BAB II
2.1 Pengertian Akhlak
Ilmu
Akhlak perkataan “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab Jama dari kata “Khuluqun” yang menurut logat diartikan
budi perkerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kaliamat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khalqun”
yang berarti: kejadian,serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti: pencipta, dan “Makhluk” yang berarti: yang
diciptakan.
Perumusan
pengertian “Akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik
antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Perkataan ini
bersumber dari kalimat yang tercantum dalam al quran: al kolam. Ilmu Akhlak
adalah Ilmu yang menentukan batas anatara baik dan buruk, anatara yang terpuji
dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Ilmu
Akhlak adalah Ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian yang baik dan
buruk,Ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang
terakhir dari seleuruh usaha dan pekerjaan mereka.
Dan
masing-masing kekuatan itu mempunyai posisi pertengangan diantara dua
keburukan, yaitu sebagai berikut:
1.
Hikmah merupakan kesempurnaan kekuatan berfikir,dan posisi
pertengahan antara dua keburukan, yaitu:
1)
Kebodohan → kurangnya hikmah
2)
Berlaku salah → berlebihan
2.
Keberanian, adalah kesempuranaan kekuatan amarah dan posisi
pertengan antara dua keburukan, yaitu:
1)
Pengecut → kurangnya keberanian
2)
Sembrono → berlebih keberanian
3.
‘iffah adalah kesempurnaan kekuatan syahwat dan posisi
pertengahan anatara dua keburukan, yaitu:
1)
Kestatisan → kurangnya sifat iffah
2)
Berbuat hina → berlebihnya sifat iffah
Ketiga
sifat ini mempunya masing-masing cabang dan cabang tersebut merupakan posisi
pertengahan antara dua keburukan. Sedangkan sebaik perkara adalah
pertengahannya. Dan dalam ilmu akhlak disebutkan penjelasan detail tentang
hal-hal ini Kemudian cara pengobatannya adalah dengan menjaga diri untuk tidak
keluar dari posisi pertengahan, dan terus diposisi pertengahan itu. Manfaat
ilmu ini agar manusia sedapat mungkin menjadi sosok yang sempurna dalam
perbuatan-perbuatannya, sehingga didunia ia berbahagia dan di akhirat menjadi
sosok yang terpuji.
Ø Menurut Muhammad bin
Ali Al Faarugi At Tahanawi
Ia berkata “Akhlak’’
adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri. Segala
tindakan mengerjakan atau tidak mengerjakan sessuatu seperti Qudrat “kemampuan”
berbeda dengan dudrat, yaitu ia tidak wajib ada bersama makhluk ketika ia
mengerjakan sesuatu seperti wajibnya hal itu menurut para ulama Asy’ari dalam
masalah qudrat.Kemudian At Thanawi berkata,
Akhlak terbagi atas
hal berikut ini :
1)
Keutamaan, yang merupakan dasar bagi apa yang sempurna
2)
Kehinaan, yang merupakan dasar bagi apa yang kurang
3)
Dan selain keduanya yang menjadi dasar bagi selain kedua hal
itu.
2.2 Hadits Tentang Akhlak Mulia
Berikut kumpulan
hadits rasulullah saw tentang akhlaq mulia :
1)
"Paling dekat
dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap
keluarganya". (HR. Ar-Ridha)
2)
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
seorang Mukmin-karena kebaikan akhlaknya-menyamai derajat orang yang biasa
melakukan shaum dan menunaikan shalat malam." (HR Abu Dawud)
3)
Dari Abu Ad-Darda' radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada
sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai
derajat orang yang berpuasa dan shalat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
4)
Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya
orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya dengan majelisku
pada Hari Kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaliknya,
orang yang aku benci dan paling jauh dari diriku adalah orang yang terlalu
banyak bicara (yang tidak bermanfaat, pen.) dan sombong." HR
at-Tirmidzi).
5)
Baginda Rasulullah SAW menyebut sejumlah keistimewaan akhlak
mulia ini. Saat beliau ditanya tentang apa itu kebajikan (al-birr), misalnya, beliau langsung menjawab, "Al-Birr husn al-khulq (Kebajikan itu adalah akhlak mulia."
(HR Muslim)
6)
Beliau bahkan bersabda, "Tidak
ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang Mukmin pada Hari
Kiamat nanti selain akhlak mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang
berbuat keji dan berkata-keta keji." (HR at-Tirmidzi)
7)
Rasulullah SAW pun menyebut Muslim yang berakhlak mulia
sebagai manusia terbaik. Beliau bersabda, "Sesungguhnya
yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya." (HR
al-Bukhari dan Muslim).
8)
Dari Sahl bin Sa'ad radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu
'alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya
Allah mencintai akhlak yang mulia dan membenci akhlak yang buruk”.
[Al-Mu'jam Al-Kabiir: Sahih]
9)
An-Nawwaas bin Sim'aan Al-Anshary radiyallahu 'anhu berkata:
Aku bertanya kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan dan
keburukan, dan Rasulullah menjawab: “Kebaikan
adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu
(hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya”. [Sahih
Muslim]
10) Dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu; Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Saya
menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia
benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong
sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia
akhlaknya”. [Sunan Abi Daud: Hasan]
11) Dari Jabir bin Samurah radiyallahu 'anhu;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling
baik akhlaknya”. [Musnad Ahmad: Sahih]
12) Dari Jabir radiyallahu 'anhu; Rasulullah
sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di
hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari
kalian dan yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak
bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
13) Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu;
Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Kalian tidak akan mempu memberi kepada semua orang dengan hartamu,
akan tetapi kamu bisa memberi kepada semua orang dengan senyuman dan akhlak
mulia”. [Musnad Al-Bazzar: Hasan]
14) Dari Ibnu Mas'ud dan Aisyah radiyallahu
'anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa “...Ya Allah .. Engkau telah memuliakan
penciptaanku, maka muliakanlah akhlakku”. [Musnad Ahmad: Sahih]
15) Jabir bin Abdillah radiyallahu 'anhuma
berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam ketika memulai salat ia
bertakbir kemudian berdoa "Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam
tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang
Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia,
tiada yang bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari
amalan dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang
buruk selain Engkau". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
16) Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari
kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga
bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?"
Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh
memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata,
"Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya
terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik
membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat." (HR.
Ath-Thabrani)
17) "Kamu tidak bisa
memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik
(simpati) dan dengan akhlak yang baik." (HR. Abu Ya'la dan Al-Baihaqi)
18) "Kebajikan itu
ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan
kamu tidak senang bila diketahui orang lain."(HR. Muslim)
19) Ya Rasulullah, terangkan tentang Islam dan aku
tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang lain. Nabi Saw menjawab, "Katakan: 'Aku beriman kepada Allah
lalu bersikaplah lurus (jujur)'." (HR. Muslim)
20) "Jauhilah segala
yang haram niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Relalah dengan
pembagian (rezeki) Allah kepadamu niscaya kamu menjadi orang paling kaya. Berperilakulah
yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu termasuk orang mukmin. Cintailah orang
lain pada hal-hal yang kamu cintai bagi dirimu sendiri niscaya kamu tergolong
muslim, dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak
tertawa itu mematikan hati." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
21) "Di
antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan
pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan
bila berjanji ditepati”. (HR. Ad-Dailami)
22) "Tidak ada
kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang
lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih
terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih
kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang
baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang
luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan
kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur
(berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar”.
(HR.
Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
23) "Menghemat dalam nafkah separo pendapatan (belanja),
dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separo akal, sedangkan
bertanya dengan baik adalah separo ilmu”. (HR. Ath-Thabrani)
24) “Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya
(kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah
akhlaknya."
(HR. Ahmad dan Al Hakim)
25) "Kebijaksanaan
adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari
siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber mana datangnya."
(HR. Ibnu Hibban) Artinya kita jangan melihat siapa yang memberi nasehat tapi
apa isi nasehatnya. Yakinlah bahwa segala kebenaran itu datangnya dari Allah
SWT, dan segala sesuatu hanya sebagai perantara.
26) "Kalau kamu sudah tidak punya malu lagi (tidak punya
akhlaq), lakukanlah apa yang kamu kehendaki." (HR. Bukhari)
27) "Tidak
ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih afdhol di sisi Allah daripada
menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena keridhoan Allah Ta'ala."
(HR. Ahmad)
28) Seorang sahabat
berkata kepada Nabi Saw, "Ya
Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi Saw berpesan, "Jangan suka
marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap
berulang kali berpesan, "Jangan suka marah." (HR. Bukhari)
29) "Barangsiapa banyak diam maka dia akan selamat”. (HR. Ahmad)
30) "Hati-hatilah terhadap prasangka. Sesungguhnya
prasangka adalah pembicaraan paling dusta”. (HR. Bukhari)
31) "Bukan
akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan
hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa
(terburu-buru) adalah dari setan”. (HR. Asysyihaab)
32) "Seorang yang baik keislamannya ialah yang meninggalkan
apa-apa yang tidak berkepentingan dengannya”. (HR. Tirmidzi)
33) "Dekatkan dirimu kepada-Ku (Allah) dengan mendekatkan
dirimu kepada kaum lemah dan berbuatlah ihsan kepada mereka. Sesungguhnya kamu
memperoleh rezeki dan pertolongan karena dukungan dan bantuan kaum lemah di
kalangan kamu." (HR. Muslim)
34) "Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim
maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri
terhadapnya maka Allah akan merendahkannya." (HR. Ath-Thabrani)
35) "Allah mewahyukan kepadaku agar kamu berprilaku rendah
hati agar tidak ada orang yang menzalimi orang lain atau menyombongkan dirinya
terhadap orang lain”. (HR. Ahmad)
36) "Sifat malu adalah dari iman dan keimanan itu di surga,
sedangkan perkataan busuk adalah kebengisan tabi'at dan kebengisan tabi'at di
neraka”.
(HR. Bukhari dan Tirmidzi)
37) "Sesungguhnya cemburu (yakni cemburu yang wajar dan
masuk akal adalah bagian) dari keimanan”. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu
Babawih)
38) "Kebajikan ialah akhlak yang baik dan dosa ialah
sesuatu yang mengganjal dalam dadamu dan kamu tidak suka bila diketahui orang
lain”.
(HR. Muslim)
39) "Mintalah fatwa (keterangan hukum) kepada hati dan
jiwamu. Kebajikan ialah apa yang menyebabkan jiwa dan hati tentram kepadanya,
sedangkan dosa ialah apa yang merisaukan jiwa dan menyebabkan ganjalan dalam
dada walaupun orang-orang meminta atau memberi fatwa kepadamu”. (HR. Muslim)
40) "Orang yang membawa (mengangkut) sendiri barang
dagangannya maka dia terbebas dari kesombongan”. (HR. Al-Baihaqi)
41) "Orang yang mengharamkan kelemah lembutan, maka akan
diharamkan baginya segala kebaikan." [HR. Muslim]
42) "Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang
beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang
terus-menerus melakukan perbuatan dosa. " (HR. Al Hakim)
43) “Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat
menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Nabi Saw lalu
berkata, " Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah (orang) yang
datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi
dia pernah mencaci-maki orang dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah
memakan harta orang itu, lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil
pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila
pahala- pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya
maka dosa orang- orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia
dihempaskan ke api neraka." (HR. Muslim)
44) "Kelak
akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur
nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba
mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam
jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam
sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas)”. (HR. Al Hakim)
45) "Janganlah engkau menyepelekan kebaikan sedikitpun
meski sekadar menuangkan air dari ember timbamu ke bejana orang yang meminta
air, dan meski sekadar berbicara dengan saudaramu dengan wajah yang
berseri-seri." [HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasa'i]
46) Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." [Hadits riwayat
Mutafaq 'alaih]
47) “Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang
hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”. (HR. Al Hakim)
48) “Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh
keimanan.”
(HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
49) “Ada tiga hal yang
termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan
merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan).” (HR. Ath-Thabrani)
50) “Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah
dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
51) “Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh.” (Mashabih Assunnah)
52) “Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk,
dan kawan bergaul yang sholeh lebih baik daripada menyendiri.
Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam dan berdiam adalah
lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk.” (HR. Al Hakim)
53) “Seorang mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan
orang, lebih besar pahalanya dari yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak
sabar dalam menghadapi gangguan mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
54) “Amal
perbuatan yang paling disukai Allah sesudah yang fardhu (wajib) ialah
memasukkan kesenangan ke dalam hati (menghibur hati) seorang muslim.” (HR.
Ath-Thabran)
55) “Seorang mukmin
adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera
memperbaikinya.”
(HR. Bukhari)
56) “Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir
kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan (menasihati)
satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan)”. (HR. Ad-Dailami)
57) “Jibril Alaihissalam
yang aku cintai menyuruhku agar selalu bersikap lunak (toleran dan mengalah)
terhadap orang lain.” (HR. Ar-Rabii')
58) “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak
menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak
merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).” (HR. Muslim)
59) “Rasulullah Saw
melarang mendatangi undangan orang-orang fasik.” (HR. Ath-Thabrani)
60) “Janganlah kamu
duduk-duduk di tepian jalan. Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kami
memerlukan duduk-duduk untuk berbincang-bincang." Rasulullah kemudian
berkata, "Kalau memang harus duduk-duduk maka berilah jalanan
haknya." Mereka bertanya, "Apa haknya jalanan itu, ya
Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Memalingkan pandangan (bila wanita
lewat), menghindari gangguan, menjawab ucapan salam (dari orang yang lewat),
dan beramar ma'ruf nahi mungkar." (Mutafaq'alaih)
61) “Termasuk sunnah bila kamu menghantar pulang tamu sampai ke
pintu rumahmu.” (HR.
Al-Baihaqi)
62) “Rasulullah Saw
menerima pemberian hadiah dan mendoakan ganjaran atas pemberian hadiah
tersebut.”
(HR. Bukhari)
63) “Jangan menolak
hadiah dan jangan memukul kaum muslimin.” (HR. Ahmad)
64) “Hendaknya kamu
saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan
kedengkian”.
(HR. Tirmidzi dan dan Ahmad)
65) “Seorang pemuda yang menghormati orang tua karena memandang
usianya yang lanjut maka Allah mentakdirkan baginya pada usia lanjut orang akan
menghormatinya”.
(HR. Tirmidzi)
66) “Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaklah menghormati tamunya. Kewajiban menjamu
tamu hanya satu hari satu malam. Masa bertamu adalah tiga hari dan sesudah itu
termasuk sedekah. Tidak halal bagi si tamu tinggal lebih lama sehingga
menyulitkan tuan rumah.” (HR. Al-Baihaqi)
67) “Barangsiapa menerima
kebaikan (pemberian) dari kawannya (saudaranya) tanpa diminta hendaklah
diterima dan jangan dikembalikan. Sesungguhnya itu adalah rezeki yang
disalurkan Allah untuknya.” (HR. Al Hakim)
68) “Barangsiapa membela (nama baik dan kehormatan) saudaranya
tanpa kehadirannya maka Allah akan membelanya di dunia dan di akhirat.” (HR. Al-Baihaqi
69) “Apabila kawan muslim
seseorang digunjing dan dia tidak menyanggah (membelanya) padahal sebenarnya
dia mampu membelanya maka Allah akan merendahkannya di dunia dan di akhirat.” (HR. Al Baghowi dan
Ibnu Babawih)
70) “Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal
menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan.” (HR. Muslim)
71) “Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai
segala sesuatu bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai bagi dirinya.” (HR. Bukhari)
72) “Hubungilah orang yang
memutus hubungannya dengan kamu dan berilah (sesuatu) kepada orang yang enggan
memberimu. Hindarkan dirimu dari orang yang menzalimi kamu (Artinya, jangan
menghiraukan orang yang menzalimi kamu).” (HR. Ahmad)
73) “Belalah (tolonglah)
kawanmu baik dia zalim maupun dizalimi. Apabila dia zalim, cegahlah dia dari
perbuatannya dan bila dia dizalimi upayakanlah agar dia dimenangkan (dibela)” (HR. Bukhari)
74) “Barangsiapa tidak memperhatikan (mempedulikan) urusan kaum
muslimin maka dia bukan termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud)
75) “Jangan menunjukkan
kegembiraan atas penderitaan saudaramu, niscaya Allah akan menyelamatkannya dan
akan menimpakan (musibah) kepadamu.” (HR. Aththusi dan Tirmidzi)
76) “Apabila kamu
memukul, hindarilah wajah.” (HR. Mashabih Assunnah)
77) “Wahai segenap
manusia, sesungguhnya Robbmu satu dan bapakmu satu. Tidak ada kelebihan bagi
seorang Arab atas orang Ajam (bukan Arab) dan bagi seorang yang bukan Arab atas
orang Arab dan yang (berkulit) merah atas yang hitam dan yang hitam atas yang
merah, kecuali dengan ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan hal ini?” (HR. Ahmad)
78) “Tidak boleh ada gangguan (akibat yang merugikan dan
menyedihkan) dan tidak boleh ada paksaan.” (HR. Malik)
79) “Cukup jahat orang
yang menghina saudaranya.” (HR. Muslim)
80) “Tidak halal bagi
seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga
malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog mengemukakan isi hati dan yang
terbaik ialah yang pertama memberi salam (menyapa).” (HR. Bukhari)
81) “Barangsiapa meniru-niru tingkah laku suatu kaum maka dia
tergolong dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
82) “Tidak akan masuk
surga orang yang suka mencuri berita (suka mendengar-dengar berita rahasia
orang lain)”.
(HR. Bukhari)
83) “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta
kasih dan belas kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka
seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)
84) “Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi.
Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya.
Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu
tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari)
85) “Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak
ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ad-Dailami)
86) “Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan
janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
87) “Orang yang diajak
bermusyawarah (dimintai pendapat) adalah orang yang bisa memegang amanat
(jujur, ikhlas dan dapat menyimpan rahasia).” (HR. Ath-Thabrani)
88) “Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan
penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku
melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim) yang
dimaksud hadits ini adalah fakir miskin yang sabar dan bersyukur dan kebanyakan
wanita masuk neraka adalah karena banyak mengeluh kepada suami dan tak mau
bersyukur.
89) “Sesungguhnya agama
ini mudah dan tiada seorang yang mempersulit agama, kecuali pasti dikalahkannya
(menemui kesulitan). Bertindaklah tepat, lakukan pendekatan, sebarkan berita
gembira, permudahlah dan gunakan siang dan malam hari serta sedikit waktu fajar
sebagai penolongmu.” (HR. Bukhari)
90) “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan
tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya.” (HR. Ahmad)
91) “Sebaik-baik umatku
adalah apabila pergi (musafir) dia berbuka puasa dan shalat Qashar, dan jika
berbuat kebaikan merasa gembira, tetapi apabila melakukan keburukan dia
beristighfar. Dan seburuk-buruk umatku adalah yang dilahirkan dalam kenikmatan
dan dibesarkan dengannya, makanannya sebaik-baik makanan, dia mengenakan
pakaian mewah-mewah dan bila berkata tidak benar (tidak jujur).” (HR. Ath-Thabrani)
92) “Allah Azza wajalla mewajibkan tujuh hak kepada seorang
mukmin terhadap mukmin lainnya, yaitu: (1) melihat saudara seimannya dengan
rasa hormat dalam pandangan matanya; (2) mencintainya di dalam hatinya; (3)
menyantuninya dengan hartanya; (4) tidak menggunjingnya atau mendengar
penggunjingan terhadap kawannya; (5) menjenguknya bila sakit; (6) melayat
jenazahnya; (7) dan tidak menyebut kecuali kebaikannya sesudah ia wafat.” (HR. Ibnu Baabawih)
93) “Sebaik-baik kamu
ialah yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan seburuk-buruk
kamu ialah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Tirmidzi dan
Abu Ya'la)
94) “Aku mengagumi
seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila
ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala
dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut
isterinya.” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud)
95) “Seorang mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah
dalam segala kebaikan.” (HR. Muslim)
96) “Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk,
yang keji dan yang ucapannya kotor.” (HR. Bukhari)
97) “Penghuni neraka
ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan
sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat
kikir. Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan.” (HR. Al Hakim dan
Ahmad)
98) “Rasulullah Saw melarang orang makan atau minum sambil
berdiri.”
(HR. Muslim)
99) Seorang sahabat bertanya,
"Ya Rasulullah, pesankan sesuatu
kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu
bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari
(kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan
menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak
mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)
100)
“Barangsiapa ingin
agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia
menolong orang yang dalam kesempitan.” (HR. Ahmad)
2.3 Pengertian Etika
Perkataan
“Etika” ini berasal dari bahasa Yunani “Ethos”
yang berarti: adat kebiasaan. Dalam pelajaran Filsafat Etika merupakan bagian
daripadanya,dimana para ahli memberiak ta’rif dalam redaksi kalimat yang berbeda-beda
antara lain:
Ø Etika menurut
Webste’s Dict
Etika ialah Ilmu
tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistimatisir tentang
tindakan moral yang betul.
Ø Etika menurut
Ensiklopedi Winkler Prins
Bagian filsafat yang
memperkembangkan teori tentang tindakan,hujah-hujahnya dan tujuan yang
diarahkan kepada makna tindakan.
Ø Etika menurut New
American Encyl
Ilmu tentang filsafat
moral,tidak mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai,tidak mngenai sifat
tindakan manusia,tetapi tentang idenya,karena itu bukan ilmu yang positif
tetaapi ilmu yang formatif.
Ø Etika menurut A.S.
Hornby Dict
Ilmu tentang moral/
prinsip-prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan.
Sesuai dengan hal-hal
tersebut,maka etika menurut filsafat dapat dirumuskan sebagai berikut: \
Etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Ada
yang berpendapat bahawa etika sama dengan Akhlak. Persamaan itu memang ada,
karena keduanya membahas masalah baik buruknya tingkah laku manusa. Tujuan
etika dalam pandangan filsafat adalah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu.
2.4 Dalil mengenai Etika
1.
Sebagai muslim sebaiknya tidak memberikan loyalitas kepada
nonmuslim dan hal tersebut dapati kita lihat dalam ayat al quran yang Allah
firmankan.
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang non
muslim menjadi walidengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali
(mu).”
(Q.S Al-Imran : 28)
2.
Berbuat adil dan berbuat baik kepada mereka jika bukan
termasuk non muslim yang harus diperangi, karena Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.”
(Q.S Al-Mumtahanah : 8)
Pada
ayat yang mulia di atas, Allah Subhanahu wa ta’ala membolehkan berbuat adil dan
berbuat baik kepada non muslim, kecuali orang-orang non muslim yang wajib
diperangi, karena mereka mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri dalam
ketentuan orang-orang yang wajib diperangi.
3.
Menyayangi dengan kasih sayang umum dengan memberinya makan
jika ia lapar, memberinya minum jika ia kehausan mengobatinya jika ia sakit, menyelamatkan
dari kebinasaan dan menjauhkan gangguan daripadanya.
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
“Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya engkau disayangi siapa yang
ada di langit” (Diriwayatkan Ath Thabrani dan Al Hakim Hadist ini shahih)
4.
Tidak mengganggu harta, darah dan kehormatan saudara
nonmuslim kita, jika mereka bukan termasuk orang yang wajib diperangi :
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa menyakiti orang kafir dzimmi, maka Aku menjadi
lawannya pada hari kiamat” (HR. Muslim)
5.
Boleh memberinya hadiah, menerima hadiahnya, dan memakan
hadiahnya jika ia Ahli Kitab orang yahudi, dan orang Kristen berdasarkan dalil
berikut :
Firman Allah
Subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Maidah : 5
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan
kamu halal (pula) bagi mereka” Dikisahkan dengan shahih bahwa Rasulullah shallallahu
Alaihi wa Sallam diundang makan oleh orang yahudi Madinah, kemudian beliau
memenuhi undangannya, dan memakan makanan yang dihidangkan kepada beliau.
6.
Tidak menikahkan wanita mukminah dengan lelaki nonmuslim,
dan boleh menikahi wanita-wanita non muslim dari Ahli kitab, berdasarkan dalil
berikut :
Allah Subhanahu wa
ta’ala melarang pernikahan wanita mukminah dengan orang non muslim secara
mutlak dalam firman-Nya. “Hai orang-orang
yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.”
2.5 Pengertian moral
Perkataan
moral berasal dari bahas latin “mores”
kata jama dari “mos” yang berarti:
adat kebiasaan. Dalam Bahasa Indonesia moral diterjemahkan dengan arti susila.
Yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia,mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai denagn
ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan social
atau lingkungan tertentu. Dengan demikian jelaslah persamaan etika dan moral.
Namun perbedaanya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral
lebih banyak bersifat praktis.
Moral
merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada
pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia denga
makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk
lain.
Moral
adalah realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil dari perkembangan
pribadi semata, namun moral merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang.
Moral tidaklah bisa dipisahkan dari kehidupan beragama. Di dalam agama Islam
perkataan moral sangat identik dengan akhlak. Di mana kata ‘akhlak’ berasal
dari bahasa Arab jama’ dari ‘khulqun’
yang berarti budi pekerti.
Dalam kamus filsafat
terdapat beberapa pengertian dan arti moral yang dalah sebagai berikut:
1)
Memiliki: Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh)
keinsyafan benar atau salah; Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang
lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku nilai benar dan salah.
2)
Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan
dengan orang lain.
3)
Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk,
benar atau salah, tepat atau tidak tepat.
4)
Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa
yang dianggap benar, baik, adil dan pantas.
Setelah mengetahui
pengertian dan arti moral sudah barang tentu kita harus memiliki moral yang
baik jika kita masih ingin dianggap manusia. Oleh karena itu, mari kita
tingkatkan generasi kita dengan menanamkan moral-moral moral yang baik
2.6 Dalil Mengenai Moral
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya,
Allah tidak me-nyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman :18)
Karenanya, tugas bagi
orang yang beriman adalah menjalankan prinsip-prinsip mulia ini yang Allah
telah tetapkan.
Akan
tetapi, sekarang ini, orang-orang ber-iman tinggal bersama dalam masyarakat
yang penuh dengan kekejian, di mana etika-etika moral dalam al quran telah
ditinggalkan. Untuk alasan itu, kita harus lebih berhati-hati melawan pe-ngaruh
buruk budaya yang menyesatkan ini. Mereka harus terus-menerus mengawasi diri
mereka sendiri bersama masyarakat ini agar tidak terpengaruh oleh budaya
merusak dan mereka dapat mengamalkan nilai-nilai moral al quran.
Hasil karya ini
disiapkan untuk membantu orang-orang beriman agar tidak melupakan ajaran dasar
al quran yang seharusnya selalu kita jalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar