MASA TIGA KERAJAAN BESAR
(1500-1800)
Jatuhnya Bagdad akibat serangan pasukan Mongol pada tahun 1258 M, bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyyah melainkan sekaligus mengawali kemunduran politik
islam secara drastis. Politik umat islam terpecah-pecah menjadi
kerajaan-kerajaan kecil, seperti dinasti Ilkhan, dinasti Timuriyah dan dinasti
Mamalik. Kondisi politik islam kembali berkembang setelah terbentuknya tiga
kerajaan besar : kerajaan Safawi di Persia, kerajaan Usmani di Turki dan kerajaan
Mughal di India.
KERAJAAN SAFAWI
Asal usul
Kerajaan ini bermula dari sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Safiuddin
(1252-1332 M) di Ardabil sebuah kota di Azarbaijan. Tarekat ini dinamakan
Safawiyah yang berasal dari nama pendiri tarekat ini yang kemudian
dipertahankan sebagai nama kerajaan. Safiuddin mendirikan tarekat setelah
kematian gurunya Syekh Tajuddin Ibrahim pada tahun 1301. Dalam waktu yang tidak
lama tarekat ini berkembang pesat di Persia, Syiria dan Asia kecil. Pada awalnya
tarekat ini didirikan untuk memerangi orang-orang yang ingkar atau ahli bid’ah.
Fanatisme pengikut tarekat Safawiyah menetang golongan selain syi’ah membuat
gerakan ini memasuki gerakan politik. Kecenderungan terhadap politik terwujud
pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460 M). Hal ini menimbulkan konflik antara
tarekat safawiyah dengan penguasa Kara Koyunlu, salah satu cabang Turki yang
berkuasa diwilayah ini. Sang imam berhasil diusir dan diasingkan. Selanjutnya
sang imam bersekutu dengan Uzun Hasan, seorang pemimpin Ak-Koyunlu. Persekutuan
mereka semakin kuat setelah imam Junaid menikah dengan saudara perempuan Uzun
Hasan.
Sepeninggal Imam Junaid, pimpinan tarekat Safawiyah digantikan anaknya yang
bernama Haidar. Haidar mengawini putri Uzun Hasan dan melahirkan anak yang
bernama Isma’il. Sang anak inilah yang kelak berhasil mendirikan kerajaan
Safawiyah di Persia.
Atas persekutuan dengan Ak Koyunlu,
Haidar berhasil mengalahkan kekuatan Ak Koyunlu dalam pertempuran yang terjadi
pada tahun 1467 M. Kemenangan ini membuat nama Safawiyah semakin besar dan ini
tidak dikehendaki oleh Ak Koyunlu. Persekutuan Ak koyunlu dan safawiyah
berakhir setelah Ak koyunlu memberikan bantuan kepada Sirwan ketika terjadi
pertempuran antarapasukan Haidar dan pasukan Sirwan. Pasukan Safawiyah
mengalami kehancuran dan Haidar terbunuh dalam pertempuran ini.
Kekuatan Safawiyah kembali bangkit
setelah kepemimpinan Isma’il. Ia selama lima tahun mempersiapkan kekuatan
dengan membentuk pasukan Qizilbash (pasukan baret merah) yang bermarkas di
Gilan. Pada tahun 1501 pasukan Qizilbash berhasil mengalahkan Ak Koyunlu dalam
peperangan didekat Nakhchivan dan berhasil menaklukan Tibriz, pusat kekuasan Ak
Koyunlu. Di kota ini Isma’il memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawiyah dan
menobatkan diri sebagai raja pertamanya.
Para Penguasa
Isma’il berkuasa selama 23 tahun, yakni antara tahun1501-1524 M. Beberapa tahun
pertamanya ia berhasil menumpas sisa-sisa kekuatan Ak-Koyunlu dan melancarkan
gerakan ekspansi. Ekspansi ini berhasil menaklukan propinsi Caspia di
Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakar (1505-1507 M), Baghdad dan
wilayah barat daya ditaklukan tahun 1508 M. Dalam waktu sepuluh tahun Isma’il
berhasil menaklukan Persia dan wilayah subur bulan sabit (fertile crescent)
Ambisi politik Isma’il membuat
Safawiyah harus berhadapan dengan kerajaan kekuatan Turki Usmani di Chaldiran
pada tahun 1415. Pasukan Usmani yang dipimpin Sultan Salim berhasil
menguasai kota Tibriz. Keadaan Safawiyah terselamatkan karena kepulangan Sultan
Salim kenegerinya karena di Turki sedang terjadi perpecahan ditubuh militer.
Permusuhan antara Safawiyah dan Usmani terus berlanjut sepeninggal Ismail,
yakni pada masa Tahmasp I, Isma’il II dan pada masa Muhammad Khudabanda. Dalam
peperangan pada masa-masa tersebut Safawiyah selalu berada dalam keadaan
terdesak.
Munculnya Abbas I (1558-1628)
sebagai raja kelima berhasil memulihkan kekuatan kerajaan Safawiyah. Abbas I
mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Dengan melepaskan wilayah
kekuasaan Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah lainnya, disamping itu
Abbas berjanji tidak akan mencaci tiga khalifah islam yang pertama (aAbu bakar,
Usman, Umar). Sebagai jaminan atas perjanjian ini, ia bersedia menyerahkan
saudara sepupunya yang bernama Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul.
Silsilah Raja-Raja Safawiyah
Sebelum terbentuk menjadi Kekuasaan kerajaan :
- Safi al-Din (1252-1334)
- Sadar al-Din Musa (1334-1399M)
- Khawaja Ali (1399-1427M)
- Ibrahim (1427-1447)
- Junaid (1447-1460M)
- Haidar (1460-1494M)
- Ali (1494-1501M)
Setelah terbentuk menjadi sistim
kerajaan :
- Isma’il (1501-1524M)
- Tahmasp I (1524-1576M)
- Ismail II (1576-1577M)
- Muhammad Khudabanda (1577-1787M)
- Abbas I (1588-1628M)
- Safi Mirza (1628-1642M)
- Abbas II (1642-1667M)
- Sulaiman (1667-1694M)
- Hussein (1694-1722M)
- Tahmasp II (1722-1732M)
- Abbas III (1732-1736 M)
Setelah Abbas memperkokoh kekuatan
Safawiyah ia mulai mengerahkan pasukannya untuk merebut kembali beberapa
wilayahnya. Pada tahun 1598 ia mulai menyerang, maka permusuhan antara kedua
kerajaan berbeda aliran ini kembali berkobar. Pada tahun 1602 ketika Turki
Usmani berada dalam kekuasaan Sultan Mahmud III, serangan pasukan Abbas
berhasil menguasai Tibriz, Sirwan dan Baghdad menyusul kota-kota lainnya.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan
puncak kejayaan kerajaan Safawiyah. Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula
dengan penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah
menjadi bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan
antara barat dan timur. Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam bidang
pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah sabit yang sangat subur.
Kemajuan ekonomi mengantarkan
safawiyah mencapai kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni. Bangsa
Persia, sepanjang sejarah islam dikenal sebagai bangsa yang telah berperadaban
tinggi dan telah berperan dalam mengantarkan kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan pada masa Abbasiyyah.
Kemajuan ekonomin pada masa ini
bermula dengan penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang
diubahnya menjadi bandar Abbas. Dengan de¬mi¬kian Safawiyah menguasai
perdagangan antara Barat dan Timur. Safawiyah juga meng¬alami kemajuan dalam
bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah bulan sabit yang sangat
subur (fertille crescent). Kemajuan ekonomi ini mengantarkan kerajaan Safawiyah
mencapai kemajuan alam bidang ilmu pengetahuan dan seni. Dalam sejarah¬nya
diketahui bahwa bangsa Persia, dikenal sebagai bangsa yang telah berperadaban
tinggi dan telah berperan dalam mengantarkan kemajuan ilmu pengetahuan pada
masa Abbasiyah. Tradisi ke ilmuan seperti itu tetap berlanjut hingga masa
kerajaan Safa¬wiyah ini. Sejumlah ilmuan yang muncul pada masa Safawiyah antara
lain; Bahauddin al-syaerozi, Muhammad al-Baqir bin Muhammad Damad,
masing-masing sebagai ilmuan dalam bidang filsafat, sejarah, teolog, dan ilmu
umum. Ilmuan yang tersebut terakhir pernah melakukan observasi kehidupan lebah.
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah ibukota kerajaan ini; misalnya sejumlah bangunan mesjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang di atas Zende rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan turut memperindah dengan kebun wisata yang sangat indah. Ketika abbas I me¬ninggal, di Isfahan terdapat sejumlah 162 mesjid, 48 perguruan, 1802 penginapan, dan 273 tempat pemandian umum.
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah ibukota kerajaan ini; misalnya sejumlah bangunan mesjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang di atas Zende rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan turut memperindah dengan kebun wisata yang sangat indah. Ketika abbas I me¬ninggal, di Isfahan terdapat sejumlah 162 mesjid, 48 perguruan, 1802 penginapan, dan 273 tempat pemandian umum.
Kemunduran dan kehancuran
Bahwa sepeninggalan Abbas I pada
tahun 1628 M, kerajaan Safawiyah mengalami kemun¬duran yang secara
berangsur-angsur, dan kemudian hancuran. Hal itu terjadi karena sejumlah raja
yang berkuasa setelah Abbas I merupakan penguasa yang lemah, sehingga tidak
mampu mempertahankan masa kejayaan kerajaan Safawiyah. Safi Mirza, cucu
se¬kaligus pengganti Abbas I, berperangai buruk dan tega berbuat kejam terhadap
pembesar kerajaan, sekalipun karena alasan yang remeh. Sejak masa ini, beberapa
wilayah Safawiyah lepas. Misalnya, wilayah Kandahar dirampas oleh kerajaan
Mughal, Delhi. Kemudian Ervan, Tibriz, dan Bagdad direbut oleh pasukan Usmani
antar tahun 1635-1635 M.
Abbas II. Perjuangan
perjuangan un¬tuk merebut kembali wilayah Kandahar dari kekuasaan Syah
Jihan, upaya seperti ini ti¬dak diteruskan oleh para penggantinya. Sulaiman dan
Husein merupakan penguasa yang lemah, keduanya tidak berhasil mengatasi gerakan
pemberontakan yang dilancarkan oleh masyarakat Afghanistan, sehingga gerakan
ini mengakhiri pemerintahan Safawiyah di wilayah ini. Benih pemberontakan ini
sudah ada sejak masa Sulaiman, dan berubah semakin kritis akibat pemaksaan
paham Syi’ah terhadap masyarakat Sunni yang dilakukan oleh Husein. Karena itu,
masyarakat Sunn Afghanistan melakukan perlawanan di bawah pimpinan Mir Vayz dan
Mir Mahmud. Husein dipaksa menyerah oleh gerakan pemberontakan
Tahmasp II, putra Husein, berhasil
melarikan diri ke Astrabad. Atas bantuan dan dukungan suku Qazar dari Rusia, ia
berhasil membangun kembali kerajaan Safawiyah pada tahun 1722 M dengan ibu kota
di Astrabad. Pada tahun 1726 M Tahmasp II bergabung dengan Nadzir Khan dari
suku Afhsar untuk mengusir kekuasaan Afghanistan yang menduduki wilayah
Isfahan. De¬mikianlah bahwa Nadzir Khan cukup berjasa terhadap Tahmasp II dalam
membangun kembali kerajaan Safawiyah. Namun ternyata, Nadzir Khan memiliki
kepentingan po¬litik dibalik dukungannya terhadap Tahmasp II. Hal ini terbukti
dengan peristiwa pemecatan Tahmasp II oleh Nadzir Khan. Kemudian Nadzir Khan
menunjuk Abbas III yang belum genap berusia satu tahun. Empat tahun kemudian,
Nadzir Khan memproklamirkan diri sebagai raja menggantikan Abbas III. Peristiwa
yang menandai berakhirnya kerajaan Safawiyah ini terjadi pada 8 maret 1736 M.
Terdapat sejumlah faktor penyebab
kemunduran kerajaan ini, selain faktor ketidak cakapan sejumlah raja setelah
Abbas I, hingga pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Di antaranya adalah
pertama; konflik militer yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya
kerajaan Safawiyah yang beraliran Syi’ah dipandang oleh kerajaan Usmani sebagai
kekuatan yang mengancam kekuasaannya. Kedua, pasukan budak yang dibentuk oleh
Abbas I tidak memiliki se-mangat perjuangan yang tinggi, seperti yang dimiliki
Qizilbash. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki ketahanan mental
yang kuat, karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal
rohani. Pada masa belakangan pasukan Qizilbash tidak memiliki militansi, dan
semangat mereka telah luntur, tidak sebagaimana Qiziblash generasi awal.
Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap hilangnya
kekauatan dinasti Safawi.
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
Benteng Merah Sisa Kerajaan Mughal
Pembetukannya.
India menjadi wilayah islam pada
masa Umayyah, yakni pada masa khalifag al-walid.Penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh pasukan Umayyah yang di¬pimpin oleh panglima Muhammad bin Qasim.
Kemudian pasukan Ghaznawiah di ba¬wah pimpinan Sultan Mahmud, berhasil
mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan menaklukan seluruh
kekuasaan Hindu dan melakukan Islamisai sebagian masyarakat India pada tahun
1020 M. Setelah Gaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai
India, seperti dinasti-dinasti Khalji (1296-1316 M.), dinasti
Tuglag(1320-1412), dinasti Sayyid (1414-1451), dinasti Lodi (1451-1526).
Jadi Mughal bukanlah Kerajaan Islam
pertamakali di india. Mughal di India didirikan oleh Zahirudin Babur, seorng
ketu¬run¬an Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza yang merupakan seorang
penguasa Far¬ghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Sepeninggal ayahnya,
Babur yang ber¬usia 11 tahun mewarisi tahta kekuasaan wilayah Farghana. Ia
bercita-cita menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah
pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan
cita-citanya. Kemudian berkat bantuan da¬ri Ismail I, raja safawi, sehingga
pada tahun 1494 M Babur berhasil menaklukan kota Sa¬markand, dan pada tahun
1504 M, ia berhasil menaklukan Kabul, ibukota Afgha¬nis¬tan. Dari kabul, Babur
melanjutkan ekspansi ke India. Ketika itu, India berada di bawah ke¬kuasaan
Ibrahim Lodi. Pada saat itu, pemerintahan dinasti Lodi sedang mengalami kri¬sis
politik, dan pertahanannya mulai melemah, sehingga Babur dengan mudah ber¬hasil
mengalahkannya. Pada tahun 1525 M,
Babur berhasil menguasai wilayah
Punjab. Se¬te¬lah memenangkan pertempuran di Panipat, Babur dan pasukannya
berhasil mema¬suki kota Delhi. Setahun setelah kemenangan itu, tepatnya pada
1526 M, Babur berusaha mengembangkan kekuasaan Islam di wi¬layah tersebut.
Berdirinya dinasti Mughal di India yang bercorak Islam, tentu saja tidak
disukai oleh para penguasa Hindu. Karena itu,tentu saja tidak disukai oleh para
penguasa Hin¬du. Karena itu, mereka menyusun kekuatan dengan membantuk pasukan
koalisi an¬tara para penguasa Hindu. Tetapi, kekuatan tersebut dapat dikalahkan
oleh pasukan baru dalam suatu pertempuran. Sementara itu, dinasti Lodi, di
bawah piminan Mu¬hammad Lodi, berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan
Babur. Akan tetapi, gerakan perlawanan itu dapat dikalahkan oleh pasukan Babur
dalam sebuah per¬tempuran di dekat Gogra, pada tahun 1529 M. Setahun kemudian
yakin pada tahun 1530 babur me¬ninggal dunia.
Raja-raja mughal
Sepeninggal Babur, tahta kerajaan
Mughal diteruskan oleh anaknya yang ber¬na¬ma Humayun. Sekalipun Babur berhasil
menegakkan Mughal dari serangan musuh, na¬mun Humayun tetap saja menghadapi
banyak tantangan, di antaranya pemberonta¬kan dari Bahadur Syah, penguasa
Gujarat yang ingin memisahkan diri dari peerintahan Delhi. Akan tetapi,
pemberontakan tersebut dapat dikalahkan pasukan Humayun. Pada tahun 1450
Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher kKhan
dari Afghanistan. Untuk itu ia menyelamatkan diri dengan cara melarikan diri ke
Persia. Di pengasingan ini ia menyusun kekuatannya. Pada saat itu Persia
di-pim¬pin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas
tahun me¬nyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan
kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian , yakni pada tahun 1556 ia meninggal.
Sepeninggal Humayun, tahta kerajaan
Mughal dijabat oleh putranya yang ber¬nama Akbar (1556-1603 M). Ketika menerima
tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, se¬orang penganut Syi’ah. Awal
periode ini ditandai dengan munculnya pemberontakan. Khan Syah yang menggalang
sisa kekuatannya di Punjab untuk melancarkan pem¬be¬rontakan. Selain itu, di
Agra, timbul kekuatan Hindu yang dipimpin oleh Hemu dan berhasil merebut Agra
dan Delhi dari kekuasaan Mughal. Di wilayah Barat Laut timbul gerakan yang di
pimpin oleh Mirza Muhammad Hakim, saudara seayah Akbar. Kasmir juga berusaha
memerdekakan diri di bawah pimpinan muslim setempat. Hampir kota-kota besar
seperti Multan, Sind, Bengala, Gujarat, Bijapur dan lain-lain, berhasil
mele¬paskan diri dari kekuasaan imperium mughal yang berpusat di Delhi.
Demikanlah Akbar menghadapi tugas besar untuk menegakkan keutuhan dan kebesaran
kerajaan mughal.
Di antara musuh akbar yang paling
bersar adalah kekuatan Hemu yang telah menguasai Agra dan Gwalior, pasukan Hemu
ini berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut pemberontakan ini
dengan mengerahkan pasukan yang besar. Pertempuran antara keduanya dikenal
sebagai pertempuran Panipat II, terjadi pada tahun 1556. dalam pertempuran ini,
pasukan Bairam Khan berhasil memenangkan peperangan ini, sehingga wilayah Agra
dan Gwalior dapat dikuasai secara penuh.
Ketika dewasa akbar berusaha
menyingkirkan Bairam Khan, karena dianggap terlalu memaksakan paham syi’ah.
Bairam mengadakan pemberontakkan yang segera dapat dipadamkan oleh Akbar dalam
pertempuran di Jullandur tahun 1561 M. Setelah berhasil menegakkan kekuatannya
di Delhi, Akbar melancarkan serangan memerangi sejumlah penguasa yang mengklaim
kemerdekaan di beberapa wilayah. Seluruh wilayah di India berhasil disatukan
kembali dalam kekuasaan Mughal dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India,
yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turki stan, dan kota Kandahar sebagai
gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh peme¬rin¬tahan Mughal. Keberhasilan Akbar
ini mengawali masa kemajuan kerajaan Islam Mu¬ghal di India.
Beberapa kebijakan yang ditempuh
akbar antara lain membentuk sistem peme¬rintahan militeristik. Ia mempercayakan
pemerintahan daerah kepada Sipah Salar (ke¬pa¬la komandan), sedang wilayah
distrik dipercayakan pada kepeminpinan Faudjar (ko¬mandan). Selain itu, seluruh
pejabat sipil diwajibkan mengikuti latihan kemiliteran. Untuk mengatasi
perbedaan agama agar tidak terjadi konflik umat beragama,
Akbar membuat kebijakan berupa
kebijakan politik politik Sulakhul (toleransi uni¬ver¬sal). Politik ini
mengandung ajaran bahwa semua rakyat india sama kedudukannya. Mereka tidak
dapat dibedakan karena perbedaan etnis atau agama. Bahkan Akbar mempunyai
pendapat dan keinginan yang liberal. Ia ingin menyatukan semua agama menjadi
satu bentuk agama baru yang disebutnya sebagai Din ilahi. Secara umum, politik
Sulakhul ini berhasil menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat
beragam suku dan keyakinannya.
Kemajuan yang telah dicapai akbar
dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir (1605-1627M) dan Syah
Jihan (1628-1658M), dan Aurangzeb (1659-1707M). Ketiganya merupakan raja-raja
besar Mughal yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan
musuh dan gerakan pemberontakan dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup
dengan aman dan damai.
Pada masa Syah Jihan, Portugis yang
bermukim di Hugli Bengala, menya¬lah¬gu¬nakan kepercayaan yang diberikan kepada
mereka dengan menarik pajak besar dari para pedagang setempat. Selain itu,
mereka dicurigai menyebarkan ajaran Kristen ke¬pada anak-anak. Pada tahun 1632
M Syah Jihan segera mengeluarkan perintah penge¬pungan wilayah ini dan mengusir
orang-orang Portugis ke luar dari Bengala.
Sepeninggal Syah Jihan pada tahun
1658, terjadi perbutan tahta kerajaan di ka¬langan istana. Murad menobatkan
diri sebagai raja di Ahmadabad. Di Bengala ter¬da¬pat Shuja yang juga mengklaim
sebagai raja. Shuja bergerak memasuki pusat peme¬rin¬tahan di Delhi. Pasukan
kerajaan dipimpin oleh Aurangzeb dan berhasil mengalah¬kan¬nya dalam peperangan
di Bahadurpur, dekat Benares, pada tahun 1658 M. Selanjutnya Aurangzeb mengerahkan
pasukannya untuk memerangi pasukan Murad dan ia ber¬hasil mengalahkan murad.
Setelah berhasil mengalahkan para pemberontak, pada tahun 1559 Aurangzeb
dinobatkan sebagai raja Mughal dengan gelar Abul Muzaffar Muhyiddin Muhammad
Aurangzeb Alagmir Padshah Ghazi.
Setelah menjadi raja, ia
mengeluarkan kebijakan yang cukup populer, seperti penghapusan sejumlah pajak
menurunkan harga makanan dan berjuang keras memberantas tindak korupsi. Sebagai
seorang cendikiawan yang berkuasa, ia merancang penyusunan sebuah buku risalah
hukum Islam untuk diberlakukan di peradilan di wilayah India. Risalah hukum
Islam ini dinamakan Fattawa Alamgiri. Selain sebagai cendikiawan, ia juga
seorang pejuang dan jenderal yang cakap yang tidak pernah mengalami kekalahan
dalam pertempuran. Raja yang cerdas dan bijasana ini kemudian meninggal pada
tahun 1707 M di Ahmadnagar.
Stabilltas politik yang berhasil
diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan di bidang perekonomian,
ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan bi¬dang ekonomi ditandai dengan
kemajuan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan
penanganan pertanian secara terstruktur. Pada tingkat terendah setiap petani
bertanggung jawab atas tanah garapannya yang disebut Deh. Para petani penggarap
Deh disatukan dalam perikatan petani tingkat desa yang dipimpin oleh seorang
Mukaddam. Mukaddam ini merupakan sarana penghubung antara petani deng-an pihak
pemerintah. Sehingga pemerintah mendapatkan kemudahan dalam pem¬bi¬na¬an dan
dalam menuntut beberapa kewajiban pihak petani, yakni pungutan sebersar
se¬pertiga hasil pertanian setiap musim panen. Hasil pertanian ini mensuplai
kebutuhan bahan baku bagi pabrik-pabrik pengolahan. Kerajinan tenun berkembang
menjadi pab¬rik testil yang pada zaman Aungrazeb. Ia berhasil mengekspornya ke
pasaran Eropa. Rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, wool, parfum dan
lain-lain yang menjadi komoditi eksport. Kemajuan perekonomian yang telah
digambarkan di atas menun¬juk¬kan tercapainya kemakmuran selama masa
pemerintahan mughal di india.
Ilmu pengetahuan tidak banyak
mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Kemajuan yang
lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur.
Penyair istana yang terkenal adalah Malik Muhammad Jazayi, seorang sastrawan
sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat. Ia merupakan karya
alegoris yang berisikan ajaran dan pesan kebajikan jiwa manusia. Abu Fadl
merupakan sejarawan yang masih terkenal masa ini dengan karya Akhbar Namah dan
Aini Akhbari yang menerangkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur
pemimpinnya. Seni arsitektur merupakan bidang yang mencapai kemajuan terbesar
kerajaan Mughal. Sejumlah bangunan peninggalan Mughal yang sangat indah dan
mengagumkan masih dapat disaksikan hingga sekarang. Misalnya istana Fatpur
Sikri di Sikri, villa dan sejumlah mesjid indah yang dibangun oleh Akbar,
masjid berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra yang dibangun oleh Syah Jehan,
mesjid Agung Delhi dan istana di Lahore.
Kemunduran dan kehancuran Kerajaan
Islam Mughal
Setelah mengalami masa-masa kemajuan
pada masa akbar dan tiga raja penggantinya, lambat laun kerajaan ini mengalami
kemunduran. Kemunduran ini ditandai dengan terjadinya perebutan kekuasan di
kalangan istana, terjadinya pemberontakan pemberontakan yang dilakukan oleh
kaum speratis Hindu, dan lain-lain. Kenyataan ini ditambah dengan kurang
berhasilnya para raja pengganti Aurangzeb dalam memimpin kerajaan. Mereka
adalah para pemimpin yang lemah, sehingga tidak mampu mengatasi berbagai
persoalan yang terjadi di wilayah keuasaannya.
Seperti diketahuia bahwa Bahadur
Syah, adalah seorang raja yang menggantikan kedudukan ayahnya, Aurangzeb. Akan
tetapi, setelah Bahadur 5 tahun, terjadi pere¬but¬an kekuasaan di antara
putra-putra Bahadur Syah. Dalam perebutan itu, Jehandar yang dimenangkan,
sehingga ia dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan.
Padahal, Jehandar adalah orang yang paling lemah di antara kedua putra Bahadur.
Akan tetapi,penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsyiar, keponakannya
sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713 M, Fahrukhsyiar keluar
se¬bagai pemenang. Karena itu, ia kemudian menduduki tahta kerajaan sampai pada
ta-hun 1719 M. Hanya saja ia dibunnuh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid
Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748) sebagai raja
Mughal baru. Namun ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah
pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan
ter¬jadinya pere¬butan kekuasaan ini, selain memperlemah kerajaan kerena
pemerintahan pusat tidak terurus secara baik, juga mengakibatkan kecenderungan
pemerintahan daerah untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya dengan pemerintahan
pusat.
Meskipun Mughal merupakan kerajaan Islam, namun meyoritas warganya tetap beragama Hindu. Bahkan sejarah pembentukan kerajaan ini bermula dari gerakan pe¬naklukan terhadap sejumlah penguasa Hindu. Gerakan pemberontakan Hindu untuk merebut supremasi politik di India sudah mulai terjadi pada masa pemerintahan Akbar. Mereka melancarkan pemberontakan di bawah pimpinan Hemu dalam peperangan Panipat II (1556 M). Pada waktu Mughal dilanda krisis perebutan kekuasaan kalangan istana yakni antara tahun 1719-1748 M, orang-orang Hindu kembali melancarkan se¬jumlah pemberontakan. Kelompok Sikh di sebelah utara Delhi, dan merebut kota Sirhind. Golongan Maratha di bawah pimpinan Baji Rao berhasil merebut sebagian wilayah Gujarat di tahun 1723 M.
Serangan Nadzir Syah, penguasa persi yang berhasil merebut kekuasaan safawi, pada tahun 1736 M, terhadap beberapa wilayah perbatasan Mughal. Kekalahan dari se¬rangan Nadzir Syah ini menyebabkan prestise Mughal semakin menurun. Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806 M) kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai Sultan.
Meskipun Mughal merupakan kerajaan Islam, namun meyoritas warganya tetap beragama Hindu. Bahkan sejarah pembentukan kerajaan ini bermula dari gerakan pe¬naklukan terhadap sejumlah penguasa Hindu. Gerakan pemberontakan Hindu untuk merebut supremasi politik di India sudah mulai terjadi pada masa pemerintahan Akbar. Mereka melancarkan pemberontakan di bawah pimpinan Hemu dalam peperangan Panipat II (1556 M). Pada waktu Mughal dilanda krisis perebutan kekuasaan kalangan istana yakni antara tahun 1719-1748 M, orang-orang Hindu kembali melancarkan se¬jumlah pemberontakan. Kelompok Sikh di sebelah utara Delhi, dan merebut kota Sirhind. Golongan Maratha di bawah pimpinan Baji Rao berhasil merebut sebagian wilayah Gujarat di tahun 1723 M.
Serangan Nadzir Syah, penguasa persi yang berhasil merebut kekuasaan safawi, pada tahun 1736 M, terhadap beberapa wilayah perbatasan Mughal. Kekalahan dari se¬rangan Nadzir Syah ini menyebabkan prestise Mughal semakin menurun. Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760-1806 M) kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai Sultan.
Ketika kerajaan Mughal dalam kondisi
seperti itu, inggris semakin memperkuat posisinya. Dari urusan perdagangan,
Inggris berusaha memperlebar pengaruhnya da¬lam lapangan politik dengan
dibentuknya EIC (the East India Company). Inggris mem¬perkuat militernya di
daerah perdagangan yang dikuasainya, terutama di Bengal. Mili¬ter Inggris
berhasil menekan Syal Alam, sehingga melepaskan wilayah Qudh, Bengal, dan Orisa
kepada inggris. Akbar II (1806-1837 M), pengganti Syah Alam, mem¬berikan
konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang
diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris
harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana. Bahadur Syah (1837-1858)
pengganti Akbar II, menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh
ayahnya. Hal ini menim¬bulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak inggris.
Ketika itu, pihak EIC sedang mengalami kerugian akibat tidak efisiennya admi¬nistrasi perusahaan, sedang pihak EIC harus tetap menjamin penghidupan raja dan ke¬luarga istana. Inilah latar belakang EIC memungut pajak yang tinggi terhadap rakyat. Rakyat yang merasa tertekan berusaha melancarkan pemberontakan dengan menja¬di¬kan Bahadur Syah sebagai pimpinan mereka melawan inggris dalam sebuah pertem¬puran yang terjadi pada bulan Mei 1857 M. pihak Inggris berhasil menghancurkan ke¬kuatan rakyat India. Mereka dihukum secara kejam sebelum diusir dari Delhi. Ba¬hadur Syah, raja terakhir kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India. Semenjak itu umat Islam dihadapkan pada perjuangan untuk mempertahankan eksistensinya di bawah kekuasaan Inggris dan di tengah mayoritas umat hindu di india.
Ketika itu, pihak EIC sedang mengalami kerugian akibat tidak efisiennya admi¬nistrasi perusahaan, sedang pihak EIC harus tetap menjamin penghidupan raja dan ke¬luarga istana. Inilah latar belakang EIC memungut pajak yang tinggi terhadap rakyat. Rakyat yang merasa tertekan berusaha melancarkan pemberontakan dengan menja¬di¬kan Bahadur Syah sebagai pimpinan mereka melawan inggris dalam sebuah pertem¬puran yang terjadi pada bulan Mei 1857 M. pihak Inggris berhasil menghancurkan ke¬kuatan rakyat India. Mereka dihukum secara kejam sebelum diusir dari Delhi. Ba¬hadur Syah, raja terakhir kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India. Semenjak itu umat Islam dihadapkan pada perjuangan untuk mempertahankan eksistensinya di bawah kekuasaan Inggris dan di tengah mayoritas umat hindu di india.
KERAJAAN TURKI USMANI
Asal Usul dan Pembentukannya
Bangsa turki tercatat dalam sejarah
islam dengan keberhasilannya mendirikan dua dinasti: dinasti Turki Saljuk dan
dinasti Turki Udami. Saljuk berasal dari persatuan kabilah-kabilah dalam rumus
Ghus.Mereka tinggal ditukistan di bawah kekuasaan raja Bighu. Karena wilayah
mereka bertetangga dengfan dinasti Samani dan Ghaznawi, akhirnya keturunan
Turki ini memeluk islam. Rumpun ini oleh Saljung lbn Tuqaq dipersatukan dengan
salajiqah yang pada akhirnya berhasil mendirikan dinasti islam Salajiqah selama
kurang lebih 250 tahun (1055-1300 M).
Kehancuran danasti Turki saljuk oleh
serangan pasukan Mongol merupakan saat pembentukan dinasti Turki Usami.
Silsilah Turki Usami berpangkal pada sebuah suku kecil, yakni kabilah Ughu.
Semula mereka tingal di sebelah utara negara Cina. Karena tekanan-tekanan dari
bangsa Mogol, dengan dipimpin oleh Sulaman Syah mereka berpindah tempat kearah
barat hinga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang Turki
Saljug, di Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Ertogrul (w. 1280
M) mereka mengabdikan diri kepada Sultan Saljuq, Allauddin, yang sedang
berperan melawan Bizantine. Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh dari
anak buahnya, pasukan Saljuq mendapat kemenangan melawan Bizantine. Sebagai
hadiahnya, sang sultan berkenan memberikan sebidang wilayah diperbatasan
Bizantine kepada Ertogrul, serta memberinya wewenang untuk mengadakan
eksepansi.
Sepeninggal Ertogrul digantikan oleh
putranya yang bernama Usmanyang menjadi pimpinan kelompok Turki ini antara
tahun 1281-1324 M. serangan Mongol terhadap Saljuk yang terjadi pada tahun 1300
menjadikan dinasti ini terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajan kecil.
Dalam kondisi kehancuran saljuq
inilah, Usman mengklaim kemerdekan secara penuh atas wilayang yang didudukinya,
sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Kekuatan militer
Usami menjadi benteng pertahanan sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman
bahaya serangan Mongol. Dengan demikian secara tidak langsung mereka mengakui
Usman sebagai penguasa tertinggi dengan bergelar”Padinsyah Ali Usman”.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun
1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman
(1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol
Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa
Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak
langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman dirinya sebagai Raja
Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas
wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium
dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan.
Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu
kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk
Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon
pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan
kemampuan dan bakat anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang
potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan
kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin
(kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum . Meskipun mereka
sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya.
Sasaran Orchan setelah penobatannya
menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea
menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M. Kerajaan Turki
Usmani melewati sejarah pemerintahannya kurang lebih 6 abad, raja-raja yang
pernah menduduki Tahta Kerajaan yang silih berganti sejumlah 40 orang. Pada
mulanya Kerajaan ini berawal dari Daerah kecil kemudian pada akhirya menjadi
kerajaan yang cukup besar dan disegani. Tahap demi tahap kerajaan tersebut
mengalami kemunduran dan kehancuran.
DAFTAR RAJA TURKI USMANI DAN TAHUN
PENGANGKATANNYA
No.
|
Nama Khilafah
|
Tahun Pengangkatan dalam Masehi
|
1
|
Utsman I
|
1281
|
2
|
Orhan
|
1324
|
3
|
Murad I
|
1306
|
4
|
Bayazid I
|
1389
|
Peralihan Kekuasaan
|
1402
|
|
5
|
Muhammad I
|
1413
|
6
|
Murad II
|
1421
|
7
|
Muhammad II
|
1444
|
8
|
Murad II (menjabat yang kedua
kalinya)
|
1446
|
9
|
Muhammad II (menjabat ketiga
kalinya)
|
1451
|
10
|
Bayazid II
|
1481
|
11
|
Saim I
|
1512
|
12
|
Sulaiman I
|
1520
|
13
|
Salim II
|
1566
|
14
|
Murad III
|
1574
|
15
|
Muhammad III
|
1594
|
16
|
Ahmad I
|
1603
|
17
|
Musthofa I
|
1617
|
18
|
Utsman II
|
1618
|
19
|
Musthofa I (menjabat kedua
kalinya)
|
1622
|
20
|
Murad IV
|
1623
|
21
|
Ibrahim
|
1640
|
22
|
Muhammad IV
|
1648
|
23
|
Sulaiman II
|
1678
|
24
|
Ahmad II
|
1691
|
25
|
Musthofa II
|
1695
|
26
|
Ahmad III
|
1703
|
27
|
Mahmud I
|
1730
|
28
|
Utsman III
|
1754
|
29
|
Musthofa III
|
1757
|
30
|
Abdul Hamid I
|
1774
|
31
|
Salim III
|
1789
|
32
|
Musthofa IV
|
1807
|
33
|
Mahmud II
|
1808
|
34
|
Abdul Majid I
|
1839
|
35
|
Abdul Aziz
|
1861
|
36
|
Murad V
|
1876
|
37
|
Abdul Hamid II
|
1876
|
38
|
Muhammad Rasyid V
|
1909
|
39
|
Muhammad Wahid al-Din
|
1918
|
40
|
Abdul Majid II (hanya bergelar
sebagai khalifah saja)
|
1914
|
Kemajuan Militer Dan Kegiatan Ekspansi
Dan Penyebaran Islam
Sejak masa Ertogrul hingga Orkhan,
disebut sebagai masa-masa pem¬ben¬tu¬kan kekuatan militer Turki Usmani. Mereka
menjadikan Usmani sebagai negara yang ber-da¬sarkan sistem dan prinsip
kemiliteran. Pecahnya perang dengan Bizatine pada masa Or¬khan, mengilhami
khalifah untuk mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga
terbentuklah sebuah kesatuan militer yang disebut Jennisary atau
“Inki¬sa¬riyah”. Pasukan ini dibentuk dari para pemuda tawanan perang.
Kebijakan inii ke¬mu¬dian dikembangkan oleh Murad dengan membentuk sejumlah
korp atau cabang-cabang Jennisary. Pembangunan besar-besaran dalam tubuh
organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I tidak hanya dalam bentuk perombakan
dalam keanggotaannya. Seluruh pa¬suk¬an militer dididik dan dilatih dalam
asrama militer dengan pembekalan semangat per¬ju¬angan Islam. Kekuatan militer
Jennisary berhasil mengubah negara Usmani yang baru lahir dan memberika
dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non muslim.
Di samping Jennisary, terdapat
sejumlah prajurit tentara kaum bangsawan. Para penggarap tanah diwajibkan
mengikuti pendidikan dan latihan militer sehingga sewak¬tu-waktu dibutuhkan
mereka harus siap menjadi barisan militer. Selain itu, kaum bang¬sawan
diharuskan menyediakan kuda dan peralatan perang lainnya. Pada masa ini
di¬bentuk pula kesatuan angkatan laut. Seluruh jajaran militer ini menopang
keberhasilan gerakan ekspansi Turki Usmani, baik ekspansi ke Asia, Afrika
maupun ekspansi ke Eropa.
Semula kerajaan Usmani hanya
memiliki wilayah yang sangat kecil, tetapi de-ngan dukungan militer yang kuat,
tidak beberapa lama Usmani menjadi sebuah kera-jaan besar. Ekspansi Usmani
tidak hanya bergerak ke arah timur melainkan juga ke arah barat. Orkhan
berhasil menaklukan kota-kota Yunani, seperti; Nicea, Nicomedia dan sejumlah
daerah di sekitarnya. Sejak naik tahta, Murad I melanjutkan kebijakan ayahnya
untuk meneruskan gerakan ekspansi. Adrianopel ditaklukan pada tahun 1365M.
Ke¬mu¬dian secara berturut-turut disusul dengan jatuhnya kota Macedonia,
Bulgaria dan Serbia ke tangan Murad I. Kemudian sultan Bayazid I memperluas
wilayah Usmani ke Eropa dengan menaklukan sebagian wilayah Eropa Timur sampai
ke Hongaria. Gerakan ekspansi ini sempat terhenti di penghujung pemerintaha
Bayazid I akibat tekanan dari pasukan Timur Lenk pada tahun 1402 M. Namun para
penguasa Usmani berikutnya berhasil melanjutkan kembali gerakan eksapnsi ini,
terutama pada masa Muhammad II. Gelar al-fatih “sang penakluk” pantas disandang
Muhammad II karena keberhasilannya menaklukan kekuatan terakhir imperium Romawi
Timur yang berpusat di Konstan¬tinopel. Setelah dikepung selama lebih kurang 53
hari, akhirnya pada tahun 1453 M pa-sukan Usmani berhasil memasuki benteng-benteng
pertahanan Konstantinopel. Per¬ta-hanan istana hancur dan sang kaisar terbunuh
bersama sejumlah pasukannya. Muha-mad al-Fatih kemudian melanjutkan penundukan
semenanjung Maura, Serbia, Albania sampai ke perbatasan Bundukia.
Kemajuan ekspansi pada masa awal
Turki Usmani sempat menimbulkan ke-cemasan bangsa-bangsa Eropa, sehingga mereka
mengerahkan kembali pasukan Salib. Pada tahun 1396 M, kekuatan Eropa yang
dipimpin oleh para uskup gereja, berhasil dikalahkan oleh pasukan Usmani.
Misalnya dalam peperangan di Nicopolis dan kota Vinencia diduduki oleh pasukan
Usmani. Pada tahun 1444 M uskup gereja bersamaan dengan persekutuan militer
yang digerakkan oleh raja Polandia, Hungaria, Naples, Transylvania, Serbia,
Vinencia dan Genoa, melancarkan serangan pasukan Salib yang kesekian kalinya.
Serangan mereka dapat dipatahkan dalam peperangan di Vania. Ke-kalahan demi
kekalahan Eropa ini menyebabkan tidak tersisanya kekuatan Eropa, se-hingga
mereka tidak mampu menahan serangan pasukan muslim terhadap konsta¬tin¬o-pel
ditahun 1453 M. Dengan keberhasilan penaklukan Konstatinopel ini, seluruh
ambisi umat Islam untuk menundukan imperium Romawi tercapailah sudah.
Pada masa pemerintahan Salim I,
ekspansi kearah barat dialihkan ke timur, Per-sia, Syiria, dan Mesir berhasil dikuasainya.
Putra Salim yang bernama Sulaiman I me-lanjutkan ekspansi ke arah timur dan
berhasil menaklukan Irak, Belgrado, kepulauan Rhodes, Tunisia, dan Yaman.
Sampai dengan masa Sulaiman I ini wilayah kekuasaan Turki Usmani mencakup :
Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hijaz, dan Yaman untuk wilayah Asia ; Mesir,
Libya, Tunis, dan Aljazair untuk wilayah Afrika ; Bulgaria, Yuna-ni,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania untuk wilayah Eropa.
Keberhasilan ekspansi Turki Usmani
dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam
struktur pemerintahan, khalifah atau sultan meru¬pakan penguasa tertinggi yang
dibantu oleh Perdana Menteri (Shadr al-a’zham) yang membawahi gubernur (pasya).
Di bawah gubernur terdapat jabatan semisal bupati yang disebut al-janaziq. Demi
penertiban urusan pemerintahan, Sulaiman I mene¬tap¬kan se¬jumlah perundangan
dan peraturan atau Qanun. Kerananya ia digelari sebagai Su¬laiman al-Qanuni.
Sulaiman I juga menyusun sebuah kitab hukum (qanun) yang diberi nama Multaqa
al-Abhur, yang berlaku sebagai pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai
datangnya reformasi pada abad sembilan belas.
Sikap penguasa Usmani cenderung
tidak memaksakan agama setelah berhasil menaklukan atau menguasai suatu
wilayah. Mereka tetap memberikan kebebasan pihak gereja untuk menangani suatu
wilayah. Mereka tetap memberikan kebebasan pihak ge¬reja untuk menangani urusan
umatnya. Mantan pegawai sipil dan tokoh-tokoh Kristen wilayah taklukan direkrut
menjadi pegawai dan militer Turki Usmani. Selain itu penguasa usmani yang
melindungi sejumlah gereja kristen menimbulkan simpatik ma¬syarakat setempat.
Pengambilalihan kekuasaan Bizantiun
menjadi kekuasaan muslim Turki Us-mani menimbulkan perpindahan agama dan
sekaligus menjadikan tersebarnya pemeluk Islam di eropa. Sebelumnya penduduk
Turki, mayoritas masyarakat Yunani, Armenia, Georgia, dan Anatolia adalah
pemeluk Kristen. Pada abad ke-15 M, mayoritas pen¬du¬duk wilayah-wilayah ini
telah menjadi muslim. Sebagian kecil mereka adalah kaum imigran muslim, sedang
sebagian besar adalah pemeluk Islam yang baru yang semula beragama Kristen.
Peralihan agama ini sangat berkaitan dengan melemahnya otoritas gereja
Anatolia, akibat kemunduran imperium Bizantine dan juga akibat penyerahan
Anatolia menjadi wilayah kekuasaan Turki , sehingga masyarakat Kristen Anatolia
hi¬dup tanpa kepemimpinan. Sementara sejumlah pendeta Kristen berpihak pada
ke¬ku¬atan Turki dalam rangka mengatasi perselisihan internal yang telah lama
melanda dan memperlemah kelembagaan Kristen.
Pada sisi lain, masyarakat muslim
berdiri sendiri sedang mengalami per¬kem-bangan pesat untuk menggantikan
kekuasaan geraja dan Bizantium. Bahwa sebelumnya Turki Saljuk dan Turki Emirat,
telah membangun infrastruktur sosial yang dilengkapi sejumlah lembaga sosial.
Sejumlah istana, mesjid, perguruan tinggi, rumah sakit,dan sejumlah kemajuan
dalam berbagai bidang. Semua ini termasuk faktor-faktor yang turut menimbulkan
simpati umat kristen dan mempengaruhi pandangan mereka. Pada masa itu umat
Kristen telah salah menduga bahwa kekalahan mereka me-rupakan hukuman dari
Tuhan yang akan mengakhiri hidup mereka. Ternyata pasukan muslim Turki tidak
hanya memberi mereka hak hidup bahkan menjamin kebebasan beragama. Sedikit demi
sedikit mereka memeluk agama Islam, sekalipun pada bentuk sinkretisme. Sejumlah
ttokoh Kristen dan pejabat merasa diuntungkan dalam sistem aristokrasi Usmani,
sehingga mereka memeluk agama Islam. Sampai dengan abad ke-15 M semua warga
anatolia memeluk Islam. Penaklukan dan pendudukan Usmani atas semenanjung
Balkan, juga menim-bul¬kan peningkatan pemeluk muslim di semenanjung ini.
Penyebaran agama di Balkan ini tidak semenonjol di Anatolia. Yang terjadi
adalah timbulnya asimilasi antara Islam oleh masyarakat setempat. Terdapat beberapa
hal yang membedakan perkembangan penye¬baran di dua tempat ini. Pertama, bahwa
imigran muslim Turki di Anatolia lebih besar dibanding dengan di Balkan. Kedua,
penyelenggaraan pemerintahan Usmani di Balkan dipercayakan sepenuhnya kepada
gereja-gereja Kristen, sementara kalangan gereja di Anatolia ditindas sampai
dengan peristiwa penaklukan Konstantinopel. Setelah penak¬lukan ini kalangan
gerja-gereja Balkan mengklaim otoritas dan kekayaan mereka dan mereka diizinkan
membina komunitas Kristen.
Bangsa Turki Islam pertama kali datang di Balkan melalui Thrace, lembah Ma¬ri-tsa, Bulgaria Utara dan Albania Utara pada sekitar abad 14-15 M. Mereka men¬dirikan ratusan perkampungan baru yang sebagian besar dihuni oleh muslim. Sebagaimana di Anatolia, penyebaran Islam di Balkan juga dimotori oleh dakwah para Sufi dari tarekat Bektasi dan Meulevi.
Bangsa Turki Islam pertama kali datang di Balkan melalui Thrace, lembah Ma¬ri-tsa, Bulgaria Utara dan Albania Utara pada sekitar abad 14-15 M. Mereka men¬dirikan ratusan perkampungan baru yang sebagian besar dihuni oleh muslim. Sebagaimana di Anatolia, penyebaran Islam di Balkan juga dimotori oleh dakwah para Sufi dari tarekat Bektasi dan Meulevi.
Sekalipun terjadi peralihan agama di
Serbia, Albania, dan Bulgaria, namun pera-lihan ini sama sekali tidak
menimbulkan perselisihan. Pemeluk Islam yang baru sering kali memasukan tradisi
kristen mereka, misalnya tradisi pembaptisan, pengkultusan orang-ornag suci,
dan perayaan paskah. Perkembangan Islam di Balkan dipengaruhi oleh paganisme
yang merupakan corak Kristen Balkan. Data sensus 1520-30 me¬nun-jukkan sekitar
19 % warga Balkan beragama Islam dan 81 % Kristen, sedang agama Yahudi sebagai
minoritas. Jumlah muslim terbesar terdapat di Bosnia, 45 %. Pada umumnya dan
masyarakat muslim tinggal di wilayah perkotaan. Misalnya di kota Sofia besarnya
mencapai 66,4% , sementara pada perkampunga sekitarnya rata-rata besarnya 6 %.
Muslim di Edirne mencapai 82 %. Pusat-pusat Islam tumbuh di Thrace, Macedonia,
Thessaly, Bosnia, Herzegovina dan sekitarnya. Antara tahun 1666 dan 1690
terjadi gerakan Islamisasi di Rhodope. Pada abad ke-17 M Islam mulai berkembang
di Albania Utara, dan Montenegro. Bangsa-bangsa Yunani di bagian barat daya
Macedonia dan di Crete memeluk Islam sekitar pertengahan abad 17 sampai dengan
abad 18.
Demikianlah Turki Usmani telah
berjasa melanjutkan gerakan ekspansi wilayah muslim khususnya ke daratan Eropa,
dan sekali telah berjasa menyebarkan islamisasi di tengah masyarakat Eropa.
Dalam Bidang Kebudayaan dan
keagamaan
Kebudayaan turki merupakan perpaduan
antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka
banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tatakrama kehidupan kerajaan
atau organisasi pemerintahan. Prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari
Bizantium, sedangkan dari Arab, mereka mendapat ajaran tentang prinsip ekonomi,
kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan. Organisasi pemerintahan dan prinsip
kemi¬literan mereka dapatkan dari kebudayaan Bizantine. Sedang dari kebudayaan
Arab, me¬reka mendapatkan ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan dan
ilmu penge¬tahuan.
Sebagai bangsa yang berdarah
militer, Turki Usmani lebih memperhatikan ke-majuan bidang politik dan
kemiliteran,sedang perhatian mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan tidak
menonjol, kecuali dalam bidang seni arsitektur. Sejumlah bangunan Islam
dibangun dengan tata seni yang sangat indah. Mesjid Jami’ Muhammad al-Fatih,
mesjid agung Sulaiman, mesjid Abu Ayyub al-Anshari dan sebuah mesjid yang
semula adalah gereja, Aya Sophia merupakan peninggalan arsitektur Usmani.
Kehidupan keagamaan merupakan bagian
terpenting dalam sistem sosial dan politik Turki Usmani. Pihak penguasa sangat
terikat dengan Syariat Islam. Ulama mem¬punyai kedudukan tinggi dalam kehidupan
negara dan masyarakat Usmani. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, berwenang
menyampaikan fatwa resmi mengenai prob¬lematika keagamaan. Tanpa legitimasi
mufti, keputusan hukum kerajaan tidak bisa berjalan. Pada masa ini kegiatan
tarekat berkembang pesat. Al-Bektasi dan al-Maulawi merupakan dua aliran
tarekat yang paling besar. Tarekat Bektasi sangat berpengaruh pada kalangan
tentara Jennisary, sementara sarekat Maulawi berpengaruh besar di ka¬langan
penguasa sebagai imbangan dari kelompok Jennisary Bektasi. Ilmu penge¬tahuan
keislaman seperti fiqh, tafsir, kalam dan lain lain, tidak mengalami
perkembangan. Kebanyakan penguasa Usmani cenderung bersikap taqlid dan fanatik
terhadap satu mazhab dan menetang mazhab-mazhab lainnya.
Kemunduran/Kerutuhan Usmani (Turki)
Fase kemunduran Turki Usami berjalan
secara perlahan semenjak kematian sulaiman I al-Qanuni, hingga Usmani masih
mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad.Fasec kemunduran ini ditandai
dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang menyebabkan sejumlah
kekalahan dalam menghadapi sejumlah peperangan.Ekonomi semakin memburuk dan
sistem pemerintahan tidak berjalan semetinya.
Pada masa pemerintahan salim II,
pasukan laut Usmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan arnada
Spayol, Bandulia, armada Sri Paus dan sebagaian armada armada pendeta Malta
yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol. Pada tahun 1663 pasukan Usmani
menderita kekalaha dalam penyerbuan Hungaria.Demikian jujga pada tahun 1676
Turki Usmani kalah lagi dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria. Turki Usmani
dipaksa medatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 yang berisi pernyataan
peyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagai besar Slovenia, dan Croasia kepada
Hubsburg, dan penyerahan Hermeniet, Padolia, Ukranea, Morea dan sebagai
Dalmatia kepada penguasa Venetia. Pada tahun 1770 pasukan Rusia mengalahkan
armada Usmani di sepamjang pantai Asia Kecil, namun kemenangan Rusia ini dapat
direbut kembali oleh sultan Musthafa III. Pada tahun 1774 penguasa Usmanni,
Abdul Hamid, terpaksa mendatangani sebuah perjanjian dengan Rusia yang berisi
pengakuan kemerdekaan atas Crimea, dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di
laut hitam kepada Rusia serta pemberian izin bagi armada Rusia melintasi selat
antara laut hitam dan laut putih.
Sementara itu wilayah-wilayah
kekuasaan Usmani di timur dimulai meyadari kemunduran Usmani. Sebagai timur mulaimelancarkan
pemberotakan dalam rangka untuk melepaskan diri dari kekuasaan Usmani. Di Mesir
Yenisary bersekuru dengan Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak tahun
1772 Mamalik berhasil menguasai Mesir ningga datangnya Napoleon pada tahun
1789. Di syria dan Libanon juga terjadi pemberotakan yang digerakan oleh
pimpinan Gruz, Fahruddin. Ia bergabung dengan gerakan kurdi dan janbulat. Namun
usaha fahruddin ini menemui kegagalan. Di Arabia timbullah gerakan pemurania
oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab, seorang pimpinan dataran tinggi Najd, Arabia
Tengah. Gerakan ini bergabung dengan kekuatan Ibn Sa’ud dan berhasil memperluas
wilayah kekuasaan di sekitar jazirah Arabia pada abad kedelapan belas.
Bayak sekali faktor yang turut
menyongkong kemunduran Turki. Di antaranya adalah sebagaimana tersebut berikut
ini.
1. Luasnya
Wilayah Kekuasaan Usmani. Tampaknya penguasa Turki hanya menuruti ambisi
penaklukan, sementara penataan sistem dan tata pemerintahan
terabaikan.Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan
Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi
pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga
administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki
Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem
pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah
direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Pemberontakan
Yennisary. Pada masa belakangan Yennisaary tidak lagi menerapkan prinsip
seleksi dan prestasi, namun keberadaannya telah didominasi oleh turunan dan
golongan tertentu.Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari
berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain,
maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan
beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus
memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani
pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah
lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai
yang jelek.
3. Penguasa
Yang Tidak Cakap. Generasi penguasa Usmani sesudah Sulaiman al-Qanuni
cenderung lemah semangat perjuangannya. Mereka terlibat pembunuhan demi ambisi
jabatan.Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa.
Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah
akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Merosotnya
Perekonomiannya Negara Akaibat Peperangan. di mana sebagaian peperangan
tersebut ppihak Turki mengalami kekalahan. Terlepasanya wilayah-wilayah
kekuasaan Usmani juga menimbulkan kemerosotan pendapatan negara.Akibat
peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak,
sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki
pun merosot.
Sumber : Buku Kerajaan Islam Masa
Tiga Kerajaan Besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar