BAB
XI
11.1 Nabi Ibrahim A.S
Ø
Memuliakan Tamu
Dalam cerita Ibrahim ini juga terdapat pelajaran yang
cukup berharga yaitu akhlaq memuliakan tamu. Lihatlah bagaimana pelayanan Nabi
Ibrahim A.S untuk tamunya. Ada tiga hal yang istimewa dari penyajian beliau:
1)
Beliau melayani tamunya sendiri tanpa
mengutus pembantu atau yang lainnya.
2)
Beliau menyajikan makanan kambing yang
utuh dan bukan beliau beri pahanya atau sebagian saja.
3)
Beliau pun memilih daging dari kambing
yang gemuk. Ini menunjukkan bahwa beliau melayani tamunya dengan harta yang
sangat berharga.
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bagaimana
sebaiknya kita melayani tamu-tamu kita yaitu dengan pelayanan dan penyajian
makanan yang istimewa. Memuliakan dan menjamu tamu inilah ajaran Nabi Ibrahim,
sekaligus pula ajaran Nabi Muhammad SAW.
Ø
Berbicara dengan Lemah Lembut
Nabi Ibrahim A.S juga
mencontohkan akhlak berbicara lembut kepada para tamunya. Lihatlah ketika
menjawab salam tamunya, beliau menjawab, “Salaamun
qoumun munkarun” (selamat atas kalian kaum yang tidak dikenal). Kalimat ini
dinilai lebih halus dari kalimat ‘ankartum‘
(aku mengingkari kalian). Begitu pula ketika Ibrahim mengajak mereka untuk
menyantap makanan. Bagaimana beliau menawarkan pada mereka? Beliau katakan, “Ala ta’kuluun” (mari silakan makan).
Bahasa yang digunakan Ibrahim ini dinilai lebih halus dari kalimat, “Kuluu” (makanlah kalian). Ibaratnya
Ibrahim menggunakan bahasa yang lebih halus ketika berbicara dengan tamunya.
Kalau kita mau sebut, beliau menggunakan bahasa “kromo” (bahasa yang halus dan
lebih sopan di kalangan orang jawa). Inilah contoh dari beliau bagaimana
sebaiknya seseorang bertutur kata. Inilah pula yang diajarkan oleh Nabi SAW.
Demikianlah akhlaq mulia dari Nabi Ibrahim yang
seharusnya dapat kita jadikan teladan. Dalam surat Al Mumtahanah ayat 6, Allah
SWT. berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ
“Sesungguhnya pada mereka itu
(Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang
yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian.”
11.2
Nabi Nuh A.S
Nabi Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Nuh diangkat menjadi nabi
sekitar tahun 3650 SM. Ia merupakan keturunan kesembilan dari Adam. Ayahnya
adalah Lamik (Lamaka) bin Metusyalih Mutawasylah (Matu Salij) bin Idris bin
Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin Adam. Antara Adam dan Nuh
ada rentang 10 generasi dan selama periode kurang lebih 1642 tahun.
Nuh hidup selama 950 tahun. Ia mempunyai istri bernama Wafilah, sedangkan
beberapa sumber mengatakan istri Nuh adalah Namaha binti Tzila atau Amzurah
binti Barakil dan memiliki empat orang putra, yaitu Kanʻān, Yafith, Syam dan Ham.
Dari Ibnu Katsir bahwa Nuh diutus untuk kaum Bani Rasib. Ibnu Abbas
menceritakan Bahwa nabi Nuh diutus pada kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa
kenabiannya adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia mengarungi banjir
ketika ia berumur 600 tahun, dan kemudian setelah banjir ia hidup selama 350
tahun.
1. Dakwah Nabi
Nuh A.S kepada
Kaumnya
Nabi Nuh datang ketika kaumnya sedang menyembah berhala ialah patung-patung
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan
yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan
kemalangan. Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut
dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan
sabar dalam melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran
dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan
kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi
pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan
kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
2. Nabi Nuh
Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi
Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang
diperlukan, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota
dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam
menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan
laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah: “Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat
tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan
kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas
bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota
dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai
puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat
itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan
pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan “Bismillah majraha wa
mursaha” belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air,
menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut.
Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang
air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah
sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum
Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah
lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit “Judie”
dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh: “Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu
dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat
yang menyertaimu.”
11.3 Nabi Luth A.S
Nabi Luth A.S merupakan anak saudara laki-laki dari
Nabi Ibrahim A.S. Ayah Nabi Luth bernama hasa bin tareh merupakan saudara
sekandung dari Nabi Ibrahim. Beliau
pindah bersama Nabi Ibrahim A.S dari negeri babil ke negeri syam. Tetapi tidak
lama kemudian penghidupan memaksa kedua Nabi ini berpisah. Nabi Luth menetap di
sebuah dusun yang bernama sadum, masih dalam wilayah palestina. Allah mengutus
Nabi Luth berdakwah di Kota Sadum
Nabi Luth diutus oleh Allah yang maha bijaksana pegi ke
negeri sadum yang penduduknya sangat durhaka kepada Allah. Sadum adalah bangsa
yang tidak tahu malu, mereka selalu melakukan kejahatan, merampok, membunuh
sesama, menganiaya, sehingga tidak ada yang bearni ke negeri tersebut
Masyarakat Sadum
adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak
mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiaatan dan
kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan
harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang
yang lemah menjadi korban penidasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang
paling menonjol adalah perbuatan homo seks di kalangan lelakinya dan lesbian di
kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam
masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan kaum sadum.
Seorang pendatang
yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa
barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jia ia melawan atau
menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika
pendatang itu seorang laki-laki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia
kan menjadi rebutan antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji
lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka akan
menjadi mangsa dari pihak wanitanya pula. Mereka juga mengancam akan mengusir
Nabi Luth ‘alaihissalam dari kampung mereka karena memang ia adalah orang
asing, maka Luth pun marah terhadap sikap kaumnya; ia dan keluarganya yang
beriman pun menjauhi mereka.
Nabi Luth berseru
kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan homo seks
dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani
manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam menciptakan manusia
menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita. Juga kepada mereka diberi nasihat dan
dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan
perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang selalu mereka lakukan
diantara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sandum. Diterangkan
bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan
menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri masing-masing dari
mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.
Demikianlah Nabi Luth
melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti
menggunakan setiap kesempatan dan dalam pertemuan dengan kaumnya secara
berkelompok atau secara perseorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya
kepada Allah serta menyembah-Nya, melakukan amal soleh dan meninggalkan
perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak
sudah sangat berakar di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu
dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka
dakwah dan ajkkan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan
tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka.
Tiga orang
malaikat tersebut menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang
bertamu kepada Nabi Ibrahim A.S dengan membawa berita gembira atas kelahiran
Nabi Ishaq A.S, dan memberi tahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah
dengan menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth penduduk kota Sadum.
Para malaikat itu
sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan
bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalan mereka hendak memasuki kota,
mereka berselisih dengan orang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air
dari sebuah sungai. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si
gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tamu. Si gadis tidak berani
memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka
ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah
cepat-cepat untuk memberi tahu ayahnya
Setelah difikirkan
akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth kalau ia akan menerima mereka sebagai tamu
di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusanya ia pasrahkan
kepada Allah yang akan melindunginya. Kemudian pergilah Nabi Luth sendiri
menemui tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota lalu diajaklah mereka
bersama-sama ke rumah ketika koda Sadum sudah dalam keadaan gelap, dan juga
para warganya sedang di rumah masing-masing dalam keadaan tidur nyenyak.
Kepada istri dan
kedua anaknya, Nabi Luth berpesan dan berusaha agar mereka merahasiakan
kedatangan para tamunya, agar tidak diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus
maksiat. Namun karena istri Nabi Luth yang berpihak dengan masyarakat Sadum
yang sesat, sehingga istrinya membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang
tinggal di rumahnya
Selanjutnya, apa yang
dicemaskan oleh Nabi Luth benar benar terjadi. Ketika masyarakat Sadum
mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda, maka datanglah mereka ke rumahnya
untuk melihat tamunya yang tampan itu untuk memuaskan nafsunya. kaumnya datang
dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan
keji dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu
rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta Nabi Luth
mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka.
Masing-masing dari
mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada
tamu-tamunya itu, lalu Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan
menghalangi mereka dari mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka
janganlah kamu membuatku malu, Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu
membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Saat itulah, para
tamu Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan bahwa mereka
bukan manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya
yang fasik itu. Tidak berapa lama,
kaum Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah
seorang malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan
sempoyongan di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat meminta
Nabi Luth untuk pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan
menimpa mereka di pagi hari. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya
tidak menoleh ke belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari,
Nabi Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum.
Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka Allah
mengirimkan kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu. Saat itu, negeri tersebut bergoncang
dengan goncangan yang keras, seorang malaikat mencabut negeri itu dengan ujung
sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas
menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian mereka dihujani dengan
batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan
negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi
tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.”
(QS. Huud: 82-83)
Allah SWT
menyelamatkan Nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari
Allah, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat Allah dan
beribadah kepada-Nya. Maka Nabi Luth
dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri,
sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang
setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan
Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada
siksa yang pedih.”
(Terj. Adz Dzaariyat: 37)
11.4
Nabi Ayyub A.S
Nabi Ayyub adalah
anak Ishaq bin Ibrahim. Beliau adalah nabi yang kaya raya. Selain harta, beliau
pun dikaruniai putera purteri yang banyak. Hidupnya sangat bahagia. Kebahagian harta
tidak membuat Nabi Ayyub A.S menjadi angkuh dan sombong. Beliau malah sering
menafkahkan hartanya untuk membantu fakir miskin, berbuat baik kepada anak
yatim piatu, memuliakan tamu, dan lain sebagainya. Dari kisah Nabi Ayyub yang
telah kita pelajari, banyak keteladanan yang dapat kita temukan di sana, antara
lain adalah:
Ø Pemaaf
Nabi Ayyub ditinggal istrinya pergi di saat sakit,
kemudian istrinyaa kembali lagi sewaktu Nabi Ayyub telah sembuh. Meski demikian
Nabi Ayyub tidak tega jika harus melaksanakan janjinya, yaitu memukul istrinya
100 kali. Akhirnya untuk melaksanakan janjinya itu Nabi Ayyub hanya memukul
istrinya sekali menggunakan seratus lidi. Dari kisah ini dapat kita teladani
bahwa memaafkan harus diutamakan dan kita tidak diperbolehkan untuk balas
dendam.
Ø Dermawan
Allah telah menganjurkan kepada kita agar selalu beramal.
Dalam al quran Allah telah berjanji akan melipat gandakan amal kita sebanyak
700 kali. Dalam beramal harus disertai rasa ikhlas dan niat kita hanya
mengharapkan rida Allah. Amal akan sia-sia jika disertai dengan
mengungkit-ngungkit pemberian kita, berniat agar dipuji dan dikagumi orang,
serta niat agar diberi imbalan.
Ø Rajin beribadah.
Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain adalah
untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tidak hanya berupa salat, puasa, zakat
maupun haji. Berbuat baik kepada sesama manusia, hewan dan menjaga lingkunga
kita juga termasuk ibadah. Namun demikian, sebagai seorang muslim kita tidak
boleh sekali-kali meninggalkan ibadah wajib, yaitu salat, zakat, puasa dan haji
bagi yang mampu. Kita beribadah dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah.
Selain itu ibadah juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala
nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Ø Sabar
Mula-mula Allah SWT. Memberikan ujian kepada Nabi Ayyub.
Mengurangkan rezekinya. Sedikit demi sedikit hartanya semakin berkurang sehingga
menjadi sangat miskin. Ternyata, menjadi orang yang sangat miskin, tidak menggonyahkan
keimanan Nabi Ayub A.S.
Nabi Ayyub tidak
tergoda oleh rayuan setan yang mencoba merayu untuk melakukan perbuatan yang
dibenci Allah. Allah SWT menguji kembali Nabi Ayyub. Dengan mewafatkan seluruh
anak-anaknya. Betapa sedihnya bila seorang ayah ditinggal oleh anak-anaknya
yang dicintai dan disayangi. Ternyata, ujian kedua ini pun dapat dilewatinya
dengan baik. Kemudian Allah mengujinya kembali kesabaran Nabi Ayyub A.S. Allah
mengujinya dengan mendatangkan penyakit kulit selama 7 tahun. Penyakit tersebut
akan kelihatan sangat menjijikan bagi orang lain yang melihatnya.
Seluruh sanak
saudara, sahabat, handai taulan, dan tetangganya menjauhi beliau. Orang yang masih
setia dan menunggu dan merawat beliau adalah istrinya. Semakin berat cobaan,
maka akan semakin terlihat mutu hamba tersebut dan semakin tinggi derajatnya
disisi Allah SWT. Istri Nabi Ayyub bernama Rahmah beliau adalah seorang isteri
yang sangat setia, taat, dan beriman kepada Allah SWT. Kesabaran isteri Nabi Ayyub
dengan merawat suaminya, membuat setan tidak senang. Setan berupaya mencari
jalan agar istri Nabi Ayyub tidak lagi mau merawat serta melayani suaminya yang
sedang sakit. Istri Nabi Ayyub lama kelamaan tergoda juga dengan ajakan dan
rayuan setan.
Ia akhirnya
menjadi enggan menunggui dan merawat istrinya lama-lama. Nabi Ayyub rupanya
mengetahui bahwa isterinya berbuat hal tersebut. Nabi Ayyub menjadi marah dan
seraya berkata kepada istrinya bahwa apabila ia sembuh ia akan memukul istrinya
seratus kali.Selama Nabi Ayyub menderita penykit kulit kurang lebih 7 tahun,
beliau dengan tabah dan sabar menjalani ujian tersebut. Beliau dengan sabar dan
penuh ketekunan selalu berdoa kepada kepada Allah untuk kesembuhan penyakitnya.
Allah SWT
memperkenankan doa beliau. Allah memerintahkan Nabi Ayyub untuk menghentangkan
kakinya di bumi. Beliau menaati perintah itu. Maka keluarlah air dari bekas kakinya.
Atas petunjuk Allah SWT. Nabi Ayyub kemudian mandi dan minum dengan air itu.
Akhirnya beliau sembuh dari penyakitnya dan ia dapat berkumpul dengan
keluarganya.
Dan setelah itu,
Nabi Ayyub ‘alaihssalam sempat menjalani hidup selama tujuh puluh tahun di Negeri
Romawi dengan memeluk agama yang hanif, adapun orang-orang yang setelahnya
mereka merubah agama Ibrahim ‘alaihissalam.
11.5
Nabi Musa A.S
Nabi Musa adalah
putra Imran bin Qahat bin Lawi bin Yakub. Ibunya bernama Lukabat. Nabi Musa
lahir di zaman Raja Fir’aun yang menjadi raja di Mesir. Fir’aun adalah seorang
raja yang kejam, dzalim, dan tidak berperi kemanusiaan. Fir’aun mengaku dirinya
sebagai Tuhan dan barang siapa yang tidak mau bertuhan padanya, maka orang
tersebut akan dibunuh.
Fir’aun adalah
seorang raja yang sombong dan angkuh. Rakyat Mesir hidup dalam cengkraman
ketakutan dan tidak aman. Pada saat itu, Fir’aun pernah bermimpi bahwa tahta
dan kedudukannya akan beralih pada orang-orang Bani Israil. Para tukang
tenungnya mengabarkan bahwa pada tahun ini akan lahir seorang bayi laki-laki yang
kelak dikemudian hari akan meruntuhkan kekuasaannya. Oleh sebab itu, ia
memerintahkan para prajuritnya untuk membunuh bayi-bayi Bani Israil yang lahir
pada tahun tersebut.
Banyak nilai-nilai teladan yang bisa kita tiru darinya,
antara lain adalah:
Ø Berani membela kebenaran.
Keberanian Nabi Musa
ditunjukkan ketika ia dari Madyan kembali ke Mesir. Nabi Musa ketika itu datang
kepada Fir’aun dan mengajaknya untuk menyembah Allah. Dengan lantang dan penuh
keberanian ia berdakwah kepada Fir’aun yang terkenal sangat kejam itu. Beliau
tidak takut akan ancaman dan siksaan dari Fir’aun dan para tentaranya.
Keberanian itu muncul di hati Nabi Musa sebab ia yakin bahwa apa yang
disampaikannya adalah sebuah kebenaran yang datang dari Allah.
Ø Bertaubat setelah melakukan kesalahan.
Nabi Musa pernah
memukul laki-laki dari suku Qibti sampai orang tersebut meninggal. Meskipun
saat memukul itu tujuannya hanya untuk membela kaumnya, yaitu Bani Israil, dan
tanpa kesengajaan untuk membunuhnya, namun Nabi Musa tetap merasa bersalah.
Setelah kejadian itu Nabi Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah. Ia
menyadari bahwa yang telah ia lakukan adalah bujukan setan, sebagaimana telah
difirmankan dalam al quran surat Al Qasas ayat 15:
“Ini
adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan
lagi nyata (permusuhannya)”
Ø Bekerja keras.
Masih ingatkah kalian
ketika Nabi Musa melarikan diri dari Mesir kemudian tinggal di Madyan. Kala itu
Nabi Musa tinggal di tempat Nabi Syu’aib. Keseharian Nabi Musa di sana adalah membantu
menggembala hewan ternak Nabi Syu’aib. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa
Nabi Musa termasuk orang yang tidak suka berpangku tangan (malas) dalam hidup.
11.6
Nabi Isa A.S
Nabi Isa adalah nabi
ke-24 dari urutan para nabi. Beliau dilahirkan tahun 622 sebelum hijriah
sehingga tahun kelahirannya disebut tahun masehi. Nabi Isa merupakan nabi dan
rasul Allah yang lahir dari Maryam binti Imran yang tidak memiliki ayah. Melalui
kekuasaan Allah, Nabi Isa dilahirkan hanya dengan perantaraan ibu saja, tidak
seperti kelahiran manusia biasa yang melalui ibu dan bapaknya dengan cara
ruhnya ditiupkan oleh malaikat jibril. Ruh yang suci tersebut kemudian masuk ke
dalam kandungan Maryam binti Imran sehingga lahirlah bayi laki-laki yang kelak
akan diangkat oleh Allah menjadi seorang nabi dan rasul.
Nabi Isa diutus oleh
Allah SWT ditengah-tengah bangsa Yahudi, untuk menuntun mereka kembali ke jalan
yang benar. Ajaran-ajaran beliau tersebut terasa sangat pahit oleh bangsa
Yahudi, sehingga mereka menganggap Nabi Isa sebagai pembual dan pembohong.
Namun ada juga sebagian kecil bangsa Yahudi yang menaati dan mengikuti ajaran
beliau. Sahabat-sahabat penolong Nabi Isa disebut Hawariyyin. Dalam berbagai keadaan ajaran Nabi Isa yang terkumpul
dalam Kitab Injil tetap disampaikan dengan sabar dan penuh kelembutan.
Keteguhan iman Nabi
Isa menyampaikan tugas dari Allah SWT ternyata membuat orang-orang Yahudi
berupaya untuk menghentikan kegiatan dakwah beliau. Berbagai upaya mereka
lakukan, siksaan fisik sering Nabi Isa A.S dapatkan. Tetapi beliau tetap tabah
dalam menjalaninya.
Diantara murid dan
sekaligus sahabat dekat Nabi Isa, ternyata ada yang berkhianat. Orang tersebut
bernama Yudas Iskariot. Ia bekerja sama dengan tentara Yunani untuk menangkap
dan membunuh Nabi Isa. Ketika rumah
tempat Nabi Isa dan para sahabatnya dikepung tentara Yunani, atas izin Allah,
wajah Yudas Iskariot diserupakan dengan wajah Nabi Isa. Sehingga membuat
tentara Yunani menangkap Yudas Iskariot, sementara Nabi Isa sendiri selamat.
Menurut para ulama
tafsir, Nabi Isa diselamatkan oleh Allah dengan jalan mengangkat ruh dan
jasadnya sekaligus. Tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Allah maha kuasa
atas segala sesuatu. Akhirnya Nabi Isa tidak mati terbunuh di kayu salib. Yang
disalib sesungguhnya adalah Yudas Iskariot.
Akhlak Nabi Isa A.S yang dapat di tauladani antara lain :
1. Tawakal kepada Allah serta sabar menghadapi cobaan.
Jika Allah telah menghendaki sesuatu maka hal yang
sebenarnya tidak mungkin pun akan menjadi mungkin. Sebagaimana kisah Nabi Isa,
meskipun Maryam belum pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun namun dia
bisa hamil dan kemudian melahirkan Nabi Isa. Semua itu terjadi tidak lain
adalah karena kekuasaan Allah semata. Atas kejadian yang menimpanya, Maryam
tetap tawakkal (berserah diri) kepada
Allah.
2. Iman yang kuat
Nabi Isa mendapatkan tantangan yang berat dari kaumnya
dalam berdakwah. Meskipun demikian dia tetap menyampaikan wahyu yang
diterimanya. Nabi Isa telah berdakwah bertahun-tahun namun pengikutnya hanya
sedikit, walau begitu dia tetap bersabar dan selalu mengajak orang-orang ke
jalan yang benar. Keadaan yang demikian ini tidak menyurutkan iman Nabi Isa,
bahkan dia semakin bertambah imannya ketika cobaan-cobaan itu menimpanya.
3. Sifat penolong.
Di antara mukjizat Nabi Isa adalah dapat menurunkan
makanan dari langit dan menyembuhkan penyakit kusta. Semua itu terjadi atas
ijin Allah agar Nabi Isa dapat menolong orang-orang yang membutuhkannya.
Sewaktu Nabi Isa menolong orang-orang yang membutuhkan, yang ada di hatinya
hanyalah rasa ikhlas, sekalipun yang ditolong itu adalah orang yang membangkang
terhadap ajarannya.
11.7
Nabi Muhammad SAW
Nabi SAW adalah orang yang lemah lembut terhadap anak
kecil. Dengan kedudukan beliau yang mulia sebagai seorang pemimpin di
tengah-tengah umatnya, beliau tidak merasa rendah dan turun wibawanya ketika
menegur anak kecil.
Ø Sifat Fisik
Nabi
Selain memiliki akhlak yang agung dan utama, Nabi SAW.
juga memiliki fisik yang rupawan. Anas bin Malik berkata, “Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan, dan paling
pemberani.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keluhuran akhlak Nabi SAW ini adalah cermin yang
bersih dan indah yang membawa kita untuk bisa berkaca dengannya di dalam
kehidupan kita sesama manusia dalam segala lapisannya. Sebab akhlak Nabi adalah
cerminan al quran yang sesungguhnya. Bahkan beliau sendiri adalah al quran
hidup yang hadir di tengah-tengah ummat manusia. Membaca dan menghayati akhlak
beliau berarti membaca dan menghayati isi kandungan al quran. Itulah kenapa
‘Aisyah sampaiberkata:
“akhlak Nabi adalah Al-Quran.”
Ø Akhlak
Muhammad Sebelum Diangkat Jadi Nabi
Akhlak beliau yang mulia semenjak jauh dari sebelum
diangkat sebagai nabi dan rasul melahirkan kepercayaan tinggi dari kalangan
masyarakatnya. Sehingga walaupun belum diangkat jadi nabi dan rasul, Muhammad
telah menyandang gelar “al amin” di
belakang namanya. Sungguh suatu gelar yang sangat berharga dibandingkan
gelar-gelar kesarjanaan yang disandang manusia zaman sekarang.
Gelar ini memang pantas disandangkan padanya karena
pemuda Muhammad memiliki sifat jujur, amanah, cerdas, bertanggung jawab, serta
mampu menjauhkan diri dari hal yang sia-sia. Berbeda dengan kebanyakan pemuda
Quraisy waktu itu yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan
minum arak. Sehingga adanya pemuda Muhammad di tengah-tengah masyarakat Quraisy
kala itu laksana permata yang bersinar diantara kumpulan kerikil.
Kepercayaan masyarakat Quraisy terhadap sosok muda
Muhammad tergambar pada peristiwa peletakan kembali Hajar Aswad. Ketika itu
masing-masing ketua suku berseteru untuk mendapatkan kehormatan meletakkan batu
tersebut di dinding Ka’bah. Mereka meminta bantuan pada pemuda Muhammad untuk
memberikan keputusan yang adil akan hal itu.
Ø Akhlak
Rasulullah Dalam Keluarga
Rasulullah, walaupun sibuk dengan urusan umat tetap
mau meluangkan waktunya untuk membantu pekerjaan rumah tangga.
Ummul
mu’minin Aisyah berkata:
كاَنَ يَكُوْنُ
فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ - فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ
إِلَى الصَّلاَةِ
“Beliau sering membantu istrinya.
Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat” (HR.
Bukhari)
Sungguh berbeda dengan kepala keluarga zaman sekarang,
yang jarang membantu pekerjaan istri. Seolah-olah istrinyalah yang harus
menyiapkan segala sesuatu layaknya pembantu. Padahal Rasul sendiri yang
diakuinya sebagai suri tauladan mencontohkan turun tangan dalam meringankan
pekerjaan istri.
Ø Cara Bicara
Rasulullah
Kemudian
Imam Hasan berkata, “Ceritakan kepadaku
cara bicaranya.” Hind bin Abi Halah berkata, “Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam, dan tidak pernah
tenang. Ia banyak diamnya. Ia tidak pernah berbicara yang tidak perlu. Ia
memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat
dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak kekurangan perincian yang
diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah kasar atau menyakitkan.”
Ø Akhlak
Rasulullah Ketika Masuk Rumah
Ia sering menanyakan keadaan sahabatnya dan memberi
tahu mereka apa yang patut mereka lakukan. mereka yang hadir sekarang ini harus
memberitahukan kepada yang tidak hadir. Beritahukan kepadaku orang yang tidak
sanggup menyampaikan keperluannya kepadaku.
Orang yang menyampaikan kepada pihak yang berwenang
keluhan seseorang yang tidak sanggup menyampaikannya, akan Allah kokohkan
kakinya pada Hari Perhitungan. Selain hal-hal demikan, tidak ada yang disebut-sebut
dihadapannya dan tidak akan diterimanya. Mereka datang menemui beliau untuk
menuntut ilmu dan kearifan. Mereka tidak bubar sebelum mereka menerimanya.
Mereka meninggalkan majlis Nabi sebagai pembimbing untuk orang di belakangnya.
Ø Akhlak Rasulullah
di Luar Rumah
Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena
ia takut mereka alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah
ragu-ragu dalam kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya.
Orang-orang yang paling dekat dengannya adalah
orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik, dalam pandangannya,
adalah orang-orang yang paling tulus menyayangi kaum muslimin seluruhnya. Orang
yang paling tinggi kedudukannya disisinya adalah orang yang paling banyak
memperhatikan dan membantu orang lain.
Ø Cara
Rasulullah Duduk
Imam Husain berkata, “Kemudian aku bertanya kepadanya tentang cara Rasulullah duduk. Ia
menjawab ‘Rasulullah tidak pernah duduk atau berdiri tanpa mengingat Allah. Ia
tidak pernah memesan tempat hanya untuk dirinya dan melarang orang lain duduk
di situ. Ketika datang di tempat pertemuan, ia duduk dimana saja tempat
tersedia. Ia juga menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Ia
memberikan tempat duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada orang yang
merasa bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang duduk di
hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri atau
meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan memberikan tepat
apa yang orang itu minta. Jika tidak sanggup memenuhinya, ia akan mengucapkan
kata-kata yang membahagiakan orang itu. Semua orang senang pada akhlaknya
sehingga ia seperti ayah bagi mereka dan semua ia perlakukan dengan sama.”
11.8 Manfaat Mempelajari Akhlak Nabi
Syaikh as sa’di rahimakumullah
mengatakan, “Termasuk faktor yang bisa
meningkatkan dan mendatangkan keimanan ialah mengenal Nabi dengan budi
pekertinya yang luhur serta sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang
benar-benar mengenal beliau, ia tidak merasa ragu terhadap kejujuran beliau dan
kebenaran risalah yang beliau bawa yaitu al quran dan as sunnah, serta agama
yang benar sesuai firman Allah SWT, dalam surat Al-Mukminun ayat 69 yang
artinya, “Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka
memungkirinya?”
Maksudnya, dengan
mengenal beliau akan melahirkan semangat untuk segera mengimaninya (bagi orang
yang belum beriman) dan meningkatkan keimanan bagi orang yang telah beriman
kepada beliau. Syaikh as sa’di
melanjutkan, bahwa orang yang munshif (moderat), yang tidak mempunyai keinginan
kecuali mengikuti kebenaran, hanya dengan sekedar melihat beliau dan
mendengarkan tutur katanya, akan segera beriman kepada beliau dan tidak ragu
terhadap risalahnya. Banyak orang yang hanya sekedar menyaksikan wajah beliau
menjadi yakin bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta (Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Hal.
34-35).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar