Kamis, 05 Januari 2017

AKHLAK PARA NABI DALAM SEJARAH



BAB XI
11.1 Nabi Ibrahim A.S
Ø  Memuliakan Tamu
Dalam cerita Ibrahim ini juga terdapat pelajaran yang cukup berharga yaitu akhlaq memuliakan tamu. Lihatlah bagaimana pelayanan Nabi Ibrahim A.S untuk tamunya. Ada tiga hal yang istimewa dari penyajian beliau:
1)      Beliau melayani tamunya sendiri tanpa mengutus pembantu atau yang lainnya.
2)      Beliau menyajikan makanan kambing yang utuh dan bukan beliau beri pahanya atau sebagian saja.
3)      Beliau pun memilih daging dari kambing yang gemuk. Ini menunjukkan bahwa beliau melayani tamunya dengan harta yang sangat berharga.
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bagaimana sebaiknya kita melayani tamu-tamu kita yaitu dengan pelayanan dan penyajian makanan yang istimewa. Memuliakan dan menjamu tamu inilah ajaran Nabi Ibrahim, sekaligus pula ajaran Nabi Muhammad SAW.
Ø  Berbicara dengan Lemah Lembut
Nabi Ibrahim A.S juga mencontohkan akhlak berbicara lembut kepada para tamunya. Lihatlah ketika menjawab salam tamunya, beliau menjawab, “Salaamun qoumun munkarun” (selamat atas kalian kaum yang tidak dikenal). Kalimat ini dinilai lebih halus dari kalimat ‘ankartum‘ (aku mengingkari kalian). Begitu pula ketika Ibrahim mengajak mereka untuk menyantap makanan. Bagaimana beliau menawarkan pada mereka? Beliau katakan, “Ala ta’kuluun” (mari silakan makan). Bahasa yang digunakan Ibrahim ini dinilai lebih halus dari kalimat, “Kuluu” (makanlah kalian). Ibaratnya Ibrahim menggunakan bahasa yang lebih halus ketika berbicara dengan tamunya. Kalau kita mau sebut, beliau menggunakan bahasa “kromo” (bahasa yang halus dan lebih sopan di kalangan orang jawa). Inilah contoh dari beliau bagaimana sebaiknya seseorang bertutur kata. Inilah pula yang diajarkan oleh Nabi SAW.
Demikianlah akhlaq mulia dari Nabi Ibrahim yang seharusnya dapat kita jadikan teladan. Dalam surat Al Mumtahanah ayat 6, Allah SWT. berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian.”
11.2 Nabi Nuh A.S
Nabi Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Ia merupakan keturunan kesembilan dari Adam. Ayahnya adalah Lamik (Lamaka) bin Metusyalih Mutawasylah (Matu Salij) bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin Adam. Antara Adam dan Nuh ada rentang 10 generasi dan selama periode kurang lebih 1642 tahun.
Nuh hidup selama 950 tahun. Ia mempunyai istri bernama Wafilah, sedangkan beberapa sumber mengatakan istri Nuh adalah Namaha binti Tzila atau Amzurah binti Barakil dan memiliki empat orang putra, yaitu Kanʻān, Yafith, Syam dan Ham.
Dari Ibnu Katsir bahwa Nuh diutus untuk kaum Bani Rasib. Ibnu Abbas menceritakan Bahwa nabi Nuh diutus pada kaumnya ketika berumur 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia mengarungi banjir ketika ia berumur 600 tahun, dan kemudian setelah banjir ia hidup selama 350 tahun.
1.      Dakwah Nabi Nuh A.S kepada Kaumnya
Nabi Nuh datang ketika kaumnya sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
2.      Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah: “Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan “Bismillah majraha wa mursaha” belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit “Judie”  dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh: “Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu.”
11.3 Nabi Luth A.S
Nabi Luth A.S merupakan anak saudara laki-laki dari Nabi Ibrahim A.S. Ayah Nabi Luth bernama hasa bin tareh merupakan saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Beliau pindah bersama Nabi Ibrahim A.S dari negeri babil ke negeri syam. Tetapi tidak lama kemudian penghidupan memaksa kedua Nabi ini berpisah. Nabi Luth menetap di sebuah dusun yang bernama sadum, masih dalam wilayah palestina. Allah mengutus Nabi Luth berdakwah di Kota Sadum
Nabi Luth  diutus oleh Allah yang maha bijaksana pegi ke negeri sadum yang penduduknya sangat durhaka kepada Allah. Sadum adalah bangsa yang tidak tahu malu, mereka selalu melakukan kejahatan, merampok, membunuh sesama, menganiaya, sehingga tidak ada yang bearni ke negeri tersebut
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiaatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penidasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol adalah perbuatan homo seks di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan kaum sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jia ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang laki-laki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia kan menjadi rebutan antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka akan menjadi mangsa dari pihak wanitanya pula. Mereka juga mengancam akan mengusir Nabi Luth ‘alaihissalam dari kampung mereka karena memang ia adalah orang asing, maka Luth pun marah terhadap sikap kaumnya; ia dan keluarganya yang beriman pun menjauhi mereka.
Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan homo seks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam menciptakan manusia menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita. Juga kepada mereka diberi nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perampokan serta pencurian yang selalu mereka lakukan diantara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sandum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.
Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara perseorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah serta menyembah-Nya, melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah sangat berakar di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajkkan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka.
Tiga orang malaikat tersebut menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim A.S dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq A.S, dan memberi tahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth penduduk kota Sadum.
Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalan mereka hendak memasuki kota, mereka berselisih dengan orang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil air dari sebuah sungai. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberi tahu ayahnya
Setelah difikirkan akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth kalau ia akan menerima mereka sebagai tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusanya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Kemudian pergilah Nabi Luth sendiri menemui tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota lalu diajaklah mereka bersama-sama ke rumah ketika koda Sadum sudah dalam keadaan gelap, dan juga para warganya sedang di rumah masing-masing dalam keadaan tidur nyenyak.
Kepada istri dan kedua anaknya, Nabi Luth berpesan dan berusaha agar mereka merahasiakan kedatangan para tamunya, agar tidak diketahui oleh kaumnya yang bengis dan haus maksiat. Namun karena istri Nabi Luth yang berpihak dengan masyarakat Sadum yang sesat, sehingga istrinya membocorkan rahasia atas para tamu tampan yang tinggal di rumahnya
Selanjutnya, apa yang dicemaskan oleh Nabi Luth benar benar terjadi. Ketika masyarakat Sadum mengetahui bahwa di rumahnya ada pemuda, maka datanglah mereka ke rumahnya untuk melihat tamunya yang tampan itu untuk memuaskan nafsunya. kaumnya datang dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji dengan para tamunya itu. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu rumahnya sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka.
Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu, lalu Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi mereka dari mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu, Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Saat itulah, para tamu Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, dan bahwa mereka bukan manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang fasik itu. Tidak berapa lama, kaum Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah seorang malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan sempoyongan di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat meminta Nabi Luth untuk pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan menimpa mereka di pagi hari. Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka.
Di malam hari, Nabi Luth ‘alaihissalam dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum. Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu Subuh, maka Allah mengirimkan kepada mereka azab yang pedih yang menimpa negeri itu. Saat itu, negeri tersebut bergoncang dengan goncangan yang keras, seorang malaikat mencabut negeri itu dengan ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas, kemudian mereka dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman, “Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83)
Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth dan keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari Allah, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya. Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri, sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (Terj. Adz Dzaariyat: 37)
11.4 Nabi Ayyub A.S
Nabi Ayyub adalah anak Ishaq bin Ibrahim. Beliau adalah nabi yang kaya raya. Selain harta, beliau pun dikaruniai putera purteri yang banyak. Hidupnya sangat bahagia. Kebahagian harta tidak membuat Nabi Ayyub A.S menjadi angkuh dan sombong. Beliau malah sering menafkahkan hartanya untuk membantu fakir miskin, berbuat baik kepada anak yatim piatu, memuliakan tamu, dan lain sebagainya. Dari kisah Nabi Ayyub yang telah kita pelajari, banyak keteladanan yang dapat kita temukan di sana, antara lain adalah:
Ø  Pemaaf
Nabi Ayyub ditinggal istrinya pergi di saat sakit, kemudian istrinyaa kembali lagi sewaktu Nabi Ayyub telah sembuh. Meski demikian Nabi Ayyub tidak tega jika harus melaksanakan janjinya, yaitu memukul istrinya 100 kali. Akhirnya untuk melaksanakan janjinya itu Nabi Ayyub hanya memukul istrinya sekali menggunakan seratus lidi. Dari kisah ini dapat kita teladani bahwa memaafkan harus diutamakan dan kita tidak diperbolehkan untuk balas dendam.
Ø  Dermawan
Allah telah menganjurkan kepada kita agar selalu beramal. Dalam al quran Allah telah berjanji akan melipat gandakan amal kita sebanyak 700 kali. Dalam beramal harus disertai rasa ikhlas dan niat kita hanya mengharapkan rida Allah. Amal akan sia-sia jika disertai dengan mengungkit-ngungkit pemberian kita, berniat agar dipuji dan dikagumi orang, serta niat agar diberi imbalan.
Ø  Rajin beribadah.
Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tidak hanya berupa salat, puasa, zakat maupun haji. Berbuat baik kepada sesama manusia, hewan dan menjaga lingkunga kita juga termasuk ibadah. Namun demikian, sebagai seorang muslim kita tidak boleh sekali-kali meninggalkan ibadah wajib, yaitu salat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. Kita beribadah dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah. Selain itu ibadah juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Ø  Sabar
Mula-mula Allah SWT. Memberikan ujian kepada Nabi Ayyub. Mengurangkan rezekinya. Sedikit demi sedikit hartanya semakin berkurang sehingga menjadi sangat miskin. Ternyata, menjadi orang yang sangat miskin, tidak menggonyahkan keimanan Nabi Ayub A.S.
Nabi Ayyub tidak tergoda oleh rayuan setan yang mencoba merayu untuk melakukan perbuatan yang dibenci Allah. Allah SWT menguji kembali Nabi Ayyub. Dengan mewafatkan seluruh anak-anaknya. Betapa sedihnya bila seorang ayah ditinggal oleh anak-anaknya yang dicintai dan disayangi. Ternyata, ujian kedua ini pun dapat dilewatinya dengan baik. Kemudian Allah mengujinya kembali kesabaran Nabi Ayyub A.S. Allah mengujinya dengan mendatangkan penyakit kulit selama 7 tahun. Penyakit tersebut akan kelihatan sangat menjijikan bagi orang lain yang melihatnya.
Seluruh sanak saudara, sahabat, handai taulan, dan tetangganya menjauhi beliau. Orang yang masih setia dan menunggu dan merawat beliau adalah istrinya. Semakin berat cobaan, maka akan semakin terlihat mutu hamba tersebut dan semakin tinggi derajatnya disisi Allah SWT. Istri Nabi Ayyub bernama Rahmah beliau adalah seorang isteri yang sangat setia, taat, dan beriman kepada Allah SWT. Kesabaran isteri Nabi Ayyub dengan merawat suaminya, membuat setan tidak senang. Setan berupaya mencari jalan agar istri Nabi Ayyub tidak lagi mau merawat serta melayani suaminya yang sedang sakit. Istri Nabi Ayyub lama kelamaan tergoda juga dengan ajakan dan rayuan setan.
Ia akhirnya menjadi enggan menunggui dan merawat istrinya lama-lama. Nabi Ayyub rupanya mengetahui bahwa isterinya berbuat hal tersebut. Nabi Ayyub menjadi marah dan seraya berkata kepada istrinya bahwa apabila ia sembuh ia akan memukul istrinya seratus kali.Selama Nabi Ayyub menderita penykit kulit kurang lebih 7 tahun, beliau dengan tabah dan sabar menjalani ujian tersebut. Beliau dengan sabar dan penuh ketekunan selalu berdoa kepada kepada Allah untuk kesembuhan penyakitnya.
Allah SWT memperkenankan doa beliau. Allah memerintahkan Nabi Ayyub untuk menghentangkan kakinya di bumi. Beliau menaati perintah itu. Maka keluarlah air dari bekas kakinya. Atas petunjuk Allah SWT. Nabi Ayyub kemudian mandi dan minum dengan air itu. Akhirnya beliau sembuh dari penyakitnya dan ia dapat berkumpul dengan keluarganya.
Dan setelah itu, Nabi Ayyub ‘alaihssalam sempat menjalani hidup selama tujuh puluh tahun di Negeri Romawi dengan memeluk agama yang hanif, adapun orang-orang yang setelahnya mereka merubah agama Ibrahim ‘alaihissalam.




11.5 Nabi Musa A.S
Nabi Musa adalah putra Imran bin Qahat bin Lawi bin Yakub. Ibunya bernama Lukabat. Nabi Musa lahir di zaman Raja Fir’aun yang menjadi raja di Mesir. Fir’aun adalah seorang raja yang kejam, dzalim, dan tidak berperi kemanusiaan. Fir’aun mengaku dirinya sebagai Tuhan dan barang siapa yang tidak mau bertuhan padanya, maka orang tersebut akan dibunuh.
Fir’aun adalah seorang raja yang sombong dan angkuh. Rakyat Mesir hidup dalam cengkraman ketakutan dan tidak aman. Pada saat itu, Fir’aun pernah bermimpi bahwa tahta dan kedudukannya akan beralih pada orang-orang Bani Israil. Para tukang tenungnya mengabarkan bahwa pada tahun ini akan lahir seorang bayi laki-laki yang kelak dikemudian hari akan meruntuhkan kekuasaannya. Oleh sebab itu, ia memerintahkan para prajuritnya untuk membunuh bayi-bayi Bani Israil yang lahir pada tahun tersebut.
Banyak nilai-nilai teladan yang bisa kita tiru darinya, antara lain adalah:
Ø  Berani membela kebenaran.
Keberanian Nabi Musa ditunjukkan ketika ia dari Madyan kembali ke Mesir. Nabi Musa ketika itu datang kepada Fir’aun dan mengajaknya untuk menyembah Allah. Dengan lantang dan penuh keberanian ia berdakwah kepada Fir’aun yang terkenal sangat kejam itu. Beliau tidak takut akan ancaman dan siksaan dari Fir’aun dan para tentaranya. Keberanian itu muncul di hati Nabi Musa sebab ia yakin bahwa apa yang disampaikannya adalah sebuah kebenaran yang datang dari Allah.
Ø  Bertaubat setelah melakukan kesalahan.
Nabi Musa pernah memukul laki-laki dari suku Qibti sampai orang tersebut meninggal. Meskipun saat memukul itu tujuannya hanya untuk membela kaumnya, yaitu Bani Israil, dan tanpa kesengajaan untuk membunuhnya, namun Nabi Musa tetap merasa bersalah. Setelah kejadian itu Nabi Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah. Ia menyadari bahwa yang telah ia lakukan adalah bujukan setan, sebagaimana telah difirmankan dalam al quran surat Al Qasas ayat 15:
“Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya)”
Ø  Bekerja keras.
Masih ingatkah kalian ketika Nabi Musa melarikan diri dari Mesir kemudian tinggal di Madyan. Kala itu Nabi Musa tinggal di tempat Nabi Syu’aib. Keseharian Nabi Musa di sana adalah membantu menggembala hewan ternak Nabi Syu’aib. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa Nabi Musa termasuk orang yang tidak suka berpangku tangan (malas) dalam hidup.
11.6 Nabi Isa A.S
Nabi Isa adalah nabi ke-24 dari urutan para nabi. Beliau dilahirkan tahun 622 sebelum hijriah sehingga tahun kelahirannya disebut tahun masehi. Nabi Isa merupakan nabi dan rasul Allah yang lahir dari Maryam binti Imran yang tidak memiliki ayah. Melalui kekuasaan Allah, Nabi Isa dilahirkan hanya dengan perantaraan ibu saja, tidak seperti kelahiran manusia biasa yang melalui ibu dan bapaknya dengan cara ruhnya ditiupkan oleh malaikat jibril. Ruh yang suci tersebut kemudian masuk ke dalam kandungan Maryam binti Imran sehingga lahirlah bayi laki-laki yang kelak akan diangkat oleh Allah menjadi seorang nabi dan rasul.
Nabi Isa diutus oleh Allah SWT ditengah-tengah bangsa Yahudi, untuk menuntun mereka kembali ke jalan yang benar. Ajaran-ajaran beliau tersebut terasa sangat pahit oleh bangsa Yahudi, sehingga mereka menganggap Nabi Isa sebagai pembual dan pembohong. Namun ada juga sebagian kecil bangsa Yahudi yang menaati dan mengikuti ajaran beliau. Sahabat-sahabat penolong Nabi Isa disebut Hawariyyin. Dalam berbagai keadaan ajaran Nabi Isa yang terkumpul dalam Kitab Injil tetap disampaikan dengan sabar dan penuh kelembutan.
Keteguhan iman Nabi Isa menyampaikan tugas dari Allah SWT ternyata membuat orang-orang Yahudi berupaya untuk menghentikan kegiatan dakwah beliau. Berbagai upaya mereka lakukan, siksaan fisik sering Nabi Isa A.S dapatkan. Tetapi beliau tetap tabah dalam menjalaninya.
Diantara murid dan sekaligus sahabat dekat Nabi Isa, ternyata ada yang berkhianat. Orang tersebut bernama Yudas Iskariot. Ia bekerja sama dengan tentara Yunani untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa. Ketika rumah tempat Nabi Isa dan para sahabatnya dikepung tentara Yunani, atas izin Allah, wajah Yudas Iskariot diserupakan dengan wajah Nabi Isa. Sehingga membuat tentara Yunani menangkap Yudas Iskariot, sementara Nabi Isa sendiri selamat.
Menurut para ulama tafsir, Nabi Isa diselamatkan oleh Allah dengan jalan mengangkat ruh dan jasadnya sekaligus. Tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Akhirnya Nabi Isa tidak mati terbunuh di kayu salib. Yang disalib sesungguhnya adalah Yudas Iskariot.
Akhlak Nabi Isa A.S yang dapat di tauladani antara lain :
1.      Tawakal kepada Allah serta sabar menghadapi cobaan.
Jika Allah telah menghendaki sesuatu maka hal yang sebenarnya tidak mungkin pun akan menjadi mungkin. Sebagaimana kisah Nabi Isa, meskipun Maryam belum pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun namun dia bisa hamil dan kemudian melahirkan Nabi Isa. Semua itu terjadi tidak lain adalah karena kekuasaan Allah semata. Atas kejadian yang menimpanya, Maryam tetap  tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
2.      Iman yang kuat
Nabi Isa mendapatkan tantangan yang berat dari kaumnya dalam berdakwah. Meskipun demikian dia tetap menyampaikan wahyu yang diterimanya. Nabi Isa telah berdakwah bertahun-tahun namun pengikutnya hanya sedikit, walau begitu dia tetap bersabar dan selalu mengajak orang-orang ke jalan yang benar. Keadaan yang demikian ini tidak menyurutkan iman Nabi Isa, bahkan dia semakin bertambah imannya ketika cobaan-cobaan itu menimpanya.
3.      Sifat penolong.
Di antara mukjizat Nabi Isa adalah dapat menurunkan makanan dari langit dan menyembuhkan penyakit kusta. Semua itu terjadi atas ijin Allah agar Nabi Isa dapat menolong orang-orang yang membutuhkannya. Sewaktu Nabi Isa menolong orang-orang yang membutuhkan, yang ada di hatinya hanyalah rasa ikhlas, sekalipun yang ditolong itu adalah orang yang membangkang terhadap ajarannya.
11.7 Nabi Muhammad SAW
Nabi SAW adalah orang yang lemah lembut terhadap anak kecil. Dengan kedudukan beliau yang mulia sebagai seorang pemimpin di tengah-tengah umatnya, beliau tidak merasa rendah dan turun wibawanya ketika menegur anak kecil.
Ø  Sifat Fisik Nabi
Selain memiliki akhlak yang agung dan utama, Nabi SAW. juga memiliki fisik yang rupawan. Anas bin Malik berkata, “Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan, dan paling pemberani.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keluhuran akhlak Nabi SAW ini adalah cermin yang bersih dan indah yang membawa kita untuk bisa berkaca dengannya di dalam kehidupan kita sesama manusia dalam segala lapisannya. Sebab akhlak Nabi adalah cerminan al quran yang sesungguhnya. Bahkan beliau sendiri adalah al quran hidup yang hadir di tengah-tengah ummat manusia. Membaca dan menghayati akhlak beliau berarti membaca dan menghayati isi kandungan al quran. Itulah kenapa ‘Aisyah sampaiberkata:
“akhlak Nabi adalah Al-Quran.”


Ø  Akhlak Muhammad Sebelum Diangkat Jadi Nabi
Akhlak beliau yang mulia semenjak jauh dari sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul melahirkan kepercayaan tinggi dari kalangan masyarakatnya. Sehingga walaupun belum diangkat jadi nabi dan rasul, Muhammad telah menyandang gelar “al amin” di belakang namanya. Sungguh suatu gelar yang sangat berharga dibandingkan gelar-gelar kesarjanaan yang disandang manusia zaman sekarang.
Gelar ini memang pantas disandangkan padanya karena pemuda Muhammad memiliki sifat jujur, amanah, cerdas, bertanggung jawab, serta mampu menjauhkan diri dari hal yang sia-sia. Berbeda dengan kebanyakan pemuda Quraisy waktu itu yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan minum arak. Sehingga adanya pemuda Muhammad di tengah-tengah masyarakat Quraisy kala itu laksana permata yang bersinar diantara kumpulan kerikil.
Kepercayaan masyarakat Quraisy terhadap sosok muda Muhammad tergambar pada peristiwa peletakan kembali Hajar Aswad. Ketika itu masing-masing ketua suku berseteru untuk mendapatkan kehormatan meletakkan batu tersebut di dinding Ka’bah. Mereka meminta bantuan pada pemuda Muhammad untuk memberikan keputusan yang adil akan hal itu.
Ø  Akhlak Rasulullah Dalam Keluarga
Rasulullah, walaupun sibuk dengan urusan umat tetap mau meluangkan waktunya untuk membantu pekerjaan rumah tangga.
Ummul mu’minin Aisyah berkata:
كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ - فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Beliau sering membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat” (HR. Bukhari)         

Sungguh berbeda dengan kepala keluarga zaman sekarang, yang jarang membantu pekerjaan istri. Seolah-olah istrinyalah yang harus menyiapkan segala sesuatu layaknya pembantu. Padahal Rasul sendiri yang diakuinya sebagai suri tauladan mencontohkan turun tangan dalam meringankan pekerjaan istri.
Ø  Cara Bicara Rasulullah
Kemudian Imam Hasan berkata, “Ceritakan kepadaku cara bicaranya.” Hind bin Abi Halah berkata, “Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam, dan tidak pernah tenang. Ia banyak diamnya. Ia tidak pernah berbicara yang tidak perlu. Ia memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak kekurangan perincian yang diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah kasar atau menyakitkan.”
Ø  Akhlak Rasulullah Ketika Masuk Rumah
Ia sering menanyakan keadaan sahabatnya dan memberi tahu mereka apa yang patut mereka lakukan. mereka yang hadir sekarang ini harus memberitahukan kepada yang tidak hadir. Beritahukan kepadaku orang yang tidak sanggup menyampaikan keperluannya kepadaku.
Orang yang menyampaikan kepada pihak yang berwenang keluhan seseorang yang tidak sanggup menyampaikannya, akan Allah kokohkan kakinya pada Hari Perhitungan. Selain hal-hal demikan, tidak ada yang disebut-sebut dihadapannya dan tidak akan diterimanya. Mereka datang menemui beliau untuk menuntut ilmu dan kearifan. Mereka tidak bubar sebelum mereka menerimanya. Mereka meninggalkan majlis Nabi sebagai pembimbing untuk orang di belakangnya.




Ø  Akhlak Rasulullah di Luar Rumah
Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena ia takut mereka alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah ragu-ragu dalam kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya.
Orang-orang yang paling dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik, dalam pandangannya, adalah orang-orang yang paling tulus menyayangi kaum muslimin seluruhnya. Orang yang paling tinggi kedudukannya disisinya adalah orang yang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain.
Ø  Cara Rasulullah Duduk
Imam Husain berkata, “Kemudian aku bertanya kepadanya tentang cara Rasulullah duduk. Ia menjawab ‘Rasulullah tidak pernah duduk atau berdiri tanpa mengingat Allah. Ia tidak pernah memesan tempat hanya untuk dirinya dan melarang orang lain duduk di situ. Ketika datang di tempat pertemuan, ia duduk dimana saja tempat tersedia. Ia juga menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Ia memberikan tempat duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada orang yang merasa bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang duduk di hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri atau meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan memberikan tepat apa yang orang itu minta. Jika tidak sanggup memenuhinya, ia akan mengucapkan kata-kata yang membahagiakan orang itu. Semua orang senang pada akhlaknya sehingga ia seperti ayah bagi mereka dan semua ia perlakukan dengan sama.”
11.8 Manfaat Mempelajari Akhlak Nabi
Syaikh as sa’di rahimakumullah mengatakan, “Termasuk faktor yang bisa meningkatkan dan mendatangkan keimanan ialah mengenal Nabi dengan budi pekertinya yang luhur serta sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang benar-benar mengenal beliau, ia tidak merasa ragu terhadap kejujuran beliau dan kebenaran risalah yang beliau bawa yaitu al quran dan as sunnah, serta agama yang benar sesuai firman Allah SWT, dalam surat Al-Mukminun ayat 69 yang artinya, “Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?”
Maksudnya, dengan mengenal beliau akan melahirkan semangat untuk segera mengimaninya (bagi orang yang belum beriman) dan meningkatkan keimanan bagi orang yang telah beriman kepada beliau. Syaikh as sa’di melanjutkan, bahwa orang yang munshif (moderat), yang tidak mempunyai keinginan kecuali mengikuti kebenaran, hanya dengan sekedar melihat beliau dan mendengarkan tutur katanya, akan segera beriman kepada beliau dan tidak ragu terhadap risalahnya. Banyak orang yang hanya sekedar menyaksikan wajah beliau menjadi yakin bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta (Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Hal. 34-35).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar