Kamis, 05 Januari 2017




BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan. Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak  manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak dan keluhuran  budi Nabi Muhamad SAW itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.




1.2 Idenifikasi Masalah
1)      Apa yang dimaksud dengan ilmu akhlak?
2)      Apa ruang lingkup ilmu akhlak?
3)      Apa tujuan mempelajari ilmu akhlak?
4)      Apa manfaat mempelajari ilmu akhlak?

1.3 Tujuan
 Dengan rumusan masalah tersebut maka penulis memperoleh beberapa tujuan. Tujuan penyusun makalah ini antara lain :
1.      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak.
2.      Untuk mengetahui pengertian ilmu akhlak.
3.      Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu akhlak.
4.      Untuk mengetahui tujuan yang diperolehi dari mempelajari ilmu akhlak.
5.      Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari mempelajari ilmu akhlak.

                                                    







BAB II
                               PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Ilmu Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik  ( kebahasaan ) dan pendekatan terminologik  (peristilahan ). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu ismu mashdar ( bentuk infinitif ) dari kata akhlaq, yikhliqu, ikhlaqan.
Kata akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khulqun yang berati budi pekerti. Jika melihat penggunaan hadits Rasul SAW, maka benar arti akhlak berati budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak atau khuluq secara kebahasaan  berati budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah, atau segala sesuatu yang menjadi tabiat.
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan perkembangan. Adapun pengertian ilmu akhlak adalah ilmu atau ajaran baik buruk secara akal dan moralitas berdasarkan adat istiadat ataupun agama.
Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia,bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:
1.      Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.
2.      Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.  Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S. Al-Ahzab, 33:21)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang   baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan  (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli :
a.       Ibnu Maskawaih
Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.
b.       Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di perbuat.
c.  Didalam buku akhlak  dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut,  dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1)      Tabiat (pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri (gharizah) dan faktor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya.
2)      Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata)
3)      Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan (ilham) dari allah swt.
Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
«إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ»
"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari orang Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia, tiada yang bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari amalan dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain Engkau". [Sunan An-Nasa'i: Sahih].
Hadist tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu, terutama untuk umat islam saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin seorang muslim, mencerminkan kesucian hati dan fikirannya, sedangkan akhlak buruk mencerminkaan seseorang yang telah gelap hatinya sehingga ia tidak bisa menentukan  mana yang baik dan buruk baginya karena keburukan itu telah mendarah daging dalam dirinya.
Beberapa ciri-ciri khusus dari akhlak yaitu:
a.      Akhlak mempunyai suatu sifat yang teranam kuat di dalam jiwa atau lubuk hati seseorang yang menjadi kepribadiannya dan itu akan membuat berbeda dengan orang lain.
b.      Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam keadaan bagaimana pun juga. Dengan kata lain akhlak merupakan adat kebiasaan yang selalu dilakukan oleh seseorang.
c.       Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan karena kesadaran sendiri, bukan karena di paksa, atau mendapatkan tekanan dan intimidasi dari orang lain.
d.      Akhlak merupakan manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas, tidak di buat-buat.
Selain dari kata akhlak, ada beberapa kata yang sama dengan kata akhlak yaitu:
1.            Etika
Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi didalam kamus bahasa indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat yaitu menyelidiki mana yang baik, dan mana yang buruk menurut perbuatan manusia.
2.            Moral
Berasal dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Meskipun etika dan moral mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun dari sisi lain mempunyai unsur perbedaan, misalnya :
a.       Istilah etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang ada. Karena itu, etika merupakan suatu ilmu.
b.      Istilah moral digunakan utnuk memberikan criteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
3.      Kesusilaan dan Kesopanan
Kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “su” yang berarti lebih baik, dan kata “sila” berarti prinsip atau aturan hidup. Jadi kesusilaan adalah dasar-dasar aturan hidup yang lebih baik.
Sedangkan kesopanan berasal dari bahasa Indonesia yang berasal dari kata sopan yang artinya tenang, beradab, baik dan halus (perkataan ataupun perbuatan)
Istilah Etika dan ilmu akhlak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlak sama pengertianya sebagai suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Istilah etika dan ilmu akhlak dinyatakan sama bila ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu keduanya berbeda. Dimana etika bersumber dari filsafat yunani, tetapi ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-qur’an dan hadits dan sumber pengembangannya adalah filsafat.
Istilah akhlak dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat dilihat perbedaanya bila dipandang dari objeknya di mana akhlak menitikberatkan perbuatan terhadap tuhan dan sesama manusia, sedangkan moral, kesusilan dan kesopanan hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlak sifatnya teosentris meskipun akhlak itu ada yang tertuju kepada manusia dan makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt semata. Tetapi kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian saja).

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan yang pura-pura.

2.2 Ruang Lingkup Ilmu Akhlak
Ruang lingkup ilmu akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan itu tergolong baik atau tergolong buruk. Ilmu Akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kita katakana baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran normative.
Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun sosial. Tapi sebagian orang juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku manusia, namun perlu ditegaskan bahwa yang dijadikan obyek kajian ilmu akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, sebenarnya mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya.
Dengan demikian objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan seseorang. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:
“Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk”.
Dengan demikian terdapat akhlak yang bersifat perorangan dan akhlak yang bersifat kolektif.
Jadi yang dijadikan objek kajian Ilmu Akhlak di sini adalah perbuatan yang memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan. Sebenarnya, mendarah daging dan telah dilakukan secara terus-menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Perbuatan atau tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan yang dijadikan garapan Ilmu Akhlak, dan tidak pula termasuk ke dalam perbuatan akhlaki.
Dengan demikian perbuatan yang bersifat alami, dan perbuatan yang dilakukan dengan tidak senganja, atau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlaki, karena dilakukan tidak atas dasar pilihan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
Bahwasanya Allah memaafkanku dan ummatku yang berbuat salah, lupa dan dipaksa”. ( HR. Ibnu Majah dari Abi Zar )
Dengan memperhatikan keterangan tersebut di atas kita dapat memahami bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan-perbuatan yang demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk. Untuk menilai apakah perbuatan itu baik atau buruk diperlukan pula tolak ukur, yang baik atau buruk menurut siapa, dan apa ukurannya.
Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:
1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil.
2.   Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu.
3.  Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq.
4.   Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq al-syarir.
Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalu dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang banyak.
Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar, bersyukur, bertawakal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasihat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan.
Jadi sekarang kita bisa memahami yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatan-perbuatan demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk.
Objek pembahasan ilmu akhlak adalah perbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan penilain apakan baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri perbuatan yang dilakukan atas  kehendak dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.
Dr. Abdullah dalam buku Dustur al-Akhlaq fi al-Islam, membagi ruang lingkup akhlak kedalam lima macam aspek kehidupan, yaitu:
a.      Akhlak perorangan الأخلا ق الفرد ية
·         Akhlak ini dibagi menjadi :
1)     Semua hal yang diperintahkan (al-awamir).
2)     Segala yang dilarang ( al-nawahi).
3)     Hal-hal yang diperbolehkan ( al-mubahat).
4)     Akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
b.     Akhlak keluarga الأخلا ق الأ سرية
·         Akhlak ini juga terbagi menjadi :
1)     Kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu).
2)     Kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj).
3)     Kewajiban terhadap kerabat dekat (wajibat nahwa al-aqarib).
c.      Akhlak bermasyarakat الأخلا ق الإجتماعية
·         Akhlak ini meliputi :
1)     Hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat).
2)     Hal-hal yang diperintahkan (al-awamir).
3)     Kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
d.     Akhlak bernegara الأخلاق الد و لة
·         Akhlak ini meliputi :
1)     Hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina al-rais wa al-sya’b).
2)     Hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah).
e.      Akhlak beragamالأخلا ق الد ينية
·         Akhlak ini meliputi kewajiban terhadap Allah SWT.
Ruang lingkup di atas dipandang sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia.
Jika ruang lingkup akhlak tersebut dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat dibagi menjadi :
a.      Akhlak (tata krama) kepada Allah SWT.
b.     Akhlak kepada Rasul Allah SAW.
c.      Akhlak untuk diri pribadi.
d.     Akhlak dalam keluarga.
e.      Akhlak dalam masyarakat.
f.      Ahlak bernegara.


2.3      Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing” atau ungkapan, Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah semau gue”. Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat.
 Sebenarnya manusia itu mampu untuk menyelidiki gerakan jiwanya, perkataan dan perbuatannya, lalu memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Maka dengan mempelajari ilmu akhlak, manusia akan mampu mengekspresikan perbuatan, tingkah laku, perkataan yang yang baik dan bijak. Sebenarnya pelajaran akhlak merupakan penjabaran dari takwa sebagai manifestasi penerapan akidah dan praktik ibadah, sehingga dengan mempelajarinya manusia diharapkan mampu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk menuju ridha Allah SAW. Apa yang dilakukan oleh manusia mungkin bersangkutan dengan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Setelah manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian diresapkan di dalam hati sehingga perbuatannya akan timbul dari kesadaran sendiri, bukan paksaan dari luar. Lalu seseorang itu akan tersadar bahwa dirinya adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Sebagaimana Ahmad Amin mengatakan :
”Dengan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya, kita lalu dapat memilih mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat dholim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk”.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur Cahaya Tuhan.
Uraian di atas tersebut memberikan petunjuk bahwa Ilmu Akhlak berfungsi memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan yang baik dan buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan terdorong untuk melakukannya dan mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, atau perbuatan yang buruk dan akan terdorong untuk meninggalkannya sehingga ia akan terhindar dari bahaya yang menyesatkannya.
Selain itu Ilmu Akhlak juga akan berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui fikih, sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak. Jika ini tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji. Dari perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, harmonis, rukun, sejahtera lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktivitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dia miliki itu akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di muka bumi ini. 
 Jelaslah bahwa faedah akhlak itu bukan hanya dirasakan manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, dan bernegara. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan akan lebih rendah derajatnya dari pada binatang.
Memang naluri manusia yang paling kuat adalah ingin mempertahan-kan hidupnya di dunia ini, meskipun disadarinya bahwa hidup di dunia ini terbatas, karena setiap manusia akan merasakan mati. Lebih dari itu dan yang membedakannya dengan binatang, bahwa setiap manusia ingin mencapai kehidupan yang lebih baik dari masa mendatang, meskipun juga kehidupan yang lebih baik adalah relatif. Dengan akalnya manusia dapat menyediakan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk jangka waktu yang cukup lama, dan mampu meningkatkan segala kebutuhannya itu baik kuantitasnya maupun kualitasnya tidak seperti halnya binatang, cu-kuplah terpenuhi keinginannya pada waktu itu saja.
Kenyataan seringkali timbul dalam mengejar keinginannya itu manusia kurang memperhatikan kepentingan orang lain, sehingga ia bertindak sewe-nang-wenang. Tindakan demikian sebenarnya tidak sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, di mana satu sama lain saling memerlukan kerja sama dan bantuan masing-masing.
Apabila aktifitas akal manusia tidak dibimbing dengan akhlak maka kekacauan dalam masyarakat tidak dapat dibendung lagi. Karena akal dan modal tanpa moral, bukan akan mensejahterakan manusia, namun sebaliknya dapat menghancurkan masyarakat. Akan timbul kerusakan di darat maupun di laut, karena ulah manusia yang tidak bermoral. Dengan mempelajari, memahami dan menghayati serta mengamalkan petunjuk dalam Ilmu Akhlak inilah diharapkan manusia mampu mengendalikan diri, memperhatikan kepentingan orang lain, penuh tenggang rasa, dan timbulnya rasa persatuan dan kesatuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tentu saja kesemuanya ini memerlukan penanaman iman dan peningkatan taqwa.
Apabila suatu umat atau bangsa telah tinggi ilmunya namun akhlaknya lenyap dari masing-masing pribadinya, maka kehidupannya akan kacau balau, masyarakat akan jadi berantakan, sebab kekacauan dan kejahatan tidak dapat diobati dengan ilmu saja. Perhatikan sya’ir Syauqi Bek yang artinya:
“Sesungguhnya bangsa itu jaya selama mereka masih mempunyai akhlak yang mulia. Apabila akhlak (yang baik) telah hilang, maka hancurlah bangsa itu.”
Untuk menghindarkan dari kehancurannya suatu bangsa, berikhtiar dan berdo’a agar akhlak baik itu dikenal, difahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warganya, orang tua bagi anak-anaknya, dan para pemimpin bagi para bawahannya. Kita perhatikan firman Allah Swt dalam surat Al-Ra’d ayat 11 yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki kehancuran suatu kaum, maka tidak ada yang sanggup mencegahnya. Dan tiada pelindung mereka selain Allah.
Ilmu akhlak ini diperlukan dalam rangka memberantas penyakit kejahatan, kekejian, kemungkaran, kedzaliman, kemaksiatan, pemerasan dan gejala-gejala keburukan lainnya yang ada pada diri manusia. Salah satu dari tujuan dan faedah mempelajari akhlak dan Ilmu Akhlak adalah dengan Ilmu Akhlak diharapkan manusia menyadari bagaimana wajib mereka hidup, bukan bagaimana mereka hidup. Manusia mampu menyelidiki gerak jiwanya, perkataan dan perbuatan apa yang dibiasakannya, sampai mampu menemukan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Demikian pula dengan Ilmu Akhlak, diharapkan manusia mampu menyelidiki aturan-aturan yang menguasai perbuatannya dan menyelidiki tujuan akhir bagi dirinya.
Pelajaran akhlak sebenarnya merupakan perincian dari pada takwa sebagai hiasan penerapan akidah dan ibadah. Dengan mempelajari akhlak, diharapkan manusia terbiasa melakukan yang baik dikerjakan dan yang buruk ditinggalkan dengan tetap menuju mardat Allah. Perbuatan ini menyangkut dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Artinya setelah manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk itu kemudian diresapkan di dalam hati sehingga pengalamannya akan timbul dari kesadaran sendiri bukan paksaan dari luar, dan merasakan bahwa dirinya sebagai makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial.

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.

2.4  Manfaat Mempelajari Ilmu akhlak
Sebenarnya manusia itu mampu untuk menyelidiki gerakan jiwanya, perkataan dan perbuatannya, lalu memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Maka dengan mempelajari ilmu akhlak, manusia akan mampu mengekspresikan perbuatan, tingkah laku, perkataan yang yang baik dan bijak. Sebenarnya pelajaran akhlak merupakan penjabaran dari takwa sebagai manifestasi penerapan akidah dan praktik ibadah, sehingga dengan mempelajarinya manusia diharapkan mampu mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk menuju ridha Allah SAW. Apa yang dilakukan oleh manusia mungkin bersangkutan dengan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Setelah manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian diresapkan di dalam hati sehingga perbuatannya akan timbul dari kesadaran sendiri, bukan paksaan dari luar.
Ahmad Amin mengatakan : “Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian yang lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan menginkari utang termasuk perbuatan buruk”.
Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahayakan dirinya.
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal dansyahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat.
Menurut Mustafa Zahri: untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih seperti cermin yang dapat menerima Nur Tuhan
Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.
Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
a.   Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.
b.   Akan disenangi orang dalam pergaulan.
c.   Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
d. Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan delam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
e.   Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.
Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufiq, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.
Menurut Drs. Barmawi Umari disebutkan bahwa:
a.   Ilmu akhlak, dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
b.  Berakhlak, dapat memperoleh irsyad, taufiq dan hidayah yang dengan demikian maka Isya Allah kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa manfaat dari akhlak, adalah sebagai berikut:
a.   Meningkatkan derajat manusia
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Hal ini diterangkan dalam al-Qur’an: (Q.S. Az-Zumar: 9)
“Katakanlah (hai Muhammad): “Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak mberilmu pengetahuan?” Sesungguhnya orang-orang yang berusahalah yang dapat menerima pelajaran.”
b.  Menuntun kepada kebaikan
     Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Sebagai contoh Rasulullah SAW. Justru karena beliau mengetahui akhlak, maka jadilah beliau sebagai manusia yang paling mulia akhlaknya, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an: (Q.S. Al-Qalam: 4)
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dengan keterangan tersebut jelaslah bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu yang mengandung kepada kebaikan, serta memberikan tuntutan kepadanya.
c.   Menifestasi kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi daripada kesempurnaan iman. Sebaiknya tidaklah dipandang orang itu beriman dengan sungguh-sungguh jika akhlaknya buruk.
Dalam hubungan ini, Abu Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah SAW.
“orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu ialah yang terbaik kepada istrinya.”(H.R. At-Tirmizi)

d.  Keutamaan dari hari kiamat
Disebutkan dalam berbagai hadis bahwa Rasulullah SAW menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur akan menempati kedudukan yang terhormat dari hari kiamat.
“Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin dari hari kiamat daripada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan kelukan.” (H.R. At-Tirmizi) 
e.   Kebutuhan pokok dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan akhlak yang baik, tidak dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah. Akhlak yang luhur itulah yang mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Tegasnya akan meranalah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan bahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak.
f.   Membina kerukunan antar tetangga
Pentingnya akhlakul karimah di sini cukup jelas, karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak mengindahkan kode etika. Islam mengajarkan agar mengajarkan agar antara tetangga dibangun jembatan emas berupa silaturahmi.
g.  Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Akhlak adalah faktor mutlak dalam nation dan character building. Suatu bangsa dan negara akan jaya, apabila warga negaranya terdiri dari orang-orang/masyarakat yang berakhlak mulia.
h.  Dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Dari dahulu sampai sekarang, dunia selalu penuh dengan orang-orang baik dan orang-orang jahat. Jika dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli-ahli hikmah seolah-olah dunia tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka itu selalu menggemakan penggilan akhlakul karimah, menyeru umat manusia memiliki pribadi yang baik lagi luhur.
Sebaliknya dunia inipun selalu berada dalam kerusuhan, pertentangan dan permusuhan sampai mengalirkan darah. Masalah ini hakikatnya tidak lepas dari karakter atau akhlak para pemimpin, di mana dia bertindak sebagai penggerak dan pelakunya. Tepat sekali apa yang dinyatakan Allah dalam al-Qur’an:
 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Q.S. Ar. Rum: 41)
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
























BAB III
            PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, baik itu pebuatan baik ataupun perbuatan buruk. Sedangkan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan, kemudian menetapkan apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik atau perbuatan buruk.
Ruang lingkup atau objek ilmu akhlak mencakup seluruh perbuatan manusia yang sadar dan tanpa paksaan, yang kemudian dari perbuatan manusia tersebut disimpulkan ke dalam kriteria baik dan buruk. Segala aspek seperti sifat dan kebiasaan sehari-hari manusia juga berpengaruh dalam menilai criteria akhlak seseorang.
Manfaat dari mempelajari Ilmu Akhlak adalah agar kita dapat mengerti dan memahami criteria perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk, sehingga kita dapat membedakan mana yang merupakan perbuatan baik dan mana yang merupakan perbuatan buruk. Dan sangat diharapkan setelah kita mengerti tentang ilmu akhlak, kita dapat mengerjakan perbuatan-perbuatan manusia yang baik dan meninggalkan perbuatan yang jelek.
Tujuan mempelajari ilmu Akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagaian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagaian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.
    Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari Ilmu Akhlak.













DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers. Tiswarni. 2007. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Bina Pratama
http://mutiarainay.blogspot.co.id/2013/06/makalah-akhlak-tasawufdawah-amar-maruf.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar