubah sama sekali
cara berpikir kita, maka hal ini akan melibatkan perubahan dalam tujuan dan
arah kehidupan kita. Apa yang kita lakukan sebelumnya kini ditinggalkan sama
sekalli.
Apabila pengalaman belajar terus
membimbing kita dalam arah yang sama yang kita tempuh selama ini, maka
pengalaman-pengalaman belajar memberikan pengalaman-pengalaman baru pada kita
dan membantu kita melihat cara yang kita tempuh itu lebih jelas lagi. Proses
ini membantu untuk maju lebih cepat dan lebih jelas kea rah tujuan kita.
Belajar
berlangsung bila perubahan-perubahan berikut ini terjadi :
1) Penambahan
informasi
2) Pengembangan
atau peningkatan pengertian
3) Penerimaan
sikap-sikap baru
4) Perolehan
penghargaan baru
5)
Pengerjaan sesuatu dengan
mempergunakan apa yang telah dipelajari
Kelima
jenis perubahan ini dapat dimasukkan dalam tiga kategori :
Pengetahuan
(kognitif), perasaan (afektive) dan perbuatan (behavioral). Hal ini melibatkan
:
1.
Pengetahuan (kognitif)
Apa
yang saya tambahkan kepada apa yang telah diketahui mungkin saja kurang
pengaruhnya pada diri saya sebagia individu. Mungkin juga menimbulkan pengaruh
yang memuaskan dengan makin bertambahnya informasi. Bagaimanapun juga bertambah
banyaknya informasi itu adalah penting, tetapi kepuasan dan kegembiraan
hanyalah merupakan awal proses belajar
2.
Perasaan (efektive)
Bagimana
perasaan saya tentang apa yang saya dengar dan baca itu adalah jauh lebih
penting dari pada hanya menerima informasi belaka. Reaksi emosional kita
terhadap fakta informasi, dan gagasan adalah penting bagi belajar. Bagaiman
perasaan kita tentang informasi atau gagasan-gagasan baru akan menentukan
apakah kita akn mempelajari atau tidak.
3.
Perilaku (behavioural)
Apa
yang saya perbuat akibat dari apa yang saya dengar dan saya baca adalah aspek
belajar yang sangat penting. Keterbukaan dan penerimaan gagasan-gagasan baru
itu harus berakibat berupa perbuatan nyata. Saya mesti menjadi orang yang
berbeda dengan memahami apa yang saya dengar dan baca itu serta memperagakannya
dalam perbuatan. Hal ini adalah hasil akhir dari belajar.
10.6 Hakekat Keberadaan Manusia
Isi dari kepribadian manusia terdiri dari
pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Pengetahuan merupakan unsur-unsur
atau segala sesuatu yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar,
secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui penerimaan panca
inderanya serta alat penerima atau reseptor organismanya yang lain.
(Koentjaraningrat, 1986: 101-111)
Kalau
unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia, maka
kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuan manusia
melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya disebut sebagai naluri.
Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan naluri pada
tiap manusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka disebut juga sebagai
dorongan naluri. Macam-macm dorongan naluri manusia , antara lain adalah:
1. Dorongan
untuk mempertahankan hidup;
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
2. Dorongan sex;
3. Dorongan untuk usaha mancari makan;
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengn sesama manusia;
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;
6. Dorongan untuk berbakti;
7. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. (Koentjaraningrat, 1986: 109-111)
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan
sesama rnakhluk. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya hamba yang paling
dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya”. Pada makalah ini kami akan
memaparkan pengertian akhlak, norma, etika, moral dan nilai.
Ada dua
pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan)
dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab
yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian denga
perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq
yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul
sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan
makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.Secara terminologi kata “budi
pekerti” yang terdiri dari kata budi dan pekerti.
Budi adalah
yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh
pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia
karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah
merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa
dan tingkah laku manusia.Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan
yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi
akal atau pikiran.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang
melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak
pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu
adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan
timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena
sudah menjadi budaya sehari-hari.
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling
melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak, yaitu :
1.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan
sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,
tidur dan gila.
3.
Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar
kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
4.
Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5.
Sejalan dengan ciri yang keempat,
perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan
karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau
karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Disini kita
harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak
adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang
bersifat praktis.
Menyambut era
globalisasi dan Teknologi Informasi dalam abad ini, banyak sekali perubahan-perubahan
yang sangat signifikan dalam perkembangan masyarakat. Perubahan-perubahan
tersebut dapat meliputi perubahan yang mengarah kepada kehidupan yang lebih
baik (perubahan positif) maupun perubahan yang mengakibatkan kehidupan yang
bersifat negatif.
Salah satu
dampak negatif yang dihasilkan dari abad globalisasi ini adalah kemerosotan
akhlak dan budi pekerti yang terus menggerogoti kehidupan bermasyarakat di
Indonesia, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa peranan akhlak dan budi pekerti
menjadi peranan sangat penting dan amat menentukan dalam pembentukan masyarakat
yang beradab dan berkebudayaan tinggi, masyarakat dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, masyarakat yang adil dan bermartabat dan lalainya
ketidaksinambungan antara hak yang mereka dapatkan dan kewajiban yang harus
mereka jalani.
Untuk
mengantisipasi kerusakan moral yang akan terjadi di kehidupan masyarakat
mendatang, tentunya diperlukan adanya usaha untuk menyadari pentingnya
penanaman kesadaran tentang hak dan kewajiban yang berkesinambungan secara utuh
dengan penuh keinsyafan, walau terkadang dalam menunaikan kewajiban seringkali
adanya penderitaan yang harus dirasakan.
Dalam ajaran akhlak dan budi pekerti, setiap
diri manusia harus bisa mengatur keseimbangan yang sangat tajam antara hak dan
kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap
anggota masyarakat harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dan saling
menguntungkan serta memberi manfaat terhadap sesama anggotanya.
Beberapa jenis
akhlak yang berdampak baik pada diri dan lingkungannya adalah:
1)
Melaksanakan ibadah tempat khusyuk
2)
Mendirikan sholat berjamaah
3)
Banyak menghadiri pengajian
4)
Menuntuk ilmu dengan baik dan
berprestasi
5)
Menuntut ilmu dengan baik dan
berprestasi
6)
Hidup bergotong-royong dan saling
membantu
7)
Berani membela kebenaran
8)
Mengajarkan ilmu yang benar kepada
orang lain
9)
Bergaul dengan sopan santun dan senang
bersilaturahmi
Dalam bahasa
arab al qur’an, akhlak-akhlak
yang baik atau terpuji, yaitu sifat setia (al-amanah)
pemaaf (al-afwa), benar (ash-shidiq), menempati janji (al-wafa), adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (al-haya’),
berani (asy-syaja’ah), kuat (al-quwwah), shabar (ash-shabaru), kasih sayang (ar-rahmah),
murah hati (as-sakha’u),
tolong-menolong (at-ta’awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (al-ikhla’), silaturahmi, hemat (al-iqtishad), menghormati tamu (adl-dliyafah), merendah hati (at-tawadhu’), menundukan diri kepada
Alloh SWT. (al-khusyu’), berbuat baik
(al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru’ah), memelihara kebersihan
badan (an-nadhafah), selalu cenderung
pada kebaikan (as-shalihah), merasa
cukup dengan apa yang ada (al-qona’ah),
tenang (as-sakinah), lemah lembut (ar-rifqu), dan sebagainya.
Dikemukakannya beberapa contoh Akhlak yang
mulia Sayyidina Al Musthofa, Muhammad saw adalah agar kita mengetahui dan
mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi
saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad saw “Al Amin”, artinya orang yang
terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi. Peristiwa
ini, belum pernah terjadi dalam sejarah Mekkah dan Arabia. Hal itu menjadi
bukti bahwa Rasulullah saw memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi
sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat
dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak
mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka
lagi istimewa.
Diriwayatkan tentang Rasulullah SAW bahwa segala tutur kata beliau
senantiasa mencerminkan kesucian dan bahwa beliau (tidak seperti orang-orang
kebanyakan di zaman beliau) tidak biasa bersumpah (Turmudzi). Hal itu merupakan
suatu kekecualian bagi bangsa Arab. Kami tidak mengatakan bahwa orang-orang Arab
di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor, tetapi tidak pelak
lagi bahwa mereka biasa memberikan warna tegas di atas tuturan mereka dengan
melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan
yang masih tetap berlangsung sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw
menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa
alasan yang sepenuhnya dapat diterima.
Beliau sangat
memberikan perhatian, bahkan cermat sekali dalam soal kebersihan badan. Beliau
senantiasa menggosok gigi beberapa kali sehari dan begitu telaten melakukannya
sehingga beliau biasa mengatakan bahwa andaikata beliau tidak khawatir kalau
mewajibkannya akan memberatkan, beliau akan menetapkan menjadi kewajiban untuk
tiap-tiap orang muslim menggosok gigi sebelum mengerjakan kelima waktu sholat.
Beliau senantiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah tiap kali makan, dan
desudah makan beliau senantiasa berkumur dan memandang sangat baik tiap-tiap
orang yang telah memakan masakan berkumur lebih dahulu sebelum ikut
bersembahyang berjamaah (Al Bukhori)
Dalam peraturan
Islam, masjid itu satu-satunya tempat berkumpul yang ditetapkan untuk
orang-orang Islam. Oleh karena Rasulullah saw sangat istimewa menekankan
kebersihannya, terutama pada saat orang-orang diharapkan akan berkumpul di
dalamnya. Beliau memerintahkan supaya pada kesempatan-kesempatan itu sebaiknya
setanggi dsb dibakar untuk membersihkan udara (Abu Daud). Beliau juga memberi
petunjuk jangan ada orang pergi ke masjid saat diadakan pertemuan-pertemuan
sehabis makan sesuatu yang menyebarkan bau yang menusuk hidung (Al Bukhori).
Beliau menuntut
agar jalan-jalan dijaga kebersihannya dan tidak ada dahan ranting, batu dan
semua benda atau sesuatu yang akan mengganggu atau bahkan membahayakan. Jika
beliau sendiri menemukan hal atau benda demikian di jalan, beliau niscaya
menyingkirkannya dan beliau sering bersabda bahwa orang yang membantu menjaga
kebersihan jalan-jalan, ia telah berbuat amal sholih dalam pandangan Ilahi.
Diriwayatkan
pula bahwa beliau memerintahkan supaya lalu-lintas umum tidak boleh
dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan
benda-benda yang najis, atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori
jalan dengan cara apapun, karena semua itu perbuatan yang tidak diridhoi Tuhan.
Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan air untuk keperluan
manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang sesuatu
benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan mencemarinya, dan
memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor (Al Bukhori
dan Muslim, Kitabal Barr wal Sila)
Rasulullah SAW
sangat sederhana dalam hal makan dan minum. Beliau tidak pernah memperlihatkan
rasa kurang senang terhadap makanan yang tidak baik masakannya dan tidak sedap
rasanya. Jika didapatkannya makanan sajian serupa itu, beliau akan menyantapnya
untuk menjaga supaya pemasaknya tidak merasa kecewa. Tetapi, jika hidangan
tidak dapat dimakan, beliau hanya tidak menyantapnya dan tidak pernah
memperlihatkan kekesalannya. Jika beliau telah duduk menghadapi hidangan,
beliau menunjukkan minat kepada makanan itu dan biasa mengatakan bahwa beliau
tidak suka kepada sikap acuh-tak-acuh terhadap makanan, seolah-olah orang yang
makan itu terlalu agung untuk memperhatikan hanya soal makanan dan minuman
belaka.
Jika suatu
makanan dihidangkan kepada beliau, senantiasa beliau menyantapnya bersama-sama
semua yang hadir. Sekali peristiwa seseorang mempersembahkan kurma kepada
beliau. Beliau melihat ke sekitar dan setelah beliau menghitung jumlah orang
yang hadir, beliau membagi rata bilangan kurma itu sehingga tiap-tiap orang
menerima tujuh buah. Abu Huroiroh R.A meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak
pernah makan sekenyang-kenyangnya, walaupun sekedar roti jawawut (Al Bukhori).
Sekali
peristiwa, ketika beliau melalui jalan tampak kepada beliau beberapa orang
berkumpul mengelilingi panggang anak kambing dan siap untuk menikmati jamuan.
Ketika mereka melihat Rasulullah saw mereka mengundang beliau ikut serta,
tetapi beliau menolak. Alasannya bukan karena beliau tidak suka daging
panggang, tetapi disebabkan oleh kenyataan bahwa beliau tidak menyetujui orang
mengadakan perjamuan di tempat terbuka dan terlihat oleh orang miskin yang tak
cukup mempunyai makanan.
Tiap-tiap segi
kehidupan Rasulullah saw nampak jelas diliputi dan diwarnai oleh cinta dan
bakti kepada Tuhan. Walaupun pertanggung-jawaban yang sangat berat terletak di
atas bahu beliau, bagian terbesar dari waktu, siang dan malam dipergunakan
untuk beribadah dan berdzikir kepada Tuhan. Beliau biasa bangkit meninggalkan
tempat tidur tengah malam dan larut dalam beribadah kepada Tuhan sampai saat
tiba untuk pergi ke masjid hendak sembahyang subuh. Kadang-kadang beliau begitu
lama berdiri dalam sembahyang tahajjud sehingga kaki beliau menjadi
bengkak-bengkak, dan mereka yang menyaksikan beliau dalam keadaan demikian
sangat terharu. Sekali peristiwa Aisyah R.A berkata kepada beliau “Tuhan telah memberi kehormatan kepada
engkau dengan cinta dan kedekatan-Nya. Mengapa engkau membebani diri sendiri
dengan menanggung begitu banyak kesusahan dan kesukaran?” Beliau menjawab “Jika Tuhan, atas kasih sayang-Nya,
mengaruniai cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi kewajiban
pada giliranku senantiasa menyampaikan terima kasih kepada Dia? Bersyukurlah
hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima” (Kitabul-Kusuf).
Tuhan telah
memberikan mata untuk melihat; maka bukan ibadah tetapi aniaya kalau mata
dibiarkan pejam atau dibuang. Bukan penggunaan kemampuan melihat secara tepat
yang dapat dipandang dosa, melainkan penyalahgunaan daya itulah yang menjadi
dosa. Siti Aisyah meriwayatkan “Bilamana
Rasulullah SAW dihadapkan kepada pilihan antara dua cara berbuat, beliau
senantiasa memilih jalan yang termudah, asalkan bebas dari segala kecurigaan
bahwa itu salah atau dosa. Kalau arah perbuatan itu membuka kemungkinan
timbulnya kecurigaan serupa itu, maka Rasulullah saw itulah orangnya, dari
antara seluruh umat manusia yang paling menjauhinya” (Muslim,
kitabul-Fadhoil)
Beliau sangat
baik dan adil terhadap istri-istri sendiri. Jika, pada suatu saat salah seorang
di antara mereka tidak dapat membawa diri dengan hormat yang layak terhadap
beliau, beliau hanya tersenyum dan hal itu dilupakan beliau. Pada suatu hari
beliau bersabda kepada Siti Aisyah, “Aisyah
jika engkau sedang marah kepadaku, aku senantiasa dapat mengetahuinya”
Aisyah bertanya “Bagaimana?” Beliau
menjawab “Aku perhatikan jika engkau
senang kepadaku dan dalam percakapan kau menyebut nama Tuhan, ‘Kau sebut Dia
sebagai Tuhan Muhammad. Tetapi jika engkau tidak senang kepadaku, ‘Kau sebut
Dia sebagai Tuhan Ibrahim” Mendengar keterangan itu Aisyah tertawa dan mengatakan
bahwa beliau benar
Beliau
senantiasa sangat sabar dalam kesukaran dan kesusahan., Dalam keadaan susah,
beliau tak pernah putus asa dan beliau tak pernah dikuasai oleh suatu keinginan
pribadi. Sekali peristiwa beliau menjumpai seorang wanita yang baru ditinggal
mati oleh anaknya, dan melonglong dekat kuburan anaknya. Beliau menasehatkan
agar bersabar dan menerima taqdir Tuhan dengan rela dan menyerahkan diri.
Wanita itu tidak mengetahui bahwa ia ditegur oleh Rasulullah SAW dan menjawab “Andaikan engkau pernah mengalami sedih
ditinggal mati oleh anak seperti yang kualami, engkau akan mengetahui betapa
sukar untuk bersabar di bawah himpitan penderitaan serupa itu.” Rasulullah
SAW menjawab “Aku telah kehilangan bukan
hanya seorang tetapi tujuh anak”. Dan beliau terus berlalu.
Beliau
senantiasa dapat menguasai diri. Bahkan ketika beliau sudah menjadi orang
paling berkuasa sekalipun selalu mendengarkan dengan sabar kata tiap-tiap
orang, dan jika seseorang memperlakukan beliau dengan tidak sopan, beliau tetap
melayaninya dan tidak pernah mencoba mengadakan pembalasan.
Rasulullah SAW
mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara
dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawati terbukti telah melakukan
pencurian. Hal itu menggemparkan, karena jika hukuman yang berlaku dikenakan
terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga sangat terhormat akan
jatuh dan terhina. Banyak yang ingin mendesak Rasulullah saw demi kepentingan
orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi
tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah saw, tetapi serentak beliau
mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah
celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tetapi berlaku kejam
terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengidzinkan dan akupun sekali-kali tidak
akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah anak perempuanku sendiri melakukan
kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al
Bukhori, Kitabul Hudud) .
Akhlak Nabi
Muhammad SAW sebagai ayah dari anak-anaknya, suami dari istri-istrinya,
komandan perang, mubaligh, imam, hakim, pedagang, petani, pengembala, dan
sebagianya merupaka akhlak yang pantas diteladani. Dalam 100 tokoh terkemuka di
dunia, Nabi Muhammad SAW menduduki peringkat pertama, sebagai ornag yang paling
berpengaruh di dunia. Beliau peletak dasar Negara Modern di Madinah yang
merumuskan perjanjian yang adil dan demokratis di tengah-tengah masayrajat sukuistik
dan pemeluk Yahudi dan Nasrani. Sebagai politisi, beliau sangan dikagumi oleh
raja-raja dan penguasa kafir. Beliau adalah pembela kaum kafir dan miskin yang
memilih hidup dalam kefakiran dan kemiskinan.
10.7 Penerapan Akhlaq
Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi
manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh
generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq
mulia :
1.
Akhlaq kepada Khalik (Pencipta)
Salah
satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah
Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah semata, menyembah,
beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir,
tawakal, dan takwa kepada Allah, dan sebagainya.
2.
Akhlaq kepada Sesama
a). Akhlaq kepada sesama muslim
Penerapan
akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang
lain, maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang
yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga
lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa
tersinggung, dan sebagainya.
b).
Akhlaq kepada sesama nonmuslim
Akhlaq
antara sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena mereka (nonmuslim) juga
merupakan makhluk. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang
mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita
dengan hak merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting
adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada
namanya etika sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita
dalam pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi
keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan,
walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena
musibah, dan sebagainya.
c). Akhlaq kepada Diri
Sendiri
Untuk mempertahankan kehormatan, harga
diri, dan meningkatkan harkat dan martabat dalam hidup ini, kita memerlukan
akhlaq terhadap diri sendiri, antara lain:
1)
Menjaga kehormatan dan
harga diri, membersihkan diri lahir dan batin.
2) Memiliki
dan memupuk sifat-sifat terpuji.
3)
Taat menjalankan ajaran
agama.
4)
Menjaga lisan, mata,
telinga, dan tangan dari perbuatan tercela.
5)
Mencari rezeki yang
halal.
6)
selalu
berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan
takwa.
d). Akhlaq kepada
Keluarga
Berikut
akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia kepada keluarga:
a. Kepada
orangtua: berbakti, menghormati, menyayangi dan mendoakan keduanya, tidak
berkata kasar, tidak menyakiti hati dan fisik mereka, apabila mereka sudah
sepuh, keduanya disantuni dan diberi nafkah.
b.
Kepada istri atau suami :
menjaga kedamaian, ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap
jujur dan terbuka, tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.
c.
Kepada tetangga dan
masyarakat: saling membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling menghormati,
saling meminta dan memberi, dan sebagainya.
d.
Hormat dan memuliakan
guru dan dosen, dan sebagainya.
e.
Akhlaq kepada Lingkungan
(Alam Semesta)
Hendaknya setiap manusia melakukan
hal-hal berikut:
1)
Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta
bersyukur kepada Allah.
2)
Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran hidup manusia.
3) Menjaga keseimbangan dan kelestarian
lingkungan flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
4) Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau
mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar,
penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan
sebagainya.
10.8 Tantangan
Akhlak
Allah SWT menciptakan manusia
dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum
yaitu melaksanakan segala perintahnya dan
manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkanNya untuk menjaga dan
memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun
sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa sehingga
kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa
diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah
yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut.
Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari
yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup yang materialistis.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dialami oleh manusia sekarang ini
tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik
sebagai manusia beragama maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak
negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu
ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat
membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau mengejar
materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak
manusia.
Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan
dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran,
yang semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya
sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.
Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar
lebih dapat mengontrol diri. Gaya hidup
yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau foya-foya, dan
kebarat-baratan. Seperti kita tahu
selain tidak baik, Allah sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya
hidup ini cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan
materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada
keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat.
Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak
seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih untuk berbagi
terhadap sesama karena akan lebih terasa manfaatnya.
Orientasi hidup yang hanya mengejar
nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai
kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika
hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup yang tidak
sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua
perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan
persoalan hidup.
Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya
peranan aqidah dan akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan
akhlak akan menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak
negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari segala
bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita
selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat,
akhlak yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam perbuatan dan
tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang
hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak sehingga kita tidak tersesat dan
apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
10.9 Upaya
Peningkatan Kualitas Akhlak
Ø Penjagaan
Diri
Alasan harus menjaga diri adalah :
Alasan harus menjaga diri adalah :
a)
Upaya
penjagaan seorang muslim
terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindunginya dari siksa Allah ta’ala
dan neraka-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS.
At-Tahrim : 6)
b)
Jika
ia tidak menjaga diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan dan
moment-moment kebaikan.
c)
Hisab kelak bersifat
individual, “Dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari
kiamat dengan sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95).
d)
Penjagaan diri lebih
mampu mengadakan perubahan.
Seseorang
lebih tau akan dirinya sendiri, maka upaya penjagaan diri merupakan hal yang
bagus dan sekaligus menimbulkan perubahan pada diri seseorang tersebut.
Cara-cara
penjagaan diri adalah ;
1. Muhasabah diri
Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas
kebaikan dan keburukan yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan
yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak
pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
(QS. Al-Hasyr : 18)
2.
Taubat dari segala dosa
3.
Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Seseorang
dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama. Dengan ilmu agama ia akan tahu
perbuatan apa saja yang seharusnya ia lakukan dan yang seharusnya tidak ia
lakukan sebagai seorang muslim.
4.
Mengerjakan amalan-amalan iman, antara lain :
Ø Mengerjakan
ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
Ø Meningkatkan
porsi ibadah-ibadah sunnah
5.
Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir
Bergaul
dengan orang-orang shaleh. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi
seseorang. Maka untuk menjaga akhlak, kita harus bergaul dengan orang-orang
shaleh. Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga dapat saling
mengingatkan satu sama lainnnya.
6.
Berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh
Dengan
berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah, insya Allah kita dapat terhindar
dari perbuatan yang tidak bermanfaat.
Dalam meningkatkan kualitas
akhlak kita bisa melakukan penjagaan sesama muslim, karena dengan menjaga
sesama muslim, kita dapat meningkatkan kesadaran akan akhlak di lingkungan
kita. Salah satu cara dari penjagaan muslim
adalah dengan cara dakwah.
Dakwah adalah
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan
taat kepada Allahsesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata
dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u
yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh
Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai
cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Begitu juga peran akhlak bagi pendidikan
anak, bagi orang tua, anak adalah penyejuk hati dan pelengkap jiwa yang tidak
dapat terbeli oleh apapun. Anak juga merupakan titipan Allah subhanahu wa
ta’ala yang wajib untuk dijaga, dibina dengan baik. Maka Bersyukurlah bagi semua yang
telah dipercayakan oleh Allah untuk memiliki sang buah hati.
Namun jangan lalai dengan anugrah
tersebut, karena pada akhirnya nanti, kita pasti akan dimintai
pertanggungjawaban tentang semua kesenangan yang telah Allah amanahkan kepada
kita.Hal ini sejalan dengan hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari
Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang
laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas
kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan
akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta
benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu,
berkata “Didiklah anakmu karena kamu akan
ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah
kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan
anakmu kepadamu.”
Sungguh Islam adalah agama yang
sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Disana sangat
ditekankan bahwa pertanggung jawaban orang tua tentang pendidikan anak yang
baik sesuai al quran dan as sunnah adalah hal yang sangat luar biasa penting,
agar mereka terbekali dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat.
Salah satu hal yang penting dari
cabang pendidikan untuk anak adalah mengajarkan kepadanya tentang akhlak yang
baik. sebagai contoh, menyenangkan hati orang lain dan atau bahkan yang
sesederhana sekalipun yaitu memberikan wajah berseri saat bertemu dengan
saudara muslim yang lain.
Selain itu, hendaknya para orang
tua, juga menekankan tentang pembelajaran sederhana bagi anak untuk membentuk
karakter yang baik, lewat beberapa contoh teladan berikut ini.
1. Mengajarkan kejujuran
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
1. Mengajarkan kejujuran
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
2.
Mengajarkan Berbuat baik kepada lingkungan mereka
Rasulullah SAW bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman”. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Rasulullah SAW bersumpah tiga kali dan menyatakan bahwa seseorang tidaklah beriman manakala tetangganya tidak merasa aman darinya. Sabdanya, ”Demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman, demi Allah, ia tidaklah beriman”. Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu seseorang, di mana tetangganya tidak mendapatkan keamanan darinya.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu
berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada
lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri
undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)
3.
Mengajarkan Amanah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman " Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.." (Qs. Annisa:58)
4.
Mengajarkan Untuk Mengucapkan salam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
5. Mengajarkan Tidak berboros kata
Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari)
6. Mengajarkan Tidak Memanggil
dengan Julukan yang Dibenci
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11). Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah subhanahu wata'ala, merupakan buah kesungguhan usaha anak- anak kita untuk melatih diri mereka dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad yang mereka lakukan tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai, tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri mereka sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ”…Dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk.” (Al Hujurat: 11). Akhlak yang baik, setelah bimbingan dan taufik Allah subhanahu wata'ala, merupakan buah kesungguhan usaha anak- anak kita untuk melatih diri mereka dengan berbagai sifat terpuji. Juga merupakan hasil dari jihad yang mereka lakukan tanpa henti dan tak kenal lelah dalam memerangi segala perangai, tabiat dan sifat buruk yang mungkin muncul dalam diri mereka sendiri.
Pendidikan
seperti inilah yang menjadi wasiat dan warisan yang baik, bahkan saat nanti
kita telah tiada sekalipun. Dan wasiat baik ini adalah lebih dari sekedar harta
atau perhiasan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar