Kamis, 05 Januari 2017

PENGERTIAN AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL



BAB II
2.1 Pengertian Akhlak
Ilmu Akhlak perkataan “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab Jama dari kata “Khuluqun” yang menurut logat diartikan budi perkerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kaliamat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khalqun” yang berarti: kejadian,serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti: pencipta, dan “Makhluk” yang berarti: yang diciptakan.
Perumusan pengertian “Akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. Perkataan ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam al quran: al kolam. Ilmu Akhlak adalah Ilmu yang menentukan batas anatara baik dan buruk, anatara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Ilmu Akhlak adalah Ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian yang baik dan buruk,Ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seleuruh usaha dan pekerjaan mereka.
Dan masing-masing kekuatan itu mempunyai posisi pertengangan diantara dua keburukan, yaitu sebagai berikut:
1.      Hikmah merupakan kesempurnaan kekuatan berfikir,dan posisi pertengahan antara dua keburukan, yaitu:
1)      Kebodohan → kurangnya hikmah
2)      Berlaku salah → berlebihan


2.      Keberanian, adalah kesempuranaan kekuatan amarah dan posisi pertengan antara dua keburukan, yaitu:
1)      Pengecut → kurangnya keberanian
2)      Sembrono → berlebih keberanian
3.      ‘iffah adalah kesempurnaan kekuatan syahwat dan posisi pertengahan anatara dua keburukan, yaitu:
1)      Kestatisan → kurangnya sifat iffah
2)      Berbuat hina → berlebihnya sifat iffah
Ketiga sifat ini mempunya masing-masing cabang dan cabang tersebut merupakan posisi pertengahan antara dua keburukan. Sedangkan sebaik perkara adalah pertengahannya. Dan dalam ilmu akhlak disebutkan penjelasan detail tentang hal-hal ini Kemudian cara pengobatannya adalah dengan menjaga diri untuk tidak keluar dari posisi pertengahan, dan terus diposisi pertengahan itu. Manfaat ilmu ini agar manusia sedapat mungkin menjadi sosok yang sempurna dalam perbuatan-perbuatannya, sehingga didunia ia berbahagia dan di akhirat menjadi sosok yang terpuji.
Ø  Menurut Muhammad bin Ali Al Faarugi At Tahanawi
Ia berkata “Akhlak’’ adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri. Segala tindakan mengerjakan atau tidak mengerjakan sessuatu seperti Qudrat “kemampuan” berbeda dengan dudrat, yaitu ia tidak wajib ada bersama makhluk ketika ia mengerjakan sesuatu seperti wajibnya hal itu menurut para ulama Asy’ari dalam masalah qudrat.Kemudian At Thanawi berkata,
Akhlak terbagi atas hal berikut ini :
1)      Keutamaan, yang merupakan dasar bagi apa yang sempurna
2)      Kehinaan, yang merupakan dasar bagi apa yang kurang
3)      Dan selain keduanya yang menjadi dasar bagi selain kedua hal itu.

2.2 Hadits Tentang Akhlak Mulia
Berikut kumpulan hadits rasulullah saw tentang akhlaq mulia :
1)      "Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya". (HR. Ar-Ridha)
2)      Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seorang Mukmin-karena kebaikan akhlaknya-menyamai derajat orang yang biasa melakukan shaum dan menunaikan shalat malam." (HR Abu Dawud)
3)      Dari Abu Ad-Darda' radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
4)      Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya dengan majelisku pada Hari Kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaliknya, orang yang aku benci dan paling jauh dari diriku adalah orang yang terlalu banyak bicara (yang tidak bermanfaat, pen.) dan sombong." HR at-Tirmidzi).
5)      Baginda Rasulullah SAW menyebut sejumlah keistimewaan akhlak mulia ini. Saat beliau ditanya tentang apa itu kebajikan (al-birr), misalnya, beliau langsung menjawab, "Al-Birr husn al-khulq (Kebajikan itu adalah akhlak mulia." (HR Muslim)
6)      Beliau bahkan bersabda, "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang Mukmin pada Hari Kiamat nanti selain akhlak mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang berbuat keji dan berkata-keta keji." (HR at-Tirmidzi)
7)      Rasulullah SAW pun menyebut Muslim yang berakhlak mulia sebagai manusia terbaik. Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya." (HR al-Bukhari dan Muslim).
8)      Dari Sahl bin Sa'ad radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya Allah mencintai akhlak yang mulia dan membenci akhlak yang buruk”. [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Sahih]
9)      An-Nawwaas bin Sim'aan Al-Anshary radiyallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam tentang kebaikan dan keburukan, dan Rasulullah menjawab: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya”. [Sahih Muslim]
10)   Dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya”. [Sunan Abi Daud: Hasan]
11)   Dari Jabir bin Samurah radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya”. [Musnad Ahmad: Sahih]
12)   Dari Jabir radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
13)   Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Kalian tidak akan mempu memberi kepada semua orang dengan hartamu, akan tetapi kamu bisa memberi kepada semua orang dengan senyuman dan akhlak mulia”. [Musnad Al-Bazzar: Hasan]
14)   Dari Ibnu Mas'ud dan Aisyah radiyallahu 'anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa “...Ya Allah .. Engkau telah memuliakan penciptaanku, maka muliakanlah akhlakku”. [Musnad Ahmad: Sahih]
15)   Jabir bin Abdillah radiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam ketika memulai salat ia bertakbir kemudian berdoa "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari amalan dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain Engkau". [Sunan An-Nasa'i: Sahih]
16)   Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?" Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata, "Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat." (HR. Ath-Thabrani)
17)   "Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik (simpati) dan dengan akhlak yang baik." (HR. Abu Ya'la dan Al-Baihaqi)
18)   "Kebajikan itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain."(HR. Muslim)
19)   Ya Rasulullah, terangkan tentang Islam dan aku tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang lain. Nabi Saw menjawab, "Katakan: 'Aku beriman kepada Allah lalu bersikaplah lurus (jujur)'." (HR. Muslim)
20)   "Jauhilah segala yang haram niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Relalah dengan pembagian (rezeki) Allah kepadamu niscaya kamu menjadi orang paling kaya. Berperilakulah yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu termasuk orang mukmin. Cintailah orang lain pada hal-hal yang kamu cintai bagi dirimu sendiri niscaya kamu tergolong muslim, dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa itu mematikan hati." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
21)   "Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji ditepati”. (HR. Ad-Dailami)
22)   "Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar”. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
23)  "Menghemat dalam nafkah separo pendapatan (belanja), dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separo akal, sedangkan bertanya dengan baik adalah separo ilmu”. (HR. Ath-Thabrani)
24)  “Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya." (HR. Ahmad dan Al Hakim)
25)   "Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber mana datangnya." (HR. Ibnu Hibban) Artinya kita jangan melihat siapa yang memberi nasehat tapi apa isi nasehatnya. Yakinlah bahwa segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala sesuatu hanya sebagai perantara.
26)  "Kalau kamu sudah tidak punya malu lagi (tidak punya akhlaq), lakukanlah apa yang kamu kehendaki." (HR. Bukhari)
27)   "Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih afdhol di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena keridhoan Allah Ta'ala." (HR. Ahmad)
28)  Seorang sahabat berkata kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi Saw berpesan, "Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka marah." (HR. Bukhari)
29)  "Barangsiapa banyak diam maka dia akan selamat”. (HR. Ahmad)
30)  "Hati-hatilah terhadap prasangka. Sesungguhnya prasangka adalah pembicaraan paling dusta”. (HR. Bukhari)
31)   "Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan”. (HR. Asysyihaab)
32)  "Seorang yang baik keislamannya ialah yang meninggalkan apa-apa yang tidak berkepentingan dengannya”. (HR. Tirmidzi)
33)  "Dekatkan dirimu kepada-Ku (Allah) dengan mendekatkan dirimu kepada kaum lemah dan berbuatlah ihsan kepada mereka. Sesungguhnya kamu memperoleh rezeki dan pertolongan karena dukungan dan bantuan kaum lemah di kalangan kamu." (HR. Muslim)
34)  "Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya." (HR. Ath-Thabrani)
35)  "Allah mewahyukan kepadaku agar kamu berprilaku rendah hati agar tidak ada orang yang menzalimi orang lain atau menyombongkan dirinya terhadap orang lain”. (HR. Ahmad)
36)  "Sifat malu adalah dari iman dan keimanan itu di surga, sedangkan perkataan busuk adalah kebengisan tabi'at dan kebengisan tabi'at di neraka”. (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
37)  "Sesungguhnya cemburu (yakni cemburu yang wajar dan masuk akal adalah bagian) dari keimanan”.  (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Babawih)
38)  "Kebajikan ialah akhlak yang baik dan dosa ialah sesuatu yang mengganjal dalam dadamu dan kamu tidak suka bila diketahui orang lain”. (HR. Muslim)
39)  "Mintalah fatwa (keterangan hukum) kepada hati dan jiwamu. Kebajikan ialah apa yang menyebabkan jiwa dan hati tentram kepadanya, sedangkan dosa ialah apa yang merisaukan jiwa dan menyebabkan ganjalan dalam dada walaupun orang-orang meminta atau memberi fatwa kepadamu”. (HR. Muslim)
40)  "Orang yang membawa (mengangkut) sendiri barang dagangannya maka dia terbebas dari kesombongan”. (HR. Al-Baihaqi)
41)  "Orang yang mengharamkan kelemah lembutan, maka akan diharamkan baginya segala kebaikan." [HR. Muslim]
42)  "Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa. " (HR. Al Hakim)
43)  “Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Nabi Saw lalu berkata, " Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang dan menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu, lalu dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala- pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa orang- orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka." (HR. Muslim)
44)   "Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas)”. (HR. Al Hakim)
45)  "Janganlah engkau menyepelekan kebaikan sedikitpun meski sekadar menuangkan air dari ember timbamu ke bejana orang yang meminta air, dan meski sekadar berbicara dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." [HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasa'i]
46)  Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." [Hadits riwayat Mutafaq 'alaih]
47)  “Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”. (HR. Al Hakim)
48)  “Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan.” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
49)   “Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan).” (HR. Ath-Thabrani)
50)  “Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
51)  “Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh.” (Mashabih Assunnah)
52)  “Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang sholeh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk.” (HR. Al Hakim)
53)  “Seorang mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
54)   “Amal perbuatan yang paling disukai Allah sesudah yang fardhu (wajib) ialah memasukkan kesenangan ke dalam hati (menghibur hati) seorang muslim.” (HR. Ath-Thabran)
55)   “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera memperbaikinya.” (HR. Bukhari)
56)  “Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan (menasihati) satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan)”. (HR. Ad-Dailami)
57)   “Jibril Alaihissalam yang aku cintai menyuruhku agar selalu bersikap lunak (toleran dan mengalah) terhadap orang lain.” (HR. Ar-Rabii')
58)  “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).” (HR. Muslim)
59)   “Rasulullah Saw melarang mendatangi undangan orang-orang fasik.” (HR. Ath-Thabrani)
60)   “Janganlah kamu duduk-duduk di tepian jalan. Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, kami memerlukan duduk-duduk untuk berbincang-bincang." Rasulullah kemudian berkata, "Kalau memang harus duduk-duduk maka berilah jalanan haknya." Mereka bertanya, "Apa haknya jalanan itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw menjawab, "Memalingkan pandangan (bila wanita lewat), menghindari gangguan, menjawab ucapan salam (dari orang yang lewat), dan beramar ma'ruf nahi mungkar." (Mutafaq'alaih)
61)  “Termasuk sunnah bila kamu menghantar pulang tamu sampai ke pintu rumahmu.” (HR. Al-Baihaqi)
62)   “Rasulullah Saw menerima pemberian hadiah dan mendoakan ganjaran atas pemberian hadiah tersebut.” (HR. Bukhari)
63)   “Jangan menolak hadiah dan jangan memukul kaum muslimin.” (HR. Ahmad)
64)   “Hendaknya kamu saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian”. (HR. Tirmidzi dan dan Ahmad)
65)  “Seorang pemuda yang menghormati orang tua karena memandang usianya yang lanjut maka Allah mentakdirkan baginya pada usia lanjut orang akan menghormatinya”. (HR. Tirmidzi)
66)   “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah menghormati tamunya. Kewajiban menjamu tamu hanya satu hari satu malam. Masa bertamu adalah tiga hari dan sesudah itu termasuk sedekah. Tidak halal bagi si tamu tinggal lebih lama sehingga menyulitkan tuan rumah.” (HR. Al-Baihaqi)
67)   “Barangsiapa menerima kebaikan (pemberian) dari kawannya (saudaranya) tanpa diminta hendaklah diterima dan jangan dikembalikan. Sesungguhnya itu adalah rezeki yang disalurkan Allah untuknya.” (HR. Al Hakim)
68)  “Barangsiapa membela (nama baik dan kehormatan) saudaranya tanpa kehadirannya maka Allah akan membelanya di dunia dan di akhirat.” (HR. Al-Baihaqi
69)   “Apabila kawan muslim seseorang digunjing dan dia tidak menyanggah (membelanya) padahal sebenarnya dia mampu membelanya maka Allah akan merendahkannya di dunia dan di akhirat.” (HR. Al Baghowi dan Ibnu Babawih)
70)  “Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan.” (HR. Muslim)
71)  “Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya sebagaimana yang dia cintai bagi dirinya.” (HR. Bukhari)
72)   “Hubungilah orang yang memutus hubungannya dengan kamu dan berilah (sesuatu) kepada orang yang enggan memberimu. Hindarkan dirimu dari orang yang menzalimi kamu (Artinya, jangan menghiraukan orang yang menzalimi kamu).” (HR. Ahmad)
73)   “Belalah (tolonglah) kawanmu baik dia zalim maupun dizalimi. Apabila dia zalim, cegahlah dia dari perbuatannya dan bila dia dizalimi upayakanlah agar dia dimenangkan (dibela)” (HR. Bukhari)
74)  “Barangsiapa tidak memperhatikan (mempedulikan) urusan kaum muslimin maka dia bukan termasuk dari mereka.” (HR. Abu Dawud)
75)   “Jangan menunjukkan kegembiraan atas penderitaan saudaramu, niscaya Allah akan menyelamatkannya dan akan menimpakan (musibah) kepadamu.” (HR. Aththusi dan Tirmidzi)
76)   “Apabila kamu memukul, hindarilah wajah.” (HR. Mashabih Assunnah)
77)   “Wahai segenap manusia, sesungguhnya Robbmu satu dan bapakmu satu. Tidak ada kelebihan bagi seorang Arab atas orang Ajam (bukan Arab) dan bagi seorang yang bukan Arab atas orang Arab dan yang (berkulit) merah atas yang hitam dan yang hitam atas yang merah, kecuali dengan ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan hal ini?” (HR. Ahmad)
78)  “Tidak boleh ada gangguan (akibat yang merugikan dan menyedihkan) dan tidak boleh ada paksaan.” (HR. Malik)
79)   “Cukup jahat orang yang menghina saudaranya.” (HR. Muslim)
80)   “Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog mengemukakan isi hati dan yang terbaik ialah yang pertama memberi salam (menyapa).” (HR. Bukhari)
81)  “Barangsiapa meniru-niru tingkah laku suatu kaum maka dia tergolong dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
82)   “Tidak akan masuk surga orang yang suka mencuri berita (suka mendengar-dengar berita rahasia orang lain)”. (HR. Bukhari)
83)  “Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)
84)  “Kawan pendamping yang sholeh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari)
85)  “Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ad-Dailami)
86)  “Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
87)   “Orang yang diajak bermusyawarah (dimintai pendapat) adalah orang yang bisa memegang amanat (jujur, ikhlas dan dapat menyimpan rahasia).” (HR. Ath-Thabrani)
88)  “Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim) yang dimaksud hadits ini adalah fakir miskin yang sabar dan bersyukur dan kebanyakan wanita masuk neraka adalah karena banyak mengeluh kepada suami dan tak mau bersyukur.
89)   “Sesungguhnya agama ini mudah dan tiada seorang yang mempersulit agama, kecuali pasti dikalahkannya (menemui kesulitan). Bertindaklah tepat, lakukan pendekatan, sebarkan berita gembira, permudahlah dan gunakan siang dan malam hari serta sedikit waktu fajar sebagai penolongmu.” (HR. Bukhari)
90)  “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya.” (HR. Ahmad)
91)   “Sebaik-baik umatku adalah apabila pergi (musafir) dia berbuka puasa dan shalat Qashar, dan jika berbuat kebaikan merasa gembira, tetapi apabila melakukan keburukan dia beristighfar. Dan seburuk-buruk umatku adalah yang dilahirkan dalam kenikmatan dan dibesarkan dengannya, makanannya sebaik-baik makanan, dia mengenakan pakaian mewah-mewah dan bila berkata tidak benar (tidak jujur).” (HR. Ath-Thabrani)
92)  “Allah Azza wajalla mewajibkan tujuh hak kepada seorang mukmin terhadap mukmin lainnya, yaitu: (1) melihat saudara seimannya dengan rasa hormat dalam pandangan matanya; (2) mencintainya di dalam hatinya; (3) menyantuninya dengan hartanya; (4) tidak menggunjingnya atau mendengar penggunjingan terhadap kawannya; (5) menjenguknya bila sakit; (6) melayat jenazahnya; (7) dan tidak menyebut kecuali kebaikannya sesudah ia wafat.” (HR. Ibnu Baabawih)
93)   “Sebaik-baik kamu ialah yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejahatannya, dan seburuk-buruk kamu ialah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Ya'la)
94)   “Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
95)   “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan.” (HR. Muslim)
96)  “Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor.” (HR. Bukhari)
97)   “Penghuni neraka ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan.” (HR. Al Hakim dan Ahmad)
98)  “Rasulullah Saw melarang orang makan atau minum sambil berdiri.” (HR. Muslim)
99)  Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)
100)          “Barangsiapa ingin agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan.” (HR. Ahmad)



2.3 Pengertian Etika
Perkataan “Etika” ini berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti: adat kebiasaan. Dalam pelajaran Filsafat Etika merupakan bagian daripadanya,dimana para ahli memberiak ta’rif dalam redaksi kalimat yang berbeda-beda antara lain:
Ø  Etika menurut Webste’s Dict
Etika ialah Ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistimatisir tentang tindakan moral yang betul.
Ø  Etika menurut Ensiklopedi Winkler Prins
Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan,hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.
Ø  Etika menurut New American Encyl
Ilmu tentang filsafat moral,tidak mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai,tidak mngenai sifat tindakan manusia,tetapi tentang idenya,karena itu bukan ilmu yang positif tetaapi ilmu yang formatif.
Ø  Etika menurut A.S. Hornby Dict
Ilmu tentang moral/ prinsip-prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan.
Sesuai dengan hal-hal tersebut,maka etika menurut filsafat dapat dirumuskan sebagai berikut: \
Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Ada yang berpendapat bahawa etika sama dengan Akhlak. Persamaan itu memang ada, karena keduanya membahas masalah baik buruknya tingkah laku manusa. Tujuan etika dalam pandangan filsafat adalah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu.

2.4 Dalil mengenai Etika
1.      Sebagai muslim sebaiknya tidak memberikan loyalitas kepada nonmuslim dan hal tersebut dapati kita lihat dalam ayat al quran yang Allah firmankan.
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang non muslim menjadi walidengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Q.S Al-Imran : 28)
2.      Berbuat adil dan berbuat baik kepada mereka jika bukan termasuk non muslim yang harus diperangi, karena Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S Al-Mumtahanah : 8)
Pada ayat yang mulia di atas, Allah Subhanahu wa ta’ala membolehkan berbuat adil dan berbuat baik kepada non muslim, kecuali orang-orang non muslim yang wajib diperangi, karena mereka mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri dalam ketentuan orang-orang yang wajib diperangi.
3.      Menyayangi dengan kasih sayang umum dengan memberinya makan jika ia lapar, memberinya minum jika ia kehausan mengobatinya jika ia sakit, menyelamatkan dari kebinasaan dan menjauhkan gangguan daripadanya.  
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
Sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya engkau disayangi siapa yang ada di langit” (Diriwayatkan Ath Thabrani dan Al Hakim Hadist ini shahih)
4.      Tidak mengganggu harta, darah dan kehormatan saudara nonmuslim kita, jika mereka bukan termasuk orang yang wajib diperangi : Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa menyakiti orang kafir dzimmi, maka Aku menjadi lawannya pada hari kiamat” (HR. Muslim)
5.      Boleh memberinya hadiah, menerima hadiahnya, dan memakan hadiahnya jika ia Ahli Kitab orang yahudi, dan orang Kristen berdasarkan dalil berikut :
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Maidah : 5
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka” Dikisahkan dengan shahih bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam diundang makan oleh orang yahudi Madinah, kemudian beliau memenuhi undangannya, dan memakan makanan yang dihidangkan kepada beliau. 
6.      Tidak menikahkan wanita mukminah dengan lelaki nonmuslim, dan boleh menikahi wanita-wanita non muslim dari Ahli kitab, berdasarkan dalil berikut :
Allah Subhanahu wa ta’ala melarang pernikahan wanita mukminah dengan orang non muslim secara mutlak dalam firman-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.”
2.5 Pengertian moral
Perkataan moral berasal dari bahas latin “mores” kata jama dari “mos” yang berarti: adat kebiasaan. Dalam Bahasa Indonesia moral diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai denagn ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu. Dengan demikian jelaslah persamaan etika dan moral. Namun perbedaanya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia denga makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain.
Moral adalah realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil dari perkembangan pribadi semata, namun moral merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang. Moral tidaklah bisa dipisahkan dari kehidupan beragama. Di dalam agama Islam perkataan moral sangat identik dengan akhlak. Di mana kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab jama’ dari ‘khulqun’ yang berarti budi pekerti.
Dalam kamus filsafat terdapat beberapa pengertian dan arti moral yang dalah sebagai berikut:
1)      Memiliki: Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah; Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidah-kaidah perilaku nilai benar dan salah.
2)      Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain.
3)      Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat atau tidak tepat.
4)      Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar, baik, adil dan pantas.
Setelah mengetahui pengertian dan arti moral sudah barang tentu kita harus memiliki moral yang baik jika kita masih ingin dianggap manusia. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan generasi kita dengan menanamkan moral-moral moral yang baik


2.6 Dalil Mengenai Moral
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak me-nyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman :18)
Karenanya, tugas bagi orang yang beriman adalah menjalankan prinsip-prinsip mulia ini yang Allah telah tetapkan.
Akan tetapi, sekarang ini, orang-orang ber-iman tinggal bersama dalam masyarakat yang penuh dengan kekejian, di mana etika-etika moral dalam al quran telah ditinggalkan. Untuk alasan itu, kita harus lebih berhati-hati melawan pe-ngaruh buruk budaya yang menyesatkan ini. Mereka harus terus-menerus mengawasi diri mereka sendiri bersama masyarakat ini agar tidak terpengaruh oleh budaya merusak dan mereka dapat mengamalkan nilai-nilai moral al quran.
Hasil karya ini disiapkan untuk membantu orang-orang beriman agar tidak melupakan ajaran dasar al quran yang seharusnya selalu kita jalankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar